pakdejoyAvatar border
TS
pakdejoy
Paus Fransiskus ttg pro-kontra LGBT: "Siapakah Aku Sehingga Menghakimi?"
Pro Kontra LGBT, Pernyataan Tegas Paus Fransiskus! "Siapakah Aku Sehingga Menghakimi?"
Sabtu, 20 Februari 2016 12:01


Paus Fransiskus

TRIBUNMANADO.CO.ID - Maraknya pemberitaan soal Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) telah menuai pro dan kontra dan perdebatan cukup sengit beberapa waktu terakhir.

Pernyataan mendukung dan menolak kelompok LGBT membanjiri sosial media.

Menanggapi hal tersebut, Pemimpin Tertinggi Umat Katolik Roma, Paus Fransiskus angkat bicara.

Pernyataan tegas Paus memandang kaum LGBT telah menyebar melalui medis sosial facebook.

Dalam pandangannya, Paus menilai dirinya tidak berhak untuk menghakimi kaum LGBT.

Hal tersebut tertuang dalam pernyataannya :



"If someone is gay and he searches for the Lord, and has good will, who am i to judge? we shouldn't marginalize people for this. They must be integrated into society"

("Jika seseorang adalah gay dan ia mencari Tuhan, serta memiliki niat baik, siapakah aku sehingga menghakimi? kita tidak harus meminggirkan orang karena ini . Mereka harus diintegrasikan ke dalam masyarakat")


Pernyataan Paus ini sontak mendapat beragam tanggapan dari netizen.

"Silakan baca supaya lebih paham dan terbuka (merujuk pada pernyataan Paus). Siapakah aku bisa menghakimi kamu? Bukankah aku juga kerap berdosa? Jika kamu tidak pernah berdosa, kamu boleh menghakimi," tutur pemilik akun facebook Deodatus Suksmo Pradipto.
http://manado.tribunnews.com/2016/02...gga-menghakimi


Kardinal Dolan: Pernyataan Paus Fransiskus tentang Gay, Menegaskan Posisi Gereja
21:54 WIB | Kamis, 01 Agustus 2013


Kardinal dari Keuskupan Agung New York, Timothy Dolan. (Foto: cathnewsusa)

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Kardinal dari Keuskupan Agung New York, Timothy Dolan, belum lama ini menjelaskan bahwa Paus Fransiskus dan Gereja Katolik Roma masih menganggap homoseksualitas adalah salah.

Kardinal Dolan mengatakan hal itu dalam siaran media CBS This Morning, pernyataan Paus itu memperjelas posisi Gereja yang menerima homoseksual tanpa menerima perilaku homoseksual.

"Paus Fransiskus akan menjadi yang pertama untuk mengatakan, 'Pekerjaan saya bukan untuk mengubah ajaran Gereja. Pekerjaan saya adalah untuk hadir sejelas mungkin'," kata Kardinal Dolan, pada Selasa (30/7), seperti dilansir dari situs christianpost.

"Sementara itu, tindakan-tindakan tertentu mungkin salah ... (tetapi) kita akan selalu mencintai dan menghormati orang dan memperlakukan orang dengan bermartabat," kata Kardinal Dolan, yang juga menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Amerika.

Pertanyaan Wartawan tentang Gay

Pada hari terakhir kunjungan Paus ke Brazil untuk Hari Pemuda Se-Dunia, Paus Fransiskus menjawab pertanyaan wartawan tentang posisi kaum gay dalam Gereja Katolik. "Jika seseorang gay dan ia mencari Tuhan dan memiliki niat baik, siapa aku untuk menilai?" kata Paus. Ia menambahkan bahwa kaum gay "tidak boleh terpinggirkan" dalam perjalanan pesawat menuju Vatikan, pada Senin (29/7) yang lalu.

Pernyataan Paus Fransiskus tersebut menjadi pemberitaan besar pada media sekuler di Amerika Serikat, yang secara khusus menyoroti pernyataan "siapa aku untuk menilai?" Akan tetapi, banyak pihak yang berpendapat bahwa respon media massa terhadap pernyataan Paus telah 'menggiring mereka keluar dari konteks, karena waktu itu ia (Paus) menjawab dalam konteks pertanyaan tentang lobi LGBT yang terjadi dalam Gereja.

Di tempat terpisah, menurut jajak pendapat yang dilakukan pewresearch.org terhadap komunitas lesbian, gay, bisexual, dan transgender (LGBT) di Amerika, diperoleh data 79 persen orang dewasa LGBT yang menganggap Gereja tidak ramah terhadap mereka dan 66 persen LGBT beragama mengatakan hal yang sama.

Gay diintegrasikan ke dalam masyrakat

Selanjutnya, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Katekismus Gereja Katolik menjelaskan ini dengan sangat baik. Ia mengatakan, "seseorang tidak harus meminggirkan orang-orang ini, mereka harus diintegrasikan ke dalam masyarakat."

"Masalahnya bukan ini [homoseksual] orientasi. Kita harus menjadi seperti saudara dan saudari. Masalahnya adalah sesuatu yang lain, masalahnya adalah melobi baik untuk orientasi ini atau lobi politik atau lobi Masonik," kata Paus Fransiskus.

Di lain pihak, beberapa kelompok menanggapi penafsiran keliru yang beredar pada media masa terhadap pernyataan Paus Fransiskus yang melakukan wawancara informal dalam pesawat terbang. Ketua Organisasi Nasional untuk Pernikahan (Ruth Institute) di California, Dr. Jennifer Roback Morse, mengatakan bahwa jawaban Paus tidak resmi tetapi konsisten dengan ajaran abadi Gereja, meskipun dalam perjalanan pulang ke Vatikan.

"Paus tidak mengatakan sesuatu yang baru dalam sambutannya, itu spontan kepada wartawan dalam penerbangan pulang Kepausan dari World Youth Day. Semua yang dia katakan benar-benar konsisten dengan ajaran abadi dari Gereja Katolik, yang menyatakan bahwa ada perbedaan moral penting antara hasrat seksual dan tindakan seksual," kata Morse membedakan.

"Sejak Kejatuhan, kita semua dilahirkan dengan keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak konsisten dengan hukum-hukum Allah. Ini termasuk mereka yang pola hasrat seksual terutama untuk orang-orang dari jenis kelamin yang sama," kata Morse, pada Selasa (30/7).
http://www.satuharapan.com/read-deta...-posisi-gereja


Dokumen Vatikan Serukan Gereja Katolik Menyambut Kaum Gay
WEDNESDAY, 15 OCTOBER 2014



VATIKAN - Majelis uskup Katolik, yang bersidang di bawah kontrol Paus Fransiskus di Vatikan, menerbitkan sebuah dokumen yang menyerukan Gereja Katolik untuk "menyambut" kaum gay, pasangan yang belum menikah dan mereka yang telah bercerai, serta anak-anak dari mereka.

Dokumen itu memang tidak mengubah doktrin dasar Katolik Roma dan pengajarannya, namun diprediksi akan menuai perdebatan sengit.

Inilah sinyal pertama bahwa Gereja Katolik mengikuti arah pelayanan Paus Fransiskus dalam 18 bulan pertama kepausannya. Pelayanan ini lebih menuju pemahaman, keterbukaan dan belas kasihan.

Lebih dari 200 uskup telah mengambil bagian dalam sinode yang diselenggarakan oleh Paus Fransiskus untuk membahas isu aborsi, kontrasepsi, homoseksualitas dan perceraian, sejak 5 Oktober lalu. Demikian dilaporkan nytimes.com.

Laporan 12 halaman, ditulis oleh sebuah komite yang dipilih oleh Francis, menyatakan bahwa tanpa meninggalkan ajaran gereja pada Sakramen Perkimpoian, pemimpin gereja harus mengakui bahwa ada "aspek positif dari hidup bersama". Itu berlawanan dari konsep Katolik tradisional yang lebih tegas menilai pasangan yang "hidup dalam dosa."

Dokumen itu juga mengatakan bahwa orang-orang gay memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan kepada komunitas Kristen, dan menekankan pentingnya sikap hidup dengan saling berkorban dan saling memberikan dukungan.

Dokumen ini dibacakan kepada hampir 200 uskup yang berkumpul di sinode, namun mendapat tanggapan yang cenderung keberatan dari 41 uskup. Mereka menganggap gereja berisiko mengkhianati doktrin definitif tentang pernikahan dan homoseksualitas. Kelompok Konservatif pun menolak dokumen itu dan menyebutnya sebagai "pengkhianatan". Inilah yang menandakan bahwa perdebatan akan semakin sengit di waktu-waktu mendatang.

Laporan BBC mengatakan, keterbukaan terhadap kaum gay tidak menantang doktrin yang dipegang Gereja untuk pernikahan sesama jenis. Namun, beberapa kelompok pejuang hak-hak gay memuji hasil sinode itu sebagai terobosan.

"Apakah kita mampu menyambut orang-orang ini, menjamin kepada mereka ruang persaudaraan dalam masyarakat kita?" demikian kutipan dokumen tersebut.

"Apakah masyarakat kita mampu membuktikan, menerima dan menghargai orientasi seksual mereka, tanpa mengorbankan ajaran Katolik pada keluarga dan pernikahan?" Disebutkan bahwa 1,2 milyar anggota Gereja harus melihat perkembangan posisi homoseksual sebagai “tantangan pendidikan yang penting” bagi institusi global.

New Ways Ministry, kelompok hak asasi gay Katolik terkemuka di Amerika Serikat, menyebut dokumen itu sebagai “langkah maju”. Hal senada dinyatakan pula oleh QUEST, kelompok hak asasi gay Katolik yang berbasis di London menyebut sikap ini sebagai "terobosan".

Namun Voice Of The Family, sebuah organisasi Katolik Roma konservatif, menolaknya sebagai "pengkhianatan". Ada pula yang menyebutnya "salah satu dokumen resmi terburuk yang disusun dalam sejarah Gereja".
Sumber :
http://www.rakyatmerdekaonline.com/n....php?id=175702
http://mirajnews.com/id/internasiona...m-homoseksual/
source: http://www.bersatulahdalamgerejakato...a-katolik.html


Cara Gay Beragama Katolik "Bernegosiasi" dengan Paus
Senin, 21 September 2015 | 19:58 WIB


Papan potret Paus Fransiskus di sisi sebuah bangunan di kota New York.

AMERIKA SERIKAT, KOMPAS.com - Para pemimpin hak-hak kelompok gay ingin lebih dekat dengan Paus dan memakai pendekatan lunak untuk dapat memperbaiki hubungan dengan Gereja Katolik Roma.

Selama berbulan-bulan, para gay beragama Katolik telah merencanakan cara menyambut kunjungan Paus Fransiskus di Amerika Serikat: Melambaikan bendera pelangi, mengenakan pakaian misa bercorak pelangi dan membawa rosaria berwarna pelangi. Sebuah halaman di media sosial Tumblr sedang dibuat, dan petisi daring akan diedarkan.

Yang jelas adalah mereka tidak berniat melakukan protes, duduk bersama atau demonstrasi skala besar pada kunjungan tanggal 22-27 September tersebut, atas perlakuan terhadap umat Katolik yang gay oleh para pemimpin Gereja, yang melobi melawan pernikahan sesama jenis dan memaksa pemecatan pekerja gay dari lembaga-lembaga mereka.

Para pemimpin hak-hak kelompok gay dengan sengaja melakukan pendekatan lunak, berharap dapat memperbaiki hubungan dengan Gereja Katolik Roma, tanpa risiko menghina seorang Paus yang populer dan telah menawarkan pesan-pesan pengampunan.

Kunjungan Paus untuk pertama kalinya ke AS tersebut terjadi hanya beberapa bulan setelah peristiwa bersejarah bagi gay di Amerika, ketika Mahkamah Agung melegalkan pernikahan sesama jenis di semua 50 negara bagian.

"Kami tidak mencari peluang konfrontasi," ujar Lisbeth Melendez Rivera, ketua inisiatif Latino dan Katolik di Human Rights Campaign, yang bekerja untuk persamaan hak gay, lesbian, biseksual dan transgender (LGBT).

"Kami menginginkan dialog yang mengarah pada inklusivitas penuh bagi kelompok kami di Gereja."

Para gay beragama Katolik telah disemangati pernyataan-pernyataan Paus, yang merespons, "Siapa saya yang harus menghakimi?" ketika ditanya mengenai pria-pria gay yang bekerja di keuskupan, dalam tahun pertama jabatannya sebagai Paus.

Baru-baru ini, Paus mendorong para orangtua untuk lebih menerima anak-anak mereka yang gay dan lesbian, dan bertemu secara privat dengan seorang pria transgender di Vatikan.

Meski secara terbuka mendorong gereja yang lebih inklusif, Paus Fransiskus masih terikat dengan doktrin Gereja, seperti yang ia indikasikan bulan Januari bahwa Gereja terancam dengan pernikahan sesama jenis. Perubahan dalam doktrin, seperti yang dipahami para aktivis gay, kemungkinan akan terjadi perlahan, atau tidak sama sekali.

Harapan

Dengan kenyataan seperti itu, para pengelola membahas kemungkinan kehadiran yang lebih nyata dalam kunjungan Paus ke Washington DC, New York City dan Philadelphia, menurut Ross Murray, direktur program kelompok pemantauan media gay dan lesbian, GLAAD.

"Namun saya kira untuk banyak umat Katolik ini, terutama mereka yang merasa ada harapan dalam Fransiskus, mereka ingin secara hati-hati menyerukan hierarki Gereja untuk masuk ke dalam fase hubungan berikutnya dengan orang-orang LGBT," ujarnya.

Seperti apa fase tersebut sulit diperkirakan. Gereja masih sulit ditembus gay dan lesbian, yang mencakup empat persen dari 78 anggota Gereja di AS, menurut para advokat. Gereja mengajarkan pantangan berhubungan seks sebelum menikah dan bahwa homoseksualitas adalah penyakit, bukannya identitas seksual, sementara pernikahan sesama jenis tidak diakui.

"Mereka tidak merasa bagaimana kata-kata mereka tidak hanya menyakitkan komunitas LGBT, tapi juga keluarga-keluarga komunitas LGBT," ujar Nicholas Coppola, gay beragama Katolik yang dipecat dari posisi kepastoran di parokinya setelah ia menikah.

Posisi Gereja membuatnya tidak selaras dengan banyak penganut Katolik di Amerika. Sebuah studi dari Pew Research menemukan bahwa 75 persen Katolik di AS, berusia antara 18 dan 29 tahun, mendukung pernikahan sesama jenis, meski umat Katolik berusia lebih lanjut kurang mendukung.

"Kita harus ingat bahwa Gereja tidak hanya sebuah hierarki," ujar John Freml dari Equally Blessed, koalisi kelompok-kelompok Katolik yang mendukung hak-hak gay dan transgender.

"Para uskup sangat vokal dan keras suaranya, tapi mereka mereprestnasikan persentase yang sangat kecil di dalam Gereja Katolik," lanjutnya.

Tetap saja, para uskup ini yang akan menentukan ajaran Gereja mengenai isu-isu gay.
http://internasional.kompas.com/read...si.dengan.Paus

-----------------------------------

Tiap-tiap agama pasti punya visi dan keyakinannya masing-masing di dalam memandang sebuah kasus, seperti kasus LGBT ini misalnya. Jadi nggak usah dipedebatkan lagi untuk soal perbedaan itu. Gereja Katholik punya pandangannya sendiri. Gereje Protestan juga punya pandangannya sendiri. Agama Yahudi (Jews) juga punya keyakinannya dan sudut pandagannya sendiri. Dan tentunya juga Islam, seperti yang difatwakan oleh MUI kalau di Indonesia itu contohnya, yang telah mengfatwakan hukuman mati bagi pelaku gay itu/homo sexual itu.

Terbaik untuk semua itu, memang seharusnya ada hukum formal berbentuk UU resmi yang dikeluarkan Negara untuk menyelesaikan semua itu. Dan, tiap-tiap agama dipersilahkan menjalankan keyakinannya masing-masing, serta yang paling penting itu, tidak mempengaruhi ummat yang lain agar mengikuti keyakinan agama mereka itu, termasuk dalam soal pandagan terhadap LGBT itu tentunya. Bagi anda, itu urusan agama anda sendiri beserta ummat anda. Dan bagi saya, itu urusan agama saya sendiri dan ummat saya.



emoticon-Angkat Beer
Diubah oleh pakdejoy 21-02-2016 03:23
0
21.7K
189
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan