Musim Hujan sudah datang gan . ada ga diantara agan yang pernah mengalami ketika pulang dari kantor/ kampus/ sekolah bertepatan dengan turunya sang hujan ? tentu agan akan berpikir lagi untuk melanjutkan pulag atau menunggu hujan berhenti. di saat agan memutuskan untuk pulang dan sudah memakai seragam anti hujan, baru saja sampai di jalan depan tempat agan berada agan di kaget kan dengan macet yang sangat parah. padahal kalo hari biasa tanpa macet nya ga separah itu
Memang menyebalkan saat berhadapan dengan mitos “hujan bikin macet”. Agan merasa kedua hal itu tidak ada hubungannya kecuali jika ruas jalanan yang agan lewati itu betul-betul banjir. Kejadian ini terjadi di kota-kota dengan kepadatan kendaraan yang tinggi. Semakin banyak kendaraan, maka kemungkinan terjadinya macet saat hujan semakin besar. Maka itu, bisa dibilang Jakarta adalah kota yang paling sering mengalaminya. Di Jakarta, jangankan hujan deras, kamu seolah-olah sudah mengamini bahwa gerimis kelas teri pun bisa menyebabkan macet.
Nah ini dia gan 8 alasan yang menyebabkan kemacetan saat hujan
Spoiler for Pertama:
Spoiler for pict1:
1. Adanya Genangan Air di Permukaan Jalan
Tidak dipungkiri lagi, buruknya kualitas jalan adalah faktor utama yang menyebabkan genangan di jalanan. Genangan muncul karena air yang terperangkap di lubang tengah jalan. Selain itu, buruknya drainase juga berperan dalam hal ini. Jika jalanan tidak mampu mengalirkan air ke selokan atau sungai, maka tidak akan sampai banjir.
Genangan di jalanan selalu identik dengan kekhawatiran. Ada perasaan was-was saat melewati jalan bergenangan. Bisa jadi di balik genangan berwarna kecoklatan itu tersembunyi lubang yang bisa mencelakakan pengendara. Maka alih-alih menerobos, kebanyakan pengendara memilih jalan yang tidak ada genangannya. Kondisi ini tentu menyebabkan lebar jalanan yang bisa dilewati jadi berkurang. Terjadilah antrian demi menghindari genangan sehingga menyebabkan kemacetan.
ati ati gan kalo nerobos genangan air, takut nya dalem jadi mending ga usah di trobos
Spoiler for Kedua:
Spoiler for pict2:
2. Jalan Licin
Saat hujan, jalanan menjadi lebih licin. Ban kendaraan tidak bisa terlalu banyak menangkal licinnya aspal saat bercampur dengan air hujan. Para pengendara takut tergelincir di belokan atau saat menyalip kendaraan. Jadilah mereka memutuskan untuk berjalan lambat saja. Tak apa biar lambat, asal selamat.
Tapi ternyata semua pengendara lain juga punya kekhawatiran yang sama sehingga mereka semua berjalan lambat, dari ujung jalan hingga ke persimpangan. Kendaraan di depan tidak kunjung beranjak dari persimpangan saking lambatnya sementara kendaraan belakang menunggu untuk bergerak. Akhirnya terjadilah penumpukan kendaraan di satu ruas jalan.
Spoiler for Ketiga:
Spoiler for pict3:
3. Pandangan Kabur
Apapun kendaraanmu, sedikit banyak hujan pasti mengurangi jarak pandangmu. Jika kamu naik motor, air hujan yang menetes dan mengalir di kaca helm tentu akan sangat mengganggu. Terlebih jika hujan deras, sesekali kamu harus mengusapnya dengan tanganmu. Jika kamu naik mobil, tetesan hujan di kaca depan pun akan terasa mengganggu. Akhirnya kamu pun mengurangi kecepatan demi keamanan. Tentunya kecepatan yang rendah diiringi volume kendaraan yang terus bertambah akan menyebabkan penumpukan kendaraan.
Spoiler for Keempat:
Spoiler for pict4:
4. Takut Kendaraan Kotor
Biarpun terdengar agak tidak masuk akal, tapi takut kendaraan jadi kotor bisa menjadi alasan kuat. Apalagi kalau kamu baru saja mencucinya dengan tenagamu sendiri. Sudah capek-capek mencuci, tapi kendaraanmu jadi kotor lagi lantaran terkena cipratan genangan. Jadilah kamu melambatkan kendaraan. Masalahnya, satu kendaraan melambat saja sudah bisa menyebabkan kemacetan bagi kendaraan-kendaraan di belakangnya. Terlebih jika volume kendaraannya padat seperti di Jakarta.
Spoiler for Kelima:
Spoiler for pict5:
5. Banyak Motor Berteduh di Bawah Jembatan Penyeberangan/Jalan Layang
Saat hujan turun, pemandangan yang umum ditemukan adalah pengendara motor yang berteduh karena lupa bawa jas hujan. Ketika hujan turun deras, sesegera mungkin para pengendara motor ini mencari tempat berteduh agar tidak kebasahan. Jika di depan mereka ada teras ruko atau warung, itulah yang mereka pilih. Begitu pula jika ada ruang kecil di bawah jembatan penyeberangan yang tidak terkena hujan, maka ada juga yang akan berhenti di sana.
Sayangnya, bawah jembatan penyeberangan atau jalan layang itu juga dilewati mobil atau motor lain. Ketika motor menumpuk untuk berteduh, maka tentu akan mengganggu kelancaran perjalanan pengendara lain. Ya, hal sesepele itu pun bisa menyebabkan macet.
Spoiler for Keenam:
Spoiler for pict6:
6. Pengendara Motor Berhenti di Pinggir Jalan untuk Memakai Jas Hujan
Satu-dua kali pasti kamu pernah menemukan pengendara motor yang berhenti tiba-tiba saat hujan deras mulai turun. Karena tidak ada tempat untuk berteduh, maka mereka mengenakan jas hujan tepat di pinggir jalan. Bukannya ingin mendiskreditkan pengendara motor atau melarang mereka memakai jas hujan lho. Namun jika mereka melakukannya di area ruas jalan, meskipun itu di pinggir jalan, sedikit banyak akan mengganggu kelancaran lalu lintas. Mau tak mau pengendara lain harus menunggu si-pengguna-jas-hujan sampai selesai mengenakan jas hujan atau menunggu untuk menyalip.
Hitunglah butuh satu hingga dua menit sebelum mereka sempurna memakai jas hujan. Jika hal itu terjadi di ruas jalan sibuk Jakarta, kendaraan yang berhenti dalam rentang waktu sependek itu pun bisa menyebabkan macet.
Spoiler for ketujuh:
Spoiler for pict7:
7. Ruas Jalan Ditutup Karena Banjir
Hujan deras membuat beberapa ruas jalan banjir. Karena tidak bisa dilewati, akhirnya ruas jalan itu pun ditutup. Petugas lalu lintas pun mengalihkan arah kendaraan ke jalan lain. Padahal jalan yang ditutup termasuk jalan yang sibuk, banyak kendaraan yang melintas. Kepadatan kendaraan pun teralihkan di ruas lain, menyebabkan volume kendaraan terpusat di beberapa titik saja. Jelas ini pun mengakibatkan kemacetan.
Spoiler for kedelapan:
Spoiler for pict8:
8. Pengatur Lalu Lintas Ikut Pula Berteduh
Beberapa persimpangan jalan dan ruang putar-balik kendaraan membutuhkan pengatur lalu lintas, terlebih pada jam-jam sibuk ketika pengendara sulit diatur oleh hanya lampu dan rambu lalu lintas. Baik pengatur berseragam, seperti polisi dan petugas dinas perhubungan, maupun pengatur nonseragam, yang biasa disebut Pak Ogah, bahu membahu demi melancarkan lalu lintas.
Akan berbeda kondisinya saat hujan. Karena tidak semua dibekali jas hujan, terutama para Pak Ogah, mereka kebanyakan memilih berteduh. Saat itulah beberapa pengendara merasa bebas. Mereka main terobos lampu dan rambu lalu lintas. Karena buru-buru ingin sampai tujuan, mereka putar-balik seenaknya, berhenti semaunya. Ketidaksabaran itu membuat mereka susah sendiri. Kesemrawutan terjadi dan tidak ada ruang bagi kendaraan untuk bergerak karena jaraknya terlalu rapat. Akhirnya yang menjadi korban tentu pengendara-pengendara di belakangnya. Mereka harus mengantre akibat kecerobohan pengendara di depannya.
Budayakan komen dulu baru baca.. eh baca dulu baru komen !
Mungkin dari para kaskuser sekalian ada yang ingin menambahkan ? monggo ..