Darah seni yang mengalir dalam diri Lita, mendorongnya untuk berguru kepada seorang berkebangsaan Rumania, bernama Irina, di awal 2007 lalu. Dasar hobi melukis, dan utak-atik barang-barang bekas, menjadikannya mudah beradaptasi, dengan kerajinan batik botol.

Dengan dibantu 4 orang pekerja, botol bekas yang ia beli, seharga 1.000 hingga 400 ribu rupiah ini, dibersihkan dari kotoran yang menempel, sebelum dibuat menjadi bahan kerajinan. Setelah dipilihkan pola dari literature, yang banyak tersedia di toko buku dan internet, Lita memindahkannya ke media piring, dengan teknik fotokopi langsung, atau menempelkan pola dibalik kaca transparan.



Sementara untuk botol, Lita lebih mengandalkan daya kreasi pribadi, tanpa pola. Desain yang biasa dipilih, banyak berbentuk binatang, tumbuhan, atau ornamen bergaya Turki.

Memanfaatkan cat khusus kaca, yang diimpor langsung dari Italia dan Prancis, Lita banyak bermain-main dengan warna. Tak jarang, dia memadupadankan warna-warna terang, dan menabrak pakem yang ada, dalam kerumitan serta detail lukisan batik.


Lama pengerjaan masing-masing batik botol ini, berkisar antara 1 jam hingga 2 minggu.
Dari daya imajinasi dan kreatifitas itulah, Lita mampu mengubah piring atau botol bekas, menjadi sebuah karya seni. Tak heran jika hasil karyanya, banyak diminati masyarakat di sejumlah daerah, seperti Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, dan Bali.

di luar negeri, glass painting karya Lita, sudah menyebar ke Singapura, Malaysia, Australia, Perancis, serta sejumlah negara kawasan Eropa lainnya. di pasaran, harga yang ditawarkan berkisar, antara 5 ribu, hingga 2 juta rupiah, tergantung ukuran dan bentuk botol, serta tingkat kesulitan lukisan yang dibuat.


Meski dirasa telah berkembang dan mulai dikenal masyarakat luas, lita masih ingin terus berkarya, dan mengembangkan kerajinan batik botol ini, dengan mengikuti sejumlah pameran, dan menularkan keahliannya kepada yang lain.