meyanie21Avatar border
TS
meyanie21
Cerita Lurik, Dari Upacara Kini Siap Dikenakan Anak Muda
Indonesia itu negara yang kaya banget sama warisan budaya. Mulai dari bangunannya, seni musik, seni pertunjukan sampai ke seni kain. Salah satunya adalah kain lurik, kain tradisional yang merupakan warisan nusantara dan dunia. Kain yang awalnya menjadi simbol dan sering digunakan dalam ritual keagamaan, kini menjadi satu busana modern yang siap dipentaskan tanpa meninggalkan unsur tradisionalnya. Beberapa desainer top Indonesia diantaranya, Lulu Lutfi Labibi, Didiet Maulana, Poppy Dharsono, Edward Hutabarat, dan Tuty Adib yang meyulap kain ini jadi bernuansa modern.



Lurik sendiri merupakan kain tradisional yang mengandung makna dalam setiap pembuatannya. Namun seperti apa sih makna dari kain Lurik ini? Pada zaman dahulu, Kain Lurik berfungsi sebagai simbol status sosial dan juga kerap digunakan dalam ritual keagamaan. Lulu Lutfi Labibi seorang desainer, mengungkapkan bahwa Lurik awalnya digunakan untuk membuat Surjan. Surjan adalah nama model baju yang biasa digunakan pria untuk menghadiri acara-acara adat tertentu.

Lurik sendiri merupakan kain khas tradisional Indonesia yang dibuat dengan teknik tenun dari kapas pintal tangan, menggunakan sebuah alat bernama gedogan. Lurik sendiri ternyata memiliki beberapa makna yang subjektif. Menurut pemaparan Judi, subjektifitas makna lurik dapat dilihat dari kejadian yang diterangkan oleh arkeolog Wahyono dalam bukunya, Lurik: Sejarah Fungsi dan Artinya bagi Masyarakat.



Buku yang diterbitkan oleh Wahyono pada 1994 tersebut menyebutkan di tingkat masyarakat, sering ditemukan jenis lurik sama namun punya penamaan serta makna berbeda di masing-masing tempat, begitu pula sebaliknya. Hal ini, menurut Judi, karena adanya perbedaan rasa dan tujuan dari pembuatan lurik tersebut oleh masyarakat.

Mengapa bisa terjadi makna yang subjektif dan bias bisa terjadi terutama dari kisah dibalik pembuatan Lurik tersebut. Menurut Judi, hal ini dapat terjadi karena putusnya alur informasi pada Lurik. Sebuah motif Lurik dibuat oleh seorang tetua yang memiliki pengetahuan tertentu dan tidak mewariskannya kepada orang lain karena takut akan terjadi sesuatu.

Di dalam Museum Tekstil terdapat 88 jenis koleksi tekstil, dan semua itu merupakan sumbangan dari peneliti Lurik, Nian S Djoemena. Nian menyumbangkan 88 koleksi lurik terbaiknya kepada negara untuk dirawat dan menjadi pembelajaran generasi selanjutnya. Walaupun menurut Judi Lurik memiliki makna yang sebjektif, Tetapi Nian mengungkapkan 88 makna dari Lurik yang dia berikan pada Museum Tekstil tersebut.



Kain Lurik Liwatan asal Jawa Tengah misalnya, yang terbuat dari katun dan memiliki beberapa kombinasi warna seperti ungu, hijau, putih, dan biru gelap. Kain ini biasa digunakan sebagai selendang atau kemben liwatan pada upacara Tingkeban dengan harapan agar ibu dan anak terhindar dari bahaya dan penyakit.

Ada pula Lurik Kumbokarno yang berkombinasi merah, biru gelap, biru terang, abu-abu, dan putih. Lurik ini dibuat berdasarkan tokoh kisah pewayangan yaitu Kumbokarno. Makna dari kain ini, agar laki-laki yang mengenakannya berjiwa satria, pembela kebenaran, berani, tegas, dan kuat.



Meski memiliki banyak makna dan peruntukan, namun menurut Judi ada kriteria khusus yang hanya berlaku bagi Lurik untuk kegiatan upacara.

"Menurut saya lurik yang dipakai dalam upacara mesti terbuat dari katun, dan dibuat dengan gedogan. Bukan dari bahan sintetik dan dengan mesin," katanya. "Karena kain yang bergaris belum tentu lurik."

Tetapi saat ini Lurik bukan lagi hanya digunakan untuk upacara, tetapi siap juga menjadi satu busana fashion modern yang siap bersaing dipentas dunia.



Lulu Lutfi Labibi seorang desainer asal Yogyakarta, mengatakan kalau perkembangan Lurik saat ini semakin beragam, ketika diawal mulanya Lurik hanya menggunakan warna-warna dasar, kini Lurik lebih berani diekplorasi dan ditambah berbagai warna seperti merah, hijau hingga pink. Lurik juga memiliki daya pikat untuk dijadikan pakaian dengan nuansa modern. Mulai dari atasan, dress dengan potongan yang modern dan terstruktur hingga bisa disesuaikan dengan selera konsumennya.

Pada pegelaran budaya Indonesia Fashion Week beberapa waktu yang lalu, Lurik dipamerkan dalam tampilan yang modern dan khas anak muda, seperti jaket bomber, celana tujuh per delapan, celana tiga per empat dengan detail belahan, atasan tanpa lengan, hingga sweter. Dan semua ini berdasarkan kain tradisional Lurik tersebut. Aksi dengan kain lurik itulah yang menjadi bagian dari persembahan para desainer muda Lembaga Pengajaran (LPTB) Susan Budihardjo di ajang Indonesia Fashion Week 2016.

Mereka mencanangkan wastra Indonesia, yaitu program pengenalan kain-kain nusantara kepada alumni yang ikut bergabung dalam butik Acakacak. Ada 12 desainer yang terlibat dalam pergelaran ini. "Tahun ini kami mengangkat tren kain tradisional Indonesia. Tapi, anak muda kan biasanya nggak mau full culture banget. Jadi, kita bikin yang modern, edgy, dan kasual," ujar salah satu desainer Acakacak, Aurelia Dalimunthe.



Kereen banget yaa gan fashion buatan desainer Indonesia ini. Selain bisa membuat pakian modern yang bisa dikenakan segala kalangan, tetapi mereka tetap tidak melupakan unsur tradisional asli Indonesia yang kaya makna. Dan perpaduan ini tentunya bisa membuat kita semakin bangga kalau mengenakan berbagai pakaian tradisional khas Indonesia. Semoga aja pakian berdasarkan Lurik ini bisa diterima masyarakat dunia. Dan semakin banyak yang mau melestarikan budaya Indonesia dan membawanya ke pentas dunia. Serta membuat masyarakat dunia semakin kagum dengan Indonesia. emoticon-I Love Indonesia

Ini dia gan dan sis beberapa bentuk Lurik yang sudah dimodifikasi menjadi pakaian yang modern.











Sumur :

Sumur
Sumur 2
Sumur 3
sumur 4
0
24.5K
110
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan