pakdejoyAvatar border
TS
pakdejoy
Gelombang PHK Mulai Sasar Industri Farmasi
Gelombang PHK Mulai Sasar Industri Farmasi
Selasa, 09/02/2016 00:05 WIB



Jakarta, CNN Indonesia -- Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali bergulir. Kali ini, perusahaan farmasi multi nasional dikabarkan telah merumahkan ratusan buruh pada Februari 2016.

"Perusahaan seperti PT Novartis mem-PHK 100 orang dari total 300 orang di Kuningan, Jakarta Selatan; PT Sandoz 200 orang dari 300 orang di Pasar Rebo, Jakarta Timur; PT Sanopi Aventis lima orang kemungkinan menjadi 100 orang dari 300 orang di Jalan A.Yani, Jakarta Timur," kata Presiden KSPI Said Iqbal Senin (8/2).

Said mengatakan, selain tiga perusahaan tadi pihaknya juga mencatat terdapat sejumlah perusahaan farmasi lain yang berencana merumahkan ratusan buruhnya, seperi PT Merck, PT Glaxo, PT Jhonson and Jhonson.

Di mana kebijakan tersebut dilakukan lantaran perusahaan farmasi ingin mengurangi kapasitas produksi.

Ia menegaskan, pemerintah harus turun tangan guna menghentikan gelombang PHK.

"PHK ini bukan main-main dan mengada-ada. Perusahaan farmasi yang sudah mem-PHK buruhnya berasal dari perusahaan multinasional dari Prancis dan Swiss serta sudah puluhan tahun ada di Indonesia," tambah Said.

Sebelumnya, sekitar 30.000 buruh melakukan aksi demonstrasi di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Sabtu (6/2) yang diikuti aksi serempak di beberapa kota besar untuk menuntut penghentian PHK dari sejumlah perusahaan asing di Tanah Air.

Sejumlah perusahaan elektronik asal Jepang dan Korea pun diberitakan menutup kantor pabrik perwakilannya di Indonesia sehingga menyebabkan ribuan buruh pabrik terancam diputus hubungan kerja dan menganggur.
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/...ustri-farmasi/


PHK Juga Marak Terjadi di Perusahaan Farmasi
SELASA, 09 FEBRUARI 2016 | 12:57 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan bulan ini terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah perusahaan farmasi. “Ratusan buruh yang sudah di-PHK itu sedang berunding pesangon,” kata Said melalui siaran pers, Selasa, 9 Februari 2016.

Said menyebutkan PT Novartis Indonesia di Kuningan, Jakarta Selatan, memangkas 100 buruh dari total 300 pekerja. Berikutnya adalah PT Sandoz Indonesia di Pasar Rebo, Jakarta Timur, yang melakukan PHK terhadap 200 pekerja dari total 300 orang. Lalu, PT Sanofi Aventis Indonesia di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Jakarta Timur, mengurangi lima pekerjanya. “Kemungkinan menjadi 100 orang dari total 300 pekerja,” ujarnya.

Said berujar, buruh yang terkena PHK adalah anggota Federasi Serikat Pekerja Reformasi yang juga anggota KSPI. Menurut dia, perusahaan farmasi yang memberlakukan PHK terhadap buruhnya adalah perusahaan multinasional dari Prancis dan Swiss. “Mereka sudah puluhan tahun di Indonesia,” tutur Said, yang juga Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI). Dia menambahkan, PHK terjadi karena perusahaan mengurangi kapasitas produksi.

Said mengatakan ratusan buruh yang bekerja di PT Merck Tbk Indonesia, PT Glaxo, dan PT Johnson and Johnson mulai resah. Mereka khawatir terkena PHK. “Buruh mendesak pemerintah sungguh-sungguh bekerja untuk menghentikan gelombang PHK ini,” ucap Said.

Hingga saat ini, Tempo masih berusaha mengkonfirmasi kepada Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia mengenai kabar tersebut.
https://bisnis.tempo.co/read/news/20...sahaan-farmasi


Perusahaan Farmasi Ramai-Ramai Lakukan PHK
Rabu, 3 Februari 2016 - 16:38 wib



JAKARTA - Perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dan ekonomi China (Tiongkok) telah berdampak pada penurunan kinerja perusahaan-perusahaan di berbagai negara. Bahkan, banyak perusahaan migas, elektronik, hingga manufaktur yang melakukan efisiensi perusahaan dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)

Namun, PHK ternyata tidak hanya dilakukan oleh perusahaan migas dan elektronik. Menurut Ketua Umum International Pharmaceutical Manufactures Group (IPMG) Luthfi Mardiansyah, industri farmasi di Indonesia juga melakukan layout atau pemutusan hubungan kerja dalam beberapa tahun terakhir.

"Sebagai bentuk efisiensi layout juga dilakukan oleh industri farmasi. Ini merata dalam beberapa tahun terakhir. Tapi jumlahnya tidak besar, tidak sampai ratusan," ujar Luthfi saat ditemui di Hotel Intercontinental, Jakarta, Rabu (3/2/2016).

Menurut Luthfi, PHK sementara ini tidak disebabkan oleh penurunan kinerja perusahaan. Kebijakan ini dilakukan hanya untuk mendorong kinerja perusahaan agar dapat terus tumbuh tanpa terbebani oleh besarnya jumlah tenaga kerja.

"Perusahaan masih tumbuh. Walaupun tidak sebesar yang kira harapkan. Kita bisa melihat bagaimana perusahaan farmasi dapat memanfaatkan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dan BPJS," jelasnya.

Luthfi menambahkan, kebijakan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang meminta industri farmasi menurunkan harga obat telah membebani kinerja perusahaan farmasi di Indonesia. Untuk itu, Kemenkes diharapkan dapat transparan kepada pengusaha agar tidak merugikan industri farmasi dalam negeri.

"Karena Kemenkes juga minta turunkan harga obat. Ini cukup membebani," pungkasnya.
http://economy.okezone.com/read/2016...ai-lakukan-phk


Ini Daftar Perusahaan Farmasi yang Akan Melakukan PHK Massal di 2016.
February 9, 2016 0 55162

Ternyata perusahaan multinasional yang terimbas dari kondisi perekonomian dunia bukan hanya industri otomotif tetapi menjalar ke perusahaan Farmasi. Tercatat 6 perusahaan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yakni PT Novartis, PT Sandoz, PT Sanofi Aventis, PT Merck, PT Glaxo dan PT Jhonson and Jhonson.

Perusahaan-perusahaan asing ini merupakan perusahaan besar yang memiliki reputasi tinggi di industri farmasi di Indonesia. Sebutlah Voltaren produk Novartis, produk ethical seperti Oxipres dari Sandoz dan produk berkualitas lainnya yang telah kuat dipasaran Indonesia.

Seperti dikutip republika.co.id, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mendesak pemerintah untuk segera melakukan upaya untuk menghentikan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi terhadap buruh di perusahaan-perusahaan multinasional.

“PHK ini sungguh benar-benar ada, bukan main-main dan mengada-ada. Kali ini yang melakukan PHK adalah perusahaan farmasi multinasional dari Perancis dan Swiss yang sudah beroperasi puluhan tahun di Indonesia,” kata Iqbal melalui siaran pers, Senin (8/2).

Iqbal mengatakan alasan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan PHK adalah karena mereka melakukan pengurangan kapasitas produksi. Hal itu membuat buruh resah.

Iqbal mengatakan perusahaan farmasi multinasional yang melakukan PHK buruh pada Februari 2016 adalah PT Novartis, PT Sandoz, PT Sanopi Aventis.

“Kemungkinan akan menyusul perusahaan farmasi multinasional lain melakukan PHK seperti PT Merck, PT Glaxo dan PT Jhonson and Jhonson,” katanya.

Iqbal mengatakan saat ini ada ratusan buruh yang sudah ter-PHK dan sedang berunding pesangon. Ratusan buruh tersebut adalah anggota federasi serikat pekerja farmasi Farkes Reformasi yang juga berafiliasi dengan KSPI.

Pabrik PT Novartis di Kuningan, Jakarta Selatan mem-PHK 100 orang dari total 300 buruhnya, pabrik PT Sandoz di Pasar Rebo, Jakarta Timur mem-PHK 200 orang dari total 300 buruhnya dan PT Sanopi Aventis di Jalan A Yani, Jakarta Timur mem-PHK lima orang, tetapi kemungkinan bertambah menjadi 100 orang, dari total 300 buruhnya. [Baca : Gagalnya Lelang Obat Alasan Munculnya PHK Massal di Perusahaan Farmasi]

Bagaimana dengan nasib para apoteker dan tenaga analis lainnya? sepertinya tidak termasuk dalam buruh yang di-PHK. Belum ada data yang valid mengenai hal ini.
http://bidhuan.com/2016/02/09/ini-da...assal-di-2016/


PHK Marak, Menurut INDEF Ini Penyebabnya
SELASA, 09 FEBRUARI 2016 | 11:27 WIB


Ribuan buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) melakukan long march saat menggelar unjuk rasa di Jakarta, 6 Februari 2016. Dalam aksinya mereka menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 dan menghentikan PHK massal. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati, mengungkapkan penyebab pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi awal 2016. Menurut dia, pemutusan hak kerja, restrukturisasi, atau relokasi beberapa perusahaan, seperti Ford, Panasonic, Toshiba, dan Chevron, murni karena pertimbangan bisnis. (Baca: Cegah PHK Karyawan, BKPM Surati Toshiba dan Panasonic)

“Sebenarnya tidak hengkang, karena kalau hengkang berarti ada permasalahan investasi di Indonesia. Ini murni pertimbangan bisnis, tapi punya implikasi terhadap pengangguran,” kata Enny saat dihubungi Tempo, Selasa, 9 Februari 2016.

Yang harus jadi perhatian pemerintah, kata Enny, adalah sekalipun investasi meningkat, dominasinya ada di capital intensive atau industri yang padat modal. "Bukan di industri padat karya,” ujarnya. (Baca juga: Menteri Darmin: Berita PHK dan Restrukturisasi Campur Aduk)

Enny menjelaskan, industri padat karya ini tidak mampu menggaet investor karena ada permasalahan perburuhan. Menurut dia, pemerintah harus segera menyelesaikannya untuk memperbaiki iklim investasi dalam negeri. “Kalau dilihat fenomena PHK, yang jadi keluhan investor adalah konsistensi kebijakan dan perburuhan,” katanya.

Enny menambahkan, pemerintah melalui Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri harus segera menyelesaikan persoalan perburuhan dengan berkomunikasi melalui berbagai asosiasi tenaga kerja. Dia menilai semua pihak yang terlibat harus menyamakan persepsinya. Di satu sisi, buruh ingin memperjuangkan nasibnya. Di sisi lain, tuntutan ini bisa semakin menjauhkan investasi padat karya di Indonesia.

“Lucunya, sekarang asosiasi pekerja menuntut tidak ada PHK tapi sekaligus menuntut kenaikan gaji. Siapa tahu suatu saat menuntut tidak bekerja tapi digaji,” tuturnya.

Enny mengatakan tantangan akan semakin berat dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN yang membebaskan pengusaha memiliki basis produksi di beberapa negara, tapi dapat berpenetrasi ke pasar di Indonesia. “Jadi kalau gaduh terus, sementara insentif di kawasan industri dan bea logistik tetap mahal, orang tidak salah kalau merelokasi di negara lain,” tuturnya.
https://bisnis.tempo.co/read/news/20...ni-penyebabnya

-------------------------------

Obat apotik dari bahan kimia kosong akibat pabriknya tutup, yaaa terpaksalah kembali minum jamu kalo sakit!

emoticon-Big Grin
0
12.1K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan