“Alza, Alza Puerro!” seru Kanya gadis berkacamata dengan nada tinggi.
Ya namaku Alza Puerro aku adalah seorang barista di sebuah café yang cukup popular di negri matador ini, ya benar Negara Spanyol. Sudah dari sejak lahir aku tinggal di negeri ini dan kuputuskan akan ku dedikasikan hidupku di tanah air ku ini.
“Ada apa Kanya Muran?”Tanya ku dengan malas.
Kanya Muran dan aku telah berteman sejak kami duduk di bangku sekolah dasar dan sekarang kami sudah berteman selama 13 tahun cukup lama ,bukan?. “Kau sungguh terlihat lesu Alza, semangatlah banyak pengunjung yang akan menantikan kopi khas mu yang membuat semua orang tergila-gila”, senyum lebar Kanya menyemangatiku.
“Ya aku hanya sedikit lelah saja setelah kemarin malam aku terus mencoba resep baru untuk kopi-kopi ku itu, agar si boss juga senang bila pengunjung datang lebih banyak karena ingin mencicipi ramuan terbaru ku”,jawabku sambil memandangi ramainya jalanan.
“Woah, lalu apakah ramuan terbaru mu itu? Jangan buat ku penasaran”,Tanya Kanya menatapku dengan antusias.
“Namanya Black diamond koffie”,jawabku seadanya.
“Baiklah, nanti sampai di café kau harus membuatkan secangkir Black diamond koffie untukku” ucapnya dengan girang, dan kami pun melanjutkan perjalanan menuju café tempat kami berkerja, café Rosas Amarillas.





“Selamat pagi bu Venya” ucap ku dan Kanya bersamaan dengan sebuah senyuman kecil,
“ya, pagi juga” balasnya dingin tanpa senyum sedikit pun
, bu Venya atau yang lebih tepatnya Venya Gariska wanita itu adalah pemilik cafe Rosas Amarillas ia memang berwajah menawan dan sunggu luar biasa cantik namun ia jarang sekali tersenyum perangainya yang dingin sangat bertolak belakang dengan suasana cafe Rosas yang sangat hangat dan nyaman.
“Hah, lagi-lagi si evil queen dingin seperti biasanya” ucap Kanya berdengus kesal
“yah, seperti kau orang baru saja tapi biarpun begitu big boss tetap boss yang baik, sudahlah kau lanjut berkerja saja” ucapku tersenyum,
Kanya menjuluki bu Venya sebagai evil queen karena sikapnya yang dingin dan tertutup, tapi aku tidak karena walaupun bu Venya begitu ia adalah boss yang baik dan tegas serta disiplin.

Hari yang dingin dengan salju meliputi setiap jalan di kota Madrid letak dimana cafe Rosas berada, di bulan Desember ini akan banyak sekali pengunjung mendatangi cafe Rosas untuk sekedar menikmati secangkir kopi panas buatan ku.
“Alza, sudah waktunya jam istirahat sekarang tepatilah janjimu padaku” ucap Kanya dengan girang,
“janjiku? Yang mana? “ tanyaku menyerit bingung,
“ah, kau ini, Black Diamondmu” jawab Kanya cemberut mengerutkan bibirnya
“ah, aku lupa baiklah hilangkan wajah jelekmu itu hahaha” ucapku menepuk dahi ku.
Namun belum sempat ku buatkan Black Diamond koffie untuk Kanya datang seorang lelaki paruh baya dengan wajah lesu dan sorot mata yang putus asa
“nak, buatkan aku secangkir kopi hitam” ucapnya dengan suara lemah, “baik pak, tunggu sebentar” ucapku tersenyum membuatkan kopi hitam untuk lelaki tersebut,
“ini pak kopinya” ucapku tersenyum memberikan secangkir kopi panas,
“ terima kasih nak” ucapnya dengan lesu, namun ia hanya memandangi kopi tersebut dengan menitikan air mata
“mungkin jika bapak tidak keberatan, saya siap dengar semua kegundahan bapak” ucapku dengan yakin menatap lelaki itu,
lelaki itu hanya terdiam tertunduk lemas dan tak lama kemudian ia mendongakkann kepalanya dan menundukan kepalanya kembali
“anak perempuan bapak satu-satunya pergi dari rumah, dulu saya selalu di buatkan secangkir kopi hitam oleh anak perempuan saya walaupun sebenernya saya tidak pernah menyukai kopi hitam tapi saya selalu menghabiskannya karena saya tahu anak perempuan saya peduli dan sayang kepada saya maka saya tidak akan menolak semua pemberiannya” ucap lelaki itu dan masih menitikan air matanya
“namun sekarang.. “ lelaki itu terdiam dan menghembuskan nafas berat
“ia meninggalkan saya dengan pacarnya karena saya menentang hubungan mereka berdua” ucapnya lagi dengan nada lesu,
“kenapa bapak menetangnya? “ tanya ku heran,
“karena, saya pernah melihatnya berciuman mesra dengan dua wanita malam dan ia sekarang mencoba mendekati anak saya orang tua mana yang mau masa depan anaknya hancur? “ jawab lelaki itu dengan nada tinggi sambil mengepalkan kedua tangannya, aku pun terperanjat mendengarnya dan aku pun tergerak untuk membantunya
“oh begitu pak, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya” ucapku tersenyum tipis menenangkan lelaki itu dengan menepuk pundaknya
“ ya nak bapak juga berharap anak bapak secepatnya pulang” ucap lelaki itu dengan tersenyum dan menyeruput kopi hitam pesanannya, lalu timbulah ide untuk membantu lelaki tersebut
“pak, maaf tapi saya mau bertanya, siapa nama anak bapak? “tanya ku hati-hati
“namanya Kanya Wellios” jawabnya menatapku
“ini fotonya” sambungnya lagi sambil menunjukan foto berukuran 3x4 yang terdapat seorang gadis cantik yang ku perkiraan berusia 20 tahun dari dalam dompet lelaki itu, “baiklah pak bila saya menemukan anak bapak saya akan menghubungi bapak, bapak silahkan catat nomor telepon bapak” ucap ku tersenyum memberikan secarik kertas dan pulpen kepada lelaki tersebut, lelaki tersebut menuliskan nomor teleponnya dan memberikannya kembali kepadaku “oh ya pak, nama saya Alza” ucapku tesenyum memberikan tanganku
“saya theo” ucapnya tersenyum menyambut jabatan tangan ku dan lelaki itu beranjak meninggalkan cafe ini.
“Kasihan yah bapak yang tadi, raut mukanya sangat lesu dan sorot matanya sangat putus asa” ucap Kanya menghampiriku dengan wajah murung,
“iya benar sekali aku pun bersimpati pada bapak itu” ucapku memandang bapak itu berlalu
“bagaimana kalau kita membantunya? “ sambung ku menyampaikan ide ku, “bagaiman caranya? “ tanya Kanya menyeritkan dahinya
“caranya..