Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tik4888Avatar border
TS
tik4888
Sebagian PSK Kalijodo Bertahan di Kolong Tol Pluit?
Tribunnews.com, Jakarta - Saat itu langit baru berganti dari sore menuju malam. Namun kolong Tol Pluit sudah tampak gelap. Dari kejauhan datang tiga orang, dua perempuan dan satu laki-laki.
Dua perempuan berpakaian celana pendek, sekitar 20 sentimeter di atas lutut. Bajunya juga tampak ketat. Sedangkan satu laki-laki tersebut memakai baju lengan dan celana panjang.
Dari kejauhan sayup-sayup terdengar obrolan ketiganya. Salah satunya tentang terjadinya keributan di kolong Tol Pluit. Keributan tersebut terjadi di salah satu tempat di bagian tengah kolong Tol Pluit.
"Kalau di sini jangan macam-macam. Kita kan segan sama Daeng R (inisial)," nasihat salah satu perempuan kepada pria tersebut.

Seakan sudah dimengerti konsekuensinya, nama 'Daeng' tak lagi disebut. Ketiganya kemudian terlibat obrolan yang sama dan terus berulang. Di sela-sela pembicaraan soal keributan, ketiganya juga terlibat obrolan ringan satu sama lain.
Obrolan tersebut terdengar memakai bahasa vulgar. Namun, dari amatan Kompas.com, mereka sudah biasa dengan obrolan tersebut, sebab tak ada canggung di antara mereka.
"Kaki gue udah gemeter aja ini, 'main' aja belum," kata salah satu perempuan.

Main di sini sebagai pengganti kata-kata vulgar dari si perempuan. Dari obrolan mereka mengisyarakatkan bahwa mereka pekerja seks komersial (PSK). Sebab, beberapa kali menyinggung soal tempat kerja.
"Ah elu, giliran gue tidur, lu 'merek' (kerja), kalo lu tidur, gue 'merek' (kerja)," celetuk salah satu perempuan.
Namun, tak jelas apakah mereka bagian dari PSK Kalijodo atau PSK di tempat lain. Salah satu pria, sebut saja Ican (27), warga di kolong Tol Pluit menyebut bahwa tak semua PSK Kalijodo pulang kampung.

Sebagian dari mereka bertahan di kolong Tol Kalijodo. "Di sana (sisi timur) kayaknya baru-baru semua itu dari belakang (Kalijodo)," kata Ican, Selasa (23/2/2016).
Namun, lanjut Ican, tak sedikit juga PSK pergi ke kampung halamannya masing-masing. Mereka dipulangkan beberapa hari sebelum Operasi Pekat.
"Misalnya ke Surabaya. Ya dipulangin gitu," kata Ican.

Sebelumnya, salah satu eks warga Kalijodo, Mawar (bukan nama sebenarnya), mengungkapkan tak semua pemilik kafe di Kalijodo, khususnya kerabat Abdul Azis atau Daeng Azis, menempati rumah mewah. Menurut Mawar para pemilik kafe tinggal di kolong Tol Pluit. Lokasi kolong Tol Pluit berada tepat di depan kawasan Kalijodo.
"Walau pun punya bar (kafe), tapi yang punya bar itu tinggalnya di kolong (Tol Pluit) kecuali Daeng Azis itu," kata Mawar kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (22/2/2016).
http://www.tribunnews.com/metropolit...l-pluit?page=3

PSK Kalijodo Bertahan di Kolong Tol

Metrotvnews.com, Jakarta: Pekerja Seks Komersil (PSK) Kalijodo ternyata tidak pulang kampung seperti yang dikabarkan. Mereka hanya pindah ke seberang kali yang selama ini dijadikan tempat tinggal para preman dan PSK.

Kafe-kafe di kawasan Kalijodo sudah lama kosong, saat warga ditanyai mengenai keberadaan PSK rata-rata menjawab sama, ‘pulang kampung’. Ternyata, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Ada sebuah permukiman warga yang berdiri di bawah jalan tol Pluit. Gubuk yang rata-rata terbuat dari tripleks itu, terletak di Jalan Kepanduan I. Lokasinya di seberang Jalan Kepanduan II, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Wilayah itu hanya dipisahkan oleh kali. Di lokasi itu PSK dan para preman tinggal.

"Di sini tempat mereka (preman dan PSK Kalijodo) tinggal. Di sana hanya tempat kerja, kalau tidur dan tinggal mereka di sini," kata Ngatina, 37, salah seorang pedagang makanan di lokasi tersebut kepada Media Indonesia, Selasa (23/2/2016).

Saat pagi hari, lokasi tersebut masih terlihat sepi. Hanya wanita berpakaian seksi, pria bertato dan pedagang asongan keliling yang berlalu-lalang di tempat itu.

"Mereka kerjanya malam, jadi biasa kalau pagi masih pada tidur," kata wanita asal Semarang yang sudah tiga tahun mengadu nasib di tempat itu.

Ngatina mengatakan, hingga saat ini para preman dan wanita malam masih bermukim di sana. Namun, Ia tidak tahu aktivitas mereka saat ini setelah kafe di Kalijodo sepi dari aktivitas hiburan malam.

Ia mengungkapkan, untuk dapat tinggal di gubuk yang terletak di RT 17 RW 05 itu, Ia harus membayar Rp300 ribu per bulan ke penguasa wilayah. "Itu katanya orang yang paling lama tinggal di sini. Tapi saya juga kurang mengerti, saya bayar saja, tidak ada biaya pungutan lain," ujarnya.

Di tempat itu, ada seorang pria muda yang berpenampilan lusuh terlihat mabuk minuman keras, dari napasnya tercium aroma alhokol. Bocor, begitu warga di sana memanggil lelaki yang bekerja sebagai tukang parkir di kawasan tersebut.

Ketika ditanyai apakah Ia juga bekerja sebagai tukang parkir di kafe Kalijodo, Ia mengatakan tidak. Menurutnya, untuk menjadi tukang parkir di sana terlalu banyak saingan.

"Kebanyakan premannya di sini, jadi saya parkir yang di pinggir jalan depan sana saja," katanya.

Namun, tidak semua warga di pemukiman kumuh ini bekerja sebagai preman dan PSK. Seorang pria berumur 64 tahun yang sudah menetap disana dari tahun 1997 mengatakan, dari sekitar 300 kepala keluarga, kebanyakan warga bekerja sebagai pemulung, juru parkir, dan lainnya.FZN
http://news.metrotvnews.com/read/201...-di-kolong-tol


penggusuran setengah hati, kolong tol pluit will be the next kalijodo...pantesan aja premannya ga ada yg ngamuk2 emoticon-Ngakak (S)
0
4.4K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan