Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

budimansiaAvatar border
TS
budimansia
Profit TELKOMSEL di atas Normal, harus Diusut
PENGAMAT: PROFIT TELKOMSEL DI ATAS NORMAL, HARUS DIUSUT
SENIN, 18 JULI 2016 , 16:59:00 WIB

RMOL. Isu monopoli Telkomsel di luar Jawa, khususnya di Indonesia bagian Timur terus bergulir. Hal tersebut mendapat perhatian dari berbagai pihak, tak terkecuali pemerintah. Regulator bahkan ingin merevisi aturan dalam PP No 52 Tahun 2000 yang mengatur biaya interkoneksi dan berbagi jaringan aktif (network sharing/NS).

"Begitu NS diberlakukan dan jaringan Telkom bisa dipakai semua operator, artinya dia (Telkomsel) harus merelakan potensi keuntungan ini tak lagi ke dia," ujar pengamat telekomunikasi dari Universitas Indonesia, Harryadin Mahardika saat dikonfirmasi.

Imbau dia, Telkomsel tidak serakah dan mengedepankan keuntungan. Sebab, telekomunikasi sudah merupakan hajat hidup orang banyak dan harus disikapi secara bijak. Nah, pemerintah dalam hal ini, menurut Harryadin harus bersikap tegas agar tidak terjadi monopoli.

"Harus kita letakkan permasalahan ini dari sudut pandang wellfare konsumen. Pemerintah harus bisa tegas terhadap Telkomsel," katanya.

Lebih jauh, Harryadin mengemukakan bahwa perusahaan itu juga sempat diaudit pihaknya, terutama dari segi investasi dan keuntungan yang diperoleh. Menurut dia, Telkomsel meraup laba jauh dari yang seharusnya. Sehingga operator tersebut dicap sebagai super normal profit company, atau perusahaan dengan keuntungan di atas normal.

Dengan kenyataan ini, muncul kesimpulan bahwa Telkomsel sepenuhnya mencari untung melalui jaringan Telkom. Karenanya ia memandang perusahaan yang sahamnya juga dipegang pihak asing ini patut diusut. Negara memiliki Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) yang bisa bergerak untuk menindak hal tersebut.

Tak hanya itu, dosen UI ini juga menyoal formula dari biaya interkoneksi antar operator. Menurutnya, perlu keterbukaan dari pemerintah sendiri untuk formulasi biaya tersebut, khususnya yang terkait Telkomsel.

"Tujuannya semata-mata membuat publik mengerti, untuk apa sajakah biaya yang mereka harus bayarkan pada operator," terangnya.

Sebab yang paling terdampak dari penetapan biaya interkoneksi adalah konsumen. Namun ini, kata dia, tak lantas mencap salah Telkomsel, yang telah berusaha keras membangun jaringan di luar Jawa. Alangkah lebih baik jika formulasi interkoneksi diperhitungkan secara matang.

"Memang kami tidak ingin merugikan Telkomsel, tapi ya jangan profitnya terlalu besar. Yang ingin dibuka itu formula hitung-hitungan biaya interkoneksi," ujar Harryadin.

"Sehingga bisa dihitung itu, mulai dari biaya membangun jaringan, balik modal berapa tahun. Kami di UI sudah bikin penghitungan, kalau menurut hitungan itu sih untungnya Telkomsel masih terlalu besar," beber lebih lanjut
http://ekbis.rmol.co/read/2016/07/18...-Harus-Diusut-


Balon Google Ternyata Sudah Mengudara di Indonesia
Kamis, 18/02/2016 18:24 WIB



Balon Google Ternyata Sudah Mengudara di IndonesiaFoto: Ardhi Suryadhi/detikINET
Jakarta - Tanpa ada woro-woro, balon internet Google -- Project Loon -- ternyata sudah mengudara di Indonesia.

Balon internet itu telah mengudara sejak Januari lalu untuk pengujian teknis. Hal ini dikatakan oleh Presdir dan CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli saat peluncuran Gig di kantor pusat Indosat di Jakarta, Kamis (28/2/2016).

"Loon sudah mengudara sejak Januari kemarin untuk uji coba teknis. " ujar pria yang kerap disapa Alex ini.

Lebih lanjut, Alex menyebut bahwa pihaknya belum bisa mengungkap hasil pengujian balon tersebut. "Tapi kami belum bisa ungkap sejauh mana result kecepatan balon Loon. Nanti akan ada evaluasi setelah selesai," ujarnya.

Pengujian ini disebutnya akan berlangsung sampai Agustus 2016. Setelah itu, barulah pihak Indosat akan berdiskusi dengan Google perihal komersialisasinya.

"Kami maunya ada commercial discussion. Bagi kami yang penting (dibahas) adalah area dan tarif. Kami ingin Loon ini nanti menjangkau area-area yang tak ada coverage Indosat," ungkap pria berkacamata ini.

Indosat Ooredoo adalah satu dari tiga operator Indonesia yang menjadi mitra Google untuk uji coba teknis balon internet Loon. Selain Indosat, partner Google tersebut adalah XL Axiata dan Telkomsel.

Kabar ini bertolak belakang dengan informasi yang beredar sebelumnya. Di mana dalam informasi tersebut dikatakan bahwa Google sebatas akan melakukan uji lapangan perangkat balon internet tersebut di Indonesia dan Sri Lanka. Harapannya, investasi untuk balon ini bisa jadi lebih murah dan bisa dikontrol dengan lebih mudah.
http://inet.detik.com/read/2016/02/1...a-di-indonesia

--------------------------------------

Operator penjual pulsa belakangan ini sebenarnya mulai kelimpungan gara-gara user pulsanya umumnya hanya membeli paket data untuk internet, yang tak mahal-mahal amat, bahkan ada yang mengisi hanya Rp 25.000 sebulannya. Untuk SMS dan Voice Call, mereka menggunakan WA, Massenger-FB, Line atau sejenisnya. Ramainya fasilitas W-iFi gratis di berbagai sudut perkantoran, tempat keramaian, terminal, kamus, sekolah, bandara dan mall, menyebabkan banyak user internet malahan mematikan langganan paket datanya untuk sementara sehingga lebih menghemat penggunaan pulsa lebih jauh lagi. Gua bayangkan nanti kalau "Balon Google:" sudah mengelilingi seluruh wilayah Indonesia, akan semakin banyak wilayah-wilayah 'blank spot' yanhg bisa yerjangkau Wi-Fi gratis karena balon Google akan berfungsi layaknya BTS terbang. Nah lhooo!
Diubah oleh budimansia 18-07-2016 10:27
0
8.1K
99
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan