Di Singapura, reklamasi juga terus berlangsung. Seperti halnya Jakarta, reklamasi di Singapura dimulai pada 1960-an. Luas Singapura bahkan telah bertambah sebesar 20 persen akibat reklamasi dari 584 kilometer persegi dan kini menjadi 714 kilometer persegi.
Ketika kita mendarat di Bandara Internasional Changi,
bandara tersebut didirikan pada lahan hasil reklamasi. Berkat konsistensi Singapura dalam memberikan pelayanan, bandara tersebut bahkan menjadi bandara hub di Asia Tenggara.
Quote:
Terlepas dari suka atau tidak sukanya warga Jakarta dengan reklamasi, toh ketika berlibur di Singapura, salah satu destinasi tujuan adalah kawasan wisata Marina Bay. Kawasan itu ternyata juga hasil reklamasi dengan luas setara 17.000 lapangan sepak bola.
Quote:
Sejak tahun 2008, Marina Bay bahkan menjadi magnet pertumbuhan Singapura. Tiga menara dengan ”bahtera” di lantai 57 menjadi destinasi utama. Belum lagi,
kawasan Marina tiap bulan September menggelar ajang balap Formula 1, balap mobil paling bergengsi di muka bumi.
Quote:
Singapura ternyata belum akan berhenti. Kini, Singapura sedang mengerjakan reklamasi seluas 50 hektar untuk pembangunan industri dan permukiman. Reklamasi itu untuk menjamin ketersediaan lahan bagi perumahan warga Singapura untuk 20 tahun mendatang.
Di atas lahan itu direncanakan pembangunan 21.000 unit hunian dan apartemen. Ini untuk menambah portofolio Housing and Development Board (HDB) Singapura yang sebelumnya telah membangun 1 juta unit hunian.
Quote:
Apakah reklamasi itu hanya untuk orang kaya? Manajer Komunikasi HDB Singapura Tay Boon Sun, dikutip dari Kompas, Kamis (5/9/2013), menjawab, ”Tidak!” Kata Tay, Pemerintah Singapura memberikan subsidi 40 persen dari nilai hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Justru pada lahan hasil reklamasi tersebut tidak hanya berdiri apartemen mewah, tetapi juga apartemen-apartemen yang dapat dihuni oleh kebanyakan warga Singapura.
Konsep HDB Singapura, yang memberikan subsidi untuk pembelian hunian, ternyata pula telah mendorong persentase kepemilikan rumah warga Singapura mencapai 87 persen.
Itulah angka kepemilikan rumah tertinggi di Asia. Hal berbeda terjadi di Indonesia ketika lokasi-lokasi program rumah sejuta rumah berada justru jauh dari Ibu Kota menuju kawasan penyangga atau suburban.