Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Menoleh sejarah hingga 'move on' di Hari Kebangkitan Nasional
Menoleh sejarah hingga 'move on' di Hari Kebangkitan Nasional
Sejumlah mahasiswa dan pelajar melakukan aksi teatrikal di komplek Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Rabu (18/5) malam.
Linimasa media sosial riuh dengan ucapan selamat Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Hasilnya, tagar #HariKebangkitanNasional kokoh di pucuk Tren Twitter Indonesia, Jumat (20/5/2016).

Berikut beberapa hal penting dan menarik seputar perayaan ini.

Asal-usul Harkitnas

Peringatan ini merujuk pada momen pendirian Boedi Oetomo, yang dipandang sebagai pelopor organisasi modern di tanah air.

Cikal-bakalnya dari ide Dr. Wahidin Sudirohusodo. Pada 1907, Wahidin singgah di STOVIA --sekolah pendidikan dokter pribumi di Hindia Belanda. Di perguruan itu, Wahidin menyampaikan pandangannya soal pendidikan sebagai kunci kemajuan bangsa.

Gagasannya disambut positif para mahasiswa STOVIA, terutama Sutomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan Soeraji. Mereka bertiga yang memimpin pertemuan pada 20 Mei 1908, di ruang anatomi STOVIA, Batavia (kini Jakarta). Pertemuan itulah yang melahirkan Boedi Oetomo.

Organisasi itu nyaris tidak memiliki muatan politis. Bentuknya lebih berupa perkumpulan yang bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Boedi Oetomo cepat meluas ke beberapa sekolah lain. Tercatat mereka punya 650 anggota pada Juli 1908, sekitar dua bulan setelah pendirannya.

Artikel Historia.id menjelaskan pergeseran Boedi Oetomo, yang mulanya progresif tapi lantas menjurus konservatif. Pasalnya, organisasi itu dinilai kian bergantung pada sikap satu golongan tertentu: priayi birokrat.

Kecenderungan itu kelak menjadi perdebatan di kalangan pemerhati sejarah. Ada yang berkukuh Boedi Oetomo laik disebut penanda kebangkitan nasional. Pandangan lain cenderung berseberangan, dengan menimbang posisi Boedi Oetomo yang konservatif, lebih mengakomodir kepentingan priyayi birokrat, serta gerakannya yang terpusat di Jawa.

Adapun Harkitnas diresmikan sejak era Soeharto, melalui Keppres Nomor 1 Tahun 1985. Meski begitu, perayaannya sudah dilakukan sejak 20 Mei 1948, yang ditandai dengan pidato Sukarno di Istana Kepresidenan Yogyakarta.

Dalam wawancara lawas dengan Historia.id, sejarawan Hilmar Farid mengatakan, kelahiran Boedi Oetomo dipilih sebagai momen perayaan karena organisasi itu moderat dan nasionalis. Pemilihannya, kata Hilmar, lebih seperti jalan tengah.

"Saya setuju bahwa Boedi Oetomo bukanlah induk dari segala pergerakan politik di Indonesia. Ada banyak gerakan lain yang penting dan lebih dulu muncul dengan akar dan perkembangan yang berbeda," kata Hilmar, yang kini menjabat Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud.

Meski begitu, ia mengatakan Boedi Oetomo tetap laik disebut sebagai salah satu pelopor organisasi modern di Indonesia.
Menoleh sejarah hingga 'move on' di Hari Kebangkitan Nasional
Patung-patung yang berada di dalam diorama di Museum Kebangkitan Nasional, Jl. Dr. Abdul Rahman Saleh No. 26, Jakarta (18 Mei 2007).
Ucapan selamat dari pemerintah

Akun media sosial resmi pejabat dan lembaga negara turut dalam hiruk-pikuk Harkitnas. Tidak terkecuali Presiden Jokowi, yang ucapan selamatnya di Twitter menuai lebih dari 2 ribu retweet.

Pesan soal Harikitnas juga datang dari Sekretaris Kabinet, Pramono Anung. Kebangkitan, kata Pramono, pada masa kini bukan lagi sekadar slogan "merdeka atau mati." Sebagai gantinya, ia menjelaskan kebangkitan itu mesti diletakkan dalam konteks persaingan global, yang tengah dihadapi Indonesia.

"Yang lebih penting lagi adalah mempersiapkan para pemudanya untuk mereka menjadi petarung pada dunia global di era kompetisi, sehingga mereka bisa menjadi bangsa yang memenangkan pertarungan di tingkat global," kata Pramono, dikutip laman resmi Sekretariat Kabinet.
Sebagai bangsa besar, kita harus bangkit meraih kemajuan, berdiri sejajar dgn bangsa2 lain di dunia. Selamat #HariKebangkitanNasional -Jkw
— Joko Widodo (@jokowi) May 20, 2016 "Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya" Mohammad Hatta. #HariKebangkitanNasional [URL="https://cumaWUEM3rgO7"]pic.twitter.com/aWUEM3rgO7[/URL]
— DPR RI (@DPR_RI) May 20, 2016Selamat #HariKebangkitanNasional ke-18. Saatnya mempersiapkan para pemuda untuk menjadi petarung di dunia global. [URL="https://S E N S O R9WLz4iKSIo"]pic.twitter.com/9WLz4iKSIo[/URL]
— Sekretariat Kabinet (@setkabgoid) May 20, 2016
Kebangkitan: 'Move On'

Di media sosial, selain riuh ucapan, Harkitnas juga melekat dengan frasa "Move On".

Layanan Kamus Slang menerangkan soal "Move On" sebagai berikut: "rata-rata anak muda zaman sekarang mengartikan itu sebagai melupakan mantan, dan saatnya berganti baru."

Dengan makna itu, pada hari ini, tidak sedikit yang mengartikan "kebangkitan" dalam perkara asmara nan personal.

Sebagai pelengkap, tengoklah beberapa kicauan berikut.
#HariKebangkitanNasional ya? SELAMAT !!! Tapi tapi hatiku masih ke kamu. Belum bangkit2 ke yang lain. #galau #MoveOn
— Rumushati (@Rumushati) May 20, 2016 bangkit itu harus bisa move onkarna hidup harus terus berjalan#HariKebangkitanNasional
— Yudya Isfhany (@yudiyachaniago) May 20, 2016 #HariKebangkitanNasional bangkit dan move on dari si dia
— Si Curhat (@BuatPerasaanKu) May 20, 2016 Bangkitlah dari keterpurukan,kedadasan,kenangan mantan dan gagal moveon emoticon-Frown(#HariKebangkitanNasional
— CAKCAK_BODAS (@ario33clothing) May 20, 2016Saatnya kamu bangkit & move on dari kebiasaan buruk, krn hari ini adl #HariMoveOnNasional. #HariKebangkitanNasional [URL="https://S E N S O RvuswXYWqVH"]pic.twitter.com/vuswXYWqVH[/URL]
— OPINI_ID (@OPINI_id) May 20, 2016

Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...kitan-nasional

---

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
10.6K
48
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan