Hotel Yamato (sekarang namanya Hotel Majapahit Surabaya) adalah sebuah hotel bersejarah di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur yang dibangun pada tahun 1910 oleh Sarkies Bersaudara dari Armenia. Dahulunya hotel ini bernama LMS, lalu Hotel Oranje dan kemudian Hotel Yamato dan juga Hotel Hoteru.
Salah satu momen perjuangan di hotel ini terjadi pada 19 September 1945, yakni
Insiden Bendera. Peristiwa yang dikenal atas perobekan warna biru pada bendera Belanda, sehingga menjadi bendera merah putih yaitu bendera Republik Indonesia.
Gerakan pengibaran bendera Indonesia
Quote:
Sejak Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dikeluarkannya maklumat pemerintahan Soekarno tanggal 31 Agustus 1945 dimana menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia.
Lambaian bendera merah putih itupun turut memenuhi kota Surabaya disertai teriakan “MERDEKA!!!”oleh masyarakat Surabaya. Massa memenuhi lokasi-lokasi strategis untuk mengibarkan bendera Indonesia, contohnya di Gedung Kantor Karesidenan (sekarang gedung Gubernuran, Jalan Pahlawan) yang terletak di depan gedung Kempeitai (sekarang Tugu Pahlawan). Para pemuda dari segala penjuru Surabaya yang dikoordinir oleh Barisan Pemuda Surabaya pun juga berdatangan ke Tambaksari (lapangan Stadion Gelora 10 November) untuk menghadiri rapat disertai kibaran bendera merah putih dan pekikan kemerdekaan.
Kedatangan rombongan Sekutu
Quote:
Pada tanggal 18 September 1945, Rombongan Sekutu dari Inggris dan Belanda dari AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) datang ke Surabaya bersama-sama dengan rombongan Palang Merah Internasional (Intercross). Kedatangan rombongan sekutu ini alih-alih ingin membertuk suatu organisasi sosial dimana mereka mendapat bantuan penuh terutama dari Jepang yg telah kalah perang melawan sekutu dan organisasi ini berlindung dibalik nama PMI (bukan Palang Merah Indonesia yaa boz). Namun dibalik itu semua sebenernya mereka melakukan kegiatan politik, salah satunya adalah ingin mengambil alih gedung-gedung di Surabaya dan beberapa tempat yang strategis lainnya.
Atas ijin dari administrasi Jepang, rombongan sekutu tersebut akhirnya bertempat di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65. Sedangkan rombongan PMI (Intercross) tinggal di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya. Kedatangan rombongan tersebut pun tidak melalui ijin dari Pemerintah RI Daerah Surabaya. Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees) sebagai Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran.
Pengibaran bendera Belanda
Quote:
Pada malam hari tanggal 18 September 1945, atas perintah W.V.Ch Ploegman, selaku pemimpin orang Belanda yang memerintahkan untuk mengibarkan bendera Belanda (Merah-Putih-Biru) di tiang teratas Hotel Yamato. Pengibaran bendera Belanda ini pun tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya. Sehingga pada keesokan harinya para pemuda Surabaya yang melihatnya pun menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia, hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Kabar pengibaran bendera Belanda tersebut kemudian tersebar cepat di seluruh kota Surabaya, dan dalam tempo yang singkat daerah Hotel Yamato dan Jalan Tunjungan pun dibanjiri oleh massa yang marah. Massa yang penuh emosi terus mengalir hingga memadati halaman hotel dan sekitarnya.
Gagalnya perundingan Sudirman dan Ploegman
Quote:
Residen Sudirman, seorang pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Jepang sekaligus sebagai Residen Pemerintah RI Daerah Surabaya, akhirnya datang ke hotel Yamato dikawal oleh Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI, Beliau berunding dengan Mr. Ploegman cs dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato.
Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga, sementara Sudirman dan Hariyono melarikan diri ke luar Hotel Yamato.
Perobekan bendera Belanda
Quote:
Para pemuda yang mendengar dan mengetahui gagalnya perundingan tersebut langsung mendobrak masuk ke Hotel Yamato dan terjadilah perkelahian di lobi hotel. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang kembali. Peristiwa ini disambut oleh massa di bawah hotel dengan teriakan
“MERDEKA!!!”berulang kali.
Peran peristiwa dalam Pertempuran 10 November
Quote:
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara AFNEI. Serangan-serangan kecil itu ternyata dikemudian hari berubah menjadi serangan umum yang memakan banyak korban antara kedua belah pihak. Akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan Presiden Soekarno untuk meredakan situasi dan mengadakan gencatan senjata.
Gencatan senjata tersebut akhirnya gagal dan ditambah dengan matinya Brigadir Jenderal Mallaby, serta berakibat pada dikeluarkannya ultimatum 10 November oleh pihak Inggris yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat Indonesia sehingga terjadi Pertempuran 10 November yang terbesar dan terberat dalam sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia.
Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada tanggal 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang serta didirikannya Tugu Pahlawan yang diresmikan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 10 November 1952.
Kini Hotel Yamato telah berubah nama menjadi Hotel Majapahit. Sebuah hotel mewah bintang lima dengan total 143 kamar di lantai satu dan dua. Hotel ini sempat dikelola oleh Mandarin Oriental Hotel Group sejak 1993 hingga 2006. Pada tahun 2006, hotel ini diakuisisi oleh PT Sekman Wisata. Sebagian besar bangunan asli hotel ini masih dapat dilihat hingga saat ini, meskipun beberapa bangunan luar dan beberapa unsur interiornya telah dilakukan renovasi.
Sumber 1
Sumber 2