BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Imunisasi ulang bagi korban vaksin palsu

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan Ali Bata Harahap memperlihatkan barang bukti vaksin dan serum yang palsu di Medan, Sumatera Utara, Rabu (29/6).
Ramai-ramai masalah vaksin palsu dalam sepekan belakangan meruapkan kekhawatiran bahwa kekebalan yang diharapkan terbangun pada tubuh penerima takkan terbentuk. Menyikapi hal demikian, Menteri Kesehatan Nila Moeloek berkeras pada Senin lalu bahwa revaksinasi menjadi keharusan.

Di hadapan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Nila mengatakan vaksi palsu itu kemungkinan mengandung cairan infus bercampur dengan gentacimin (antibiotik). Saat imunisasi menggunakan vaksin tersebut, dosis yang digunakan sebanyak 0,5 cc. Dengan campuran itu, dilansir Kompas, tubuh anak takkan mendapatkan kekebalan.

Namun, Republika menulis, mengutip Kementerian Kesehatan, dampak dari pemberian dosis tersebut tidak membahayakan, kecuali efek samping berupa infeksi. Gejala infeksi terlihat tidak lama setelah vaksin diberikan.

Pemberian vaksinasi ulang dianggap sebagai salah satu solusi untuk menghentikan kekhawatiran masyarakat, dan pemberiannya akan menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan. Menurut Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda S., masyarakat yang menjadi korban vaksin palsu bisa mengaksesnya secara gratis. "Pasti anggaran akan kami masukkan untuk vaksin ulang," katanya dikutip CNN Indonesia.

Masih belum jelas berapa banyak anak yang bakal mendapatkan imunisasi ulang. Pasalnya, pihak kementerian belum memiliki informasi mengenai jumlah anak yang mendapatkan vaksin palsu. Maura mengatakan akan meminta data dari kepolisian, yang disinyalir memiliki daftar rumah sakit bervaksin palsu.

Target revaksinasi adalah anak-anak dengan rentang usia hingga 10 tahun.

Warta terbaru menyebutkan bahwa vaksin palsu sudah tersebar di enam daerah. Selain di Banten, hingga kemarin polisi sudah berhasil menemukan vaksin campak, polio, hepatitis B, tetanus, dan BCG (Bacillus Calmette-Guerin) gadungan itu beredar di lima daerah lainnya.

"Peredarannya di Medan (Sumut), Yogyakarta, Semarang (Jateng), Jakarta, dan Jawa Barat," ujar Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Mabes Polri Brigjen Agung Setya seperti dilansir Detikcom.

Sejauh ini, tersangka yang sudah ditetapkan mencapai 15 orang. Penggeledahan di rumah dua tersangka di Kemang Pratama Regency, Bekasi, menemukan 36 dus vaksin palsu, dengan masing-masing dus berisi 800 botol vaksin.

Diduga peredaran vaksin palsu terjadi di rumah sakit kecil atau klinik-klinik. Kementerian Kesehatan mengimbau orang tua yang mengkhawatirkan anaknya mendapatkan vaksin palsu untuk melapor.

Pemalsuan telah berlangsung sejak 2003 dan didistribusikan ke seluruh Indonesia. Keuntungan yang didapat dari praktik itu mencapai Rp25 juta per minggu atau Rp100 juta per bulan.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...n-vaksin-palsu

---

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
3.3K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan