Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

hoiheiAvatar border
TS
hoihei
Ganja semakin bisa diterima. Klaim manfaat medisnya mengalir kian deras.



Suporter ganja percaya bahwa tanaman ini mampu meningkatkan taraf hidup—juga meringankan nyeri dan penyakit. Pekerja di perkebunan ganja Seattle menimang galur Blueberry Cheesecake. (Lynn Johnson/National Geographic)



Orrin Devinsky, ahli saraf New York University, menguji CBD terhadap plasebo untuk mengobati epilepsi. “Kami membutuhkan data valid,” ujarnya. (Lynn Johnson/National Geographic)



Lily Rowland menerima dosis minyak yang diolah dari kanabidiol (CBD), zat non psikoaktif dalam ganja. Dahulu ia dilanda ratusan serangan kejang akut saban hari. Keluarganya pun pindah ke Colorado—yang memilih untuk melegalkan ganja sejak 2012—supaya ia bisa memulai pola hidup yang baru. Obat ini mungkin tidak manjur bagi semua orang, namun hari ini Lily berusia sembilan dan hampir terbebas dari kejang. Di hari terburuk pun ia hanya diserang satu atau dua kali. (Lynn Johnson/National Geographic)


Phillip Hague, kepala hortikultura di Mindful, perusahaan ganja yang berbasis di Denver, membaui akar tanaman untuk mengecek kesehatannya. Ia menanam ganja hampir seumur hidupnya dan melanglang buana untuk mengkaji banyak varietas tanaman ini. Ia berminat mengembangkan galur baru dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari senyawa ganja yang kurang dikenal dan agaknya memiliki manfaat medis. “Ganja seolah bicara kepada saya,” akunya. (Lynn Johnson/National Geographic)


Mariyuana tumbuh di ladang yang dialiri irigasi di dataran timur Denver—bersembunyi dalam diam di balik leretan jagung. Inilah ganja varietas nonpsikoaktif yang kadar tetrahidrokanabinol-nya (THC) rendah. Seratnya yang liat sejak lama diolah menjadi tali, kertas, dan kain, juga kaya senyawa yang menjanjikan dari segi medis. Sebagian panen ini akan diproses menjadi minyak CBD, yang kerap dicari sebagai obat kejang untuk anak-anak, sehingga petani ganja pun menambah produksinya. (Lynn Johnson/National Geographic)



Di California Utara, Nicholas dan Richard Lopez memotret hasil panen. Dua bersaudara mantan pecandu sabu-sabu yang sempat dipenjara ini merawat kebun kecil mariyuana, untuk mengatasi babak kegelisahan akibat sabu-sabu


Di Noho’s Finest, apotek ganja medis di wilayah Los Angeles, Damaris Diaz mengecek aroma dan getah produknya. Persilangan menghasilkan galur hibrida baru yang mengandung psikoaktif THC lebih tinggi dibanding persilangan berpuluh tahun lalu—sumber keresahan pejabat kesehatan, yang mengutip bukti bahwa mengisap ganja varietas THC tinggi dalam jangka panjang dapat memengaruhi otak yang sedang berkembang. (Lynn Johnson/National Geographic)


Berlokasi di Seattle, para anggota asosiasi bisnis ganja yang memiliki julukan Women of Weed berkumpul untuk berbagi mengenai rahasia niaga—dan juga berbincang-bincang mengenai ganja. (Lynn Johnson/National Geographic)


Kim Clark mengaku minyak CBD mujarab untuk Caden (11), putranya, penderita epilepsi. (Lynn Johnson/National Geographic)

-------------------------------- Sains Ginting --------------------------------
Oleh Hampton Sides dari Majalah National Geographic [Indonesia]

Tentu saja, tak ada hal yang baru tentang ganja. Zat adiktif ini sudah dikonsumsi kurang lebih sejak awal riwayat manusia.

Di Siberia, biji ganja gosong dijumpai dalam gundukan pemakaman bertarikh 3000 SM. Orang Tiongkok pun menggunakan ganja sebagai obat sejak ribuan tahun silam. Mariyuana sendiri mengguratkan sejarah yang panjang di Amerika. Di hampir seluruh rentang sejarah negara itu, ganja dinyatakan legal dan lazim menjadi bahan larutan obat dalam alkohol dan ekstrak.

Lalu muncullah Reefer Madness. Marijuana, the Assassin of Youth. The Killer Weed. The Gateway Drug. Hampir 70 tahun tanaman ini bersembunyi, dan sebagian besar riset medis terhadap ganja dihentikan.

Pada 1970, pemerintah federal kian menyulitkan kajian mariyuana dengan menggolongkannya sebagai NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditif) tingkat satu—zat kimia berbahaya tanpa tujuan medis yang valid dan potensi penyalahgunaan yang tinggi, sekelas dengan heroin. Di Amerika, mayoritas peneliti ganja dianggap sebagai pelaku kejahatan.

Namun kini, seiring makin banyaknya orang yang beralih ke narkotik untuk mengobati penyakit, sains ganja lahir dan bersemi kembali di Amerika. Ada kejutan, dan mungkin keajaiban, yang terpendam dalam tanaman yang pernah berstatus terlarang ini.

Vivek Murthy, pimpinan pejabat medis pemerintah federal AS, mengungkapkan minatnya, akan apa yang dapat digali sains dari mariyuana. Ia melihat data-data awal yang mengindikasikan bahwa ganja dapat “bermanfaat” terhadap “kondisi medis atau gejala tertentu”.

Di 23 negara bagian dan District of Columbia, ganja dilegalkan untuk pemakaian medis tertentu, dan mayoritas warga Amerika mendukung legalisasi ganja sebagai sarana hiburan. Negara-negara lain telah menimbang ulang undang-undang yang berkaitan dengan mariyuana. Uruguay memutuskan untuk melegalkannya. Undang-undang Portugis juga tak lagi menetapkan ganja sebagai barang ilegal. Israel, Kanada, dan Belanda pun mencanangkan program mariyuana medis dan dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara mulai meluaskan pandangan soal kepemilikan ganja.

Ganja kini lebih sering beredar di sekeliling kita. Ya, mengisap ganja dapat menyebabkan penyakit tertawa temporer, wawas intens terhadap sepatu, amnesia pada kejadian dua detik silam, dan hasrat yang memuncak untuk mengunyah Cheetos. Kendati belum ada laporan kematian akibat overdosis ganja, mariyuana—terutama varietas yang keras—juga sangat kuat, dan dalam beberapa kasus, berbahaya.

Namun, banyak orang telah mengonsumsi ganja untuk meredakan nyeri, menyenyakkan tidur, merangsang nafsu makan, meredam kecemasan, dan melegakan emosi. Pendukung mariyuana beralasan obat ini membantu menurunkan stres. Ganja juga dianggap berkhasiat, antara lain sebagai analgesik, antiemetik, bronkodilator, dan anti-inflamasi. Bahkan didapati bahwa obat ini manjur menyembuhkan cegukan akut. Senyawa dalam tanaman ini, menurut hipotesis sejumlah ilmuwan, mampu menolong tubuh mengatur fungsi-fungsi vital—seperti melindungi otak terhadap trauma, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan membantu “menghapus memori “ pasca-bencana besar.

Meski agaknya tanaman ini hendak buru-buru diboyong ke grup yang sama dengan alkohol atau rokok agar bisa dikenai pajak, diatur regulasinya, dan dikomersialkan, pertanyaan penting ini pun mengemuka. Apa yang terjadi di dalam tanaman ini? Bagaimana mariyuana memengaruhi tubuh dan otak kita? Informasi apa yang diungkap bahan kimianya perihal fungsi sistem saraf kita? Dapatkah kandungan kimia itu menghasilkan resep obat baru nan mujarab?

Seandainya ganja mau memberi tahu kita sesuatu, apa yang akan dikatakannya?


http://nationalgeographic.co.id/feat...a-di-nusantara
http://nationalgeographic.co.id/feat...ja-nan-populer
http://nationalgeographic.co.id/feat...sains-giting-3

Lanjut post 2
Diubah oleh hoihei 26-04-2016 15:51
0
7.6K
58
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan