Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mikhsansAvatar border
TS
mikhsans
Operasi Barbarossa dan Politik Pangan Hitler
Memperingati 75 tahun penyerangan Third Reich ke USSR.

1 Maret 1941 = Usulan Reichsmarschall Hermann Göring disetujui dalam sebuah rapat (Oldenburg Plan). Ini disebut jadi salah satu penyulut Operasi Barbarossa



para sepuh forsex ane ijin share ttg operasi barbarossa ya..


Operasi Barbarossa dan Politik Pangan Hitler



Saya tidak akan berbicara banyak soal Operasi Barbarossa, apalagi mengupas sepak terjang Adolf Hitler. Biarlah Hitler, NAZI, dan segala derivatnya tetap menjadi kontroversi. Banyak sejarawan yang lebih mengerti dan berkompeten untuk menulis tentang seluk beluk Hitler dan NAZI-nya.

Saya hanya mengangkat realita unik soal Operasi Barbarossa dan politik pangan yang sedang dijalankan Hitler. Proses terjadinya Operasi Barbarossa sudah banyak diulas di berbagai artikel di dunia maya. Bahkan, tulisan mengenai kronologi hari per hari operasi itu juga sudah banyak beredar. Saya sampaikan garis besarnya saja.

Awalnya begini, Perang Dunia II terjadi di beberapa front sejak 1939. Kubu Jerman dan Uni Soviet terlibat peperangan sengit di sejumlah daerah. Salah satu front pertempuran yang paling mematikan adalah serangan Jerman ke Uni Soviet pada 1941. Serangan ini merupakan salah satu dari aksi militer NAZI yang paling well-prepared alias memiliki perencanaan yang sangat baik.

Aksi militer ini bernama Operasi Barbarossa. Namanya diambil dari salah satu kaisar Jerman di zaman Romawi yang bernama Frederick Barbarossa. Operasi Barbarossa merupakan salah satu operasi militer terbesar dalam sejarah. Terbesar dalam jumlah pasukan dan korban jiwa. Perencanaan Operasi Barbarossa sudah berlangsung sejak 1939 atau hampir dua tahun sebelum serangan. Beberapa rujukan menyebut Operasi Barbarossa sudah direncanakan oleh Hitler sejak 1925.

Mengapa Hitler dan NAZI-nya mempersiapkan operasi ini sejak jauh hari? Operasi Barbarossa merupakan strategi Jerman untuk mempersiapkan masa depannya. Silakan tengok teori Lebensraum yang diusung Hitler dalam buku Mein Kampf hasil karyanya. Saya tidak perlu panjang lebar menjabarkan teori ini. Singkatnya, Lebensraum adalah teori 'kebutuhan ruang' untuk hidup bagi masa depan rakyat Jerman, berupa tanah dan segala sumber dayanya.

Untuk mengaplikasikan teori ini, Hitler memperluas kekuasaan ke wilayah timur, yakni wilayah yang dikuasai Uni Sovyet. Selama ini, sejarah mencatat, Operasi Barbarossa merupakan perluasan kekuasaan, aksi militer, hingga penjajahan. Namun, banyak kejadian-kejadian kecil yang mengungkap adanya tujuan di luar tiga hal itu. Saya merangkai beberapa peristiwa sebelum Operasi Barbarossa yang memiliki benang merah satu sama lain.

Politik pangan

Jauh sebelum Hitler mengusung Lebensraum, Friedrich Ratzel pada 1901 sudah memperkenalkan konsep mengenai kebutuhan Jerman terhadap ruang untuk hidup. Ratzel merupakan ahli geografi. Dia sadar, Jerman butuh wilayah lain di luar teritorinya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Pangan hanya bisa diproduksi apabila ada tanah.

Jenderal Prussia, Friedrich von Bernhardi, adalah tokoh pertama yang menunjuk wilayah timur (Uni Sovyet) sebagai ruang untuk hidup bagi rakyat Jerman. Uni Sovyet dianggap bisa menjadi lahan untuk memproduksi pangan. Bernhardi menyampaikan ini pada 1912. Dia menganggap perang hanyalah alat semata, tujuan utamanya adalah kebutuhan terhadap bahan pangan.

Teori Lebensraum secara tidak langsung mulai memengaruhi kebijakan politik dan militer NAZI sejak 1925. Keputusan-keputusan politik dan aksi militer NAZI selalu berujung pada Lebensraum. Ini menunjukkan betapa Hitler dan para punggawanya sudah paham betul arti penting tanah sebagai ruang untuk hidup.

Salah satu tahap penting sebelum terjadinya Operasi Barbarossa adalah restrukturasi ekonomi Jerman yang diinisiasi NAZI. Restrukturisasi itu dibungkus dalam program bernama Four Year Plan (1936-1940). Otak dibalik program ini adalah petinggi NAZI, Hermann Goring. Betul, Hermann Goring orang kepercayaan Hitler itu. Inti dari Four Year Plan adalah peningkatan produksi pangan dan proteksi terhadap barang produksi dalam negeri.

Jerman bertekad untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya dari sumber-sumber dalam negeri. Kunci untuk mencapai itu adalah menggenjot produk-produk pertanian. Pemenuhan kebutuhan pangan itu harus tercapai dalam waktu yang singkat, yakni empat tahun. Program ini mendasari setiap keputusan politik hingga militer.

Adanya kesadaran para petinggi Jerman soal kebutuhan pangan sebenarnya bukan hal aneh. Saya yakin tidak banyak yang mengetahui, banyak petinggi NAZI yang juga ahli pertanian. Di luar segala kontroversinya, Goring merupakan salah satu ahli pertanian yang menonjol. Dia selama ini dikenal sebagai perwira tinggi dan ahli taktik perang NAZI, namun dia juga menjadi 'menteri koordinator' untuk program-program pertanian Jerman.

Heinrich Himmler, orang nomor satu di Partai NAZI, juga mendalami ilmu pertanian. Ketika Perjanjian Versailles melarang Jerman membangun angkatan perang, Himmler muda meninggalkan barak. Dia lalu masuk ke Fakultas Pertanian, Universitas Teknik Muenchen. Sekali lagi, di luar segala kontroversi Himmler, dia memiliki ilmu yang mumpuni di bidang pertanian dan paham akan penting pemenuhan kebutuhan pangan di masa depan.

Perwira schutzstaffel/SS (pasukan khusus NAZI), Richard Darre, barangkali menjadi ahli pertanian terbaik NAZI. Jabatan tertinggi dia adalah menjadi menteri (reichminister) urusan pangan di kabinet Hitler. Dia mendalami ilmu peternakan (animal breeding) di University of Halle. Darre hampir meraih gelar PhD, namun kuliahnya terhenti karena aktivitas politiknya.

Hitler juga paham dengan kebijakan pertanian. Dia besar di sebuah pertanian milik ayahnya. Bahkan, sejak awal berdirinya NAZI, partai ini menyasar kaum petani kecil di Jerman. Para petani lah anggota-anggota awal NAZI.



Food war

Kembali ke program Four Year Plan. Ternyata, proyek ini tidak berjalan sesuai harapan. Masih banyak rakyat Jerman kekurangan pangan. Pasokan makanan untuk tentara Jerman di berbagai front pertempuran juga kian menipis. Produksi pertanian dari dalam negeri tidak mengalami kenaikan signifikan. Ini adalah ketakutan Hitler yang sebenarnya. Dia tidak akan rela Jerman tergantung dari pasokan pangan negara lain.

Uni Sovyet di mata Jerman adalah sebuah hamparan tanah subur yang bisa memberi kehidupan. Di atas tanah bisa tumbuh tanaman sebagai sumber pangan, sedangkan di dalam tanah terkandung sumber minyak yang bisa menghidupkan mesin-mesin manufaktur. Dengan menguasai Uni Sovyet, maka kebutuhan pangan dan energi Jerman di masa depan sudah aman.

Maka, Hitler menandatangani perintah untuk dimulainya Operasi Barbarossa pada 18 Desember 1940. Padahal, Jerman dan Uni Sovyet sudah menandatangani pakta non-agresi pada 1939, namun Operasi Barbarossa tetap berlangsung. Pemimpin Uni Sovyet kala itu, Joseph Stalin, rupanya telah mengendus rencana Jerman itu sejak lama. Sehingga, Stalin mengingatkan 'tentara merah' Uni Sovyet agar bersiap menghadapi serangan Jerman yang bisa terjadi kapan saja.

Siang hari, pada 22 Juni 1941, tentara Jerman merangsek ke wilayah Uni Sovyet lewat jalur darat setelah menempuh jarak 500 kilometer. Mereka melakukan perang total (blitzkrieg) terhadap Uni Sovyet. Tentara merah kalah telak di dua pekan pertama. Tentara Jerman berhasil menduduki beberapa wilayah pertanian subur, seperti Ukraina.

Tentara merah ternyata menyimpan separuh kekuatannya. Stalin telah memperhitungkan serangan Jerman ini sejak lama. Memasuki musim dingin, tentara merah mulai memukul mundur tentara jerman. Jalur-jalur pasokan logistik bagi tentara Jerman diputus. Rel kereta dihancurkan. Jalan-jalan utama ditutup.

Tank dan alat berat tidak mendapat pasokan bahan bakar. Salah satu logistik vital lainnya adalah pakaian musim dingin. Tentara Jerman datang dengan seragam militer musim panas. Ketika memasuki musim dingin, mereka tidak mendapat pasokan memadai. Penderitaan tentara Jerman menjadi 'sempurna'. Mereka kelaparan di tengah cuaca ekstrem yang sangat dingin pada Desember 1941. Berperang untuk pangan, namun karena pangan pula Operasi Barbarossa gagal.

Kekalahan Operasi Barbarossa merupakan awal kejatuhan Hitler dan kedigdiyaan Jerman di kancah dunia. Jerman mulai diserang di segala sisi. Tentara Jerman di berbagai front mulai dipukul mundur. Para petinggi Jerman mulai masuk ke dalam bunker. Tentara Jerman mulai kehabisan bahan makanan. Bahan bakar perang menipis. Semua sumber daya untuk peperangan sudah ludes. Jerman angkat tangan dan Perang Dunia II berakhir. Jadi, faktor apa yang menyebabkan kehancuran Jerman? Serangan tentara merah atau keterbatasan pangan?

Cerita soal masa lalu cukup sampai di sini dulu. Saya akan kembali ke masa kini. Sejak akhir 1990-an, dunia mulai khawatir terhadap kelangkaan pangan. Masing-masing negara kini tak lagi berlomba-lomba untuk mengekspor pangan. Mereka lebih memilih mengamankan terlebih dulu stok pangan dalam negerinya.

Di berbagai forum internasional, para pemimpin dan tokoh dunia menegaskan pentingnya food, energy, and water (FEW). Singkatannya juga punya makna bahwa tiga hal itu kian menepis (few). Pertemuan World Economic Forum (WEF) pada 2008 menyimpulkan, keterbatasan pangan bisa memengaruhi ekonomi dunia.

Para analis internasional bahkan menyebut keterbasan pangan bisa mengganggu keamanan global. Perang di masa depan tidak akan lagi memperebutkan wilayah atau bertujuan meraih gold, glory, and gospel, melainkan berlomba merebut sumber pangan. Perang untuk mendapatkan pangan diperkirakan bisa terjadi mulai 2050.

Sebentar, saya kembali sejenak ke Operasi Barbarossa. Apakah benar perang pangan baru akan terjadi pada 2050? Operasi Barbarossa menjadi tontonan sempurna betapa pangan sudah menjadi penyebab peperangan sejak 1941 dan kesadaran terhadap ketersediaan pangan mulai digagas sejak 1901. Operasi Barbarossa sebenarnya sudah menjadi peringatan sempurna betapa sebuah negara harus memikirkan masa depan kebutuhan pangan rakyatnya.

Di Indonesia, ada 240 juta mulut yang harus disuapi dengan berbagai jenis pangan. Jumlah mulut itu akan terus bertambah setiap tahun. Indonesia tentu tidak perlu melakukan Operasi Barbarossa, karena tanah sudah terhampar luas di negara ini. Yang dibutuhkan hanya keseriusan untuk mengolah dan memanfaatkan. Lantas, bagaimana jika ada negara yang melancarkan Operasi Barbarossa terhadap Indonesia?

sumur gambar: wikipedia dan Bundesarchiv Bild | ww2today.com

Sumur tulisan:
http://www.bertutur.com/operasi-barb...pangan-hitler/

http://www.bertutur.com/operasi-barb...gan-hitler-ii/
Diubah oleh mikhsans 01-03-2016 04:54
0
12K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan