- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Outdoor Adventure & Nature Clubs
[HELP] Mohon bantuan untuk pengobatan Dian Indah Carolina (Seven Summits Mahitala)
TS
aziz91
[HELP] Mohon bantuan untuk pengobatan Dian Indah Carolina (Seven Summits Mahitala)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
#Update kabar terkini di page-2
Salam Lestari agan-aganwati Kaskus sekalian. Semoga kabarnya sedang dalam nikmat sehat semua
Mohon maaf sebelumnya kalau salah kamar mohon momod pindahkan tapi mohon jangan dihapus
Disini kami bermaksud memohon bantuan agan-aganwati sekalian untuk ikut berdonasi dalam meringankan biaya pengobatan Dian Indah Carolina Tim ekspedisi pendakian 7 Summits (Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar).
Sumber info dari FB kakak yang bersangkutan
Berikut sekilas siapa Dian Indah Carolina dan Apa itu Tim ekspedisi pendakian 7 Summits :
PROFIL
BERITA
Pengobatan dan pemulihan Carolina memang membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga kami mengetuk hati rekan2 dan sahabat sekalian untuk turut membantu keluarga dalam bentuk penggalangan dana.
Jumlah & donatur sampai saat ini dapat diakses di:
http://wissemucarolina.blogspot.com
Adapun penggalangan dana juga telah dilakukan oleh Mahitala Unpar sebagai bentuk solidaritas dan kasih terhadap Carolina.
Donasi sampai hari ini masih kita terima. Bagi anda yang mau untuk menyumbangkan sebagian rezekinya dapat ditransfer melalui beberapa rekening berikut ini:
BCA
a/n Syaifullah (Ayah Carolina)
no.rek. 2781027202
atau
CIMB NIAGA
a/n Dian Kukuh Ariesta (Kakak Carolina)
no.rek. 493-01-00057-16-2
Setelah melakukan donasi, kami harap anda dapat melakukan konfirmasi via whatsapp atau sms ke nomor berikut ini:
Bpk. Syaifullah +62811234627
Astrid +6287809314214
Terima kasih atas perhatian dan sumbangan yang rekan-rekan berikan untuk kesehatan dan penyembuhan Carolina.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
#Update kabar terkini di page-2
Salam Lestari agan-aganwati Kaskus sekalian. Semoga kabarnya sedang dalam nikmat sehat semua
Mohon maaf sebelumnya kalau salah kamar mohon momod pindahkan tapi mohon jangan dihapus
Disini kami bermaksud memohon bantuan agan-aganwati sekalian untuk ikut berdonasi dalam meringankan biaya pengobatan Dian Indah Carolina Tim ekspedisi pendakian 7 Summits (Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar).
Sumber info dari FB kakak yang bersangkutan
Berikut sekilas siapa Dian Indah Carolina dan Apa itu Tim ekspedisi pendakian 7 Summits :
PROFIL
Spoiler for Profil:
Dian Indah Carolina
Dian Indah Carolina, adalah salah satu mahasiswi yang tergabung di Mahitala-Unpar, yang sedang melakukan ekspedisi pendakian 7 Summits (Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar). Carolina mengalami gangguan kesehatan sehingga harus dievakuasi di ketinggian tertentu, dan ditangani di rumah sakit Clinic Cuyo, Mendoza, Argentina. Dan saat ini tengah menjalani perawatan pasca tindakan brain endovascular embolism, kondisinya sudah jauh membaik, dan diharapkan dapat pulang ke tanah air dalam waktu dekat.
Mahitala Unpar
Mahitala adalah organisasi mahasiswa pencinta alam dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Organisasi ini berdiri pada tanggal 8 April 1974 dan anggota-anggotanya meliputi seluruh lapisan mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Pada tanggal 7 Juli 2011, waktu Alaska (atau 8 Juli waktu Indonesia), Sofyan Fesa, Xaverius Frans, Janatan Ginting, dan Broery Sihombing, empat mahasiswa yang tergabung dalam Mahitala berhasil menjadi tim pendaki pertama dari Indonesia yang menyelesaikan tujuh puncak dunia. Berturut-turut, sejak tahun 2009 tim ini mendaki Puncak Jaya (4.848 mdpl, Februari 2009), Kilimanjaro (5.895 mdpl, Agustus 2010), Elbrus (5.642 mdpl, Agustus 2010), Vinson Massif (4.889 mdpl, Desember 2010), Aconcagua (6.962 mdpl, Januari 2011), Everest (8.848 mdpl, Mei 2011), dan terakhir Puncak Denali (6,195 mdpl), Alaska, Amerika Utara, Kamis (7/7/2011). Indonesia menjadi negara ke-53 yang berhasil menuntaskan seven summits atau tujuh puncak tertinggi di tujuh benua dan bersama 275 pendaki dari seluruh dunia.
Tujuh Puncak (Bahasa Inggris:Seven Summits)
Tujuh Puncak (Bahasa Inggris:Seven Summits) adalah gunung-gunung tertinggi dari tujuh benua di dunia. Tujuh puncak pertama kali dikemukakan oleh Richard Bass dengan memasukkan Gunung Kosciuszko di Australia sebagai puncak gunung tertinggi benua Australia. Reinhold Messner mengemukakan daftar lain yang memasukkan Puncak Jaya atau Gunung Carstensz (Bahasa Inggris:Carstensz Pyramid) di Papua, Indonesia sebagai salah satu dari puncak gunung tertinggi di dunia, menggantikan gunung Kosciuszko.
Dian Indah Carolina, adalah salah satu mahasiswi yang tergabung di Mahitala-Unpar, yang sedang melakukan ekspedisi pendakian 7 Summits (Women of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar). Carolina mengalami gangguan kesehatan sehingga harus dievakuasi di ketinggian tertentu, dan ditangani di rumah sakit Clinic Cuyo, Mendoza, Argentina. Dan saat ini tengah menjalani perawatan pasca tindakan brain endovascular embolism, kondisinya sudah jauh membaik, dan diharapkan dapat pulang ke tanah air dalam waktu dekat.
Mahitala Unpar
Mahitala adalah organisasi mahasiswa pencinta alam dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Organisasi ini berdiri pada tanggal 8 April 1974 dan anggota-anggotanya meliputi seluruh lapisan mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR). Pada tanggal 7 Juli 2011, waktu Alaska (atau 8 Juli waktu Indonesia), Sofyan Fesa, Xaverius Frans, Janatan Ginting, dan Broery Sihombing, empat mahasiswa yang tergabung dalam Mahitala berhasil menjadi tim pendaki pertama dari Indonesia yang menyelesaikan tujuh puncak dunia. Berturut-turut, sejak tahun 2009 tim ini mendaki Puncak Jaya (4.848 mdpl, Februari 2009), Kilimanjaro (5.895 mdpl, Agustus 2010), Elbrus (5.642 mdpl, Agustus 2010), Vinson Massif (4.889 mdpl, Desember 2010), Aconcagua (6.962 mdpl, Januari 2011), Everest (8.848 mdpl, Mei 2011), dan terakhir Puncak Denali (6,195 mdpl), Alaska, Amerika Utara, Kamis (7/7/2011). Indonesia menjadi negara ke-53 yang berhasil menuntaskan seven summits atau tujuh puncak tertinggi di tujuh benua dan bersama 275 pendaki dari seluruh dunia.
Tujuh Puncak (Bahasa Inggris:Seven Summits)
Tujuh Puncak (Bahasa Inggris:Seven Summits) adalah gunung-gunung tertinggi dari tujuh benua di dunia. Tujuh puncak pertama kali dikemukakan oleh Richard Bass dengan memasukkan Gunung Kosciuszko di Australia sebagai puncak gunung tertinggi benua Australia. Reinhold Messner mengemukakan daftar lain yang memasukkan Puncak Jaya atau Gunung Carstensz (Bahasa Inggris:Carstensz Pyramid) di Papua, Indonesia sebagai salah satu dari puncak gunung tertinggi di dunia, menggantikan gunung Kosciuszko.
BERITA
Spoiler for Berita:
Spoiler for nationalgeographic:
Tiga Putri Indonesia Menuju Tujuh Puncak Dunia
Fransiska Dimitri Inkiriwang (21), Mathilda Dwi Lestari (21), dan Dian Indah Carolina (19) mahasiswi Unika Parahyangan Bandung, esok hari akan lepas landas meninggalkan bumi pertiwi menuju pucuk tertinggi di Eropa dan Afrika, Elbrus pada ketinggian 5.642 mdpl dan Kilimanjaro (5.895 mdpl). Mereka akan menghabiskan waktu di sana hingga 27 Mei 2015.
Sebelumnya, menjelang peringatan hari kemerdekaan Agustus tahun silam, ketiga pendaki putri yang gemar melakukan window shopping ini berhasil meniti tali menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu Ndugu, Papua yang berselimut salju.
Hingga tahun depan, tim ekspedisi putri bertajuk WISSEMU (Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar) ini menargetkan diri akan mengunjungi empat titik tertinggi bumi lainnya: Vinson Massif di Antartika (4.892 mdpl), Aconcagua di Argentina (6.962 mdpl), Everest di Nepal (8.848 mdpl), dan Denali di Amerika Utara (6.194 mdpl), untuk meraih gelar seven summiteers, pendaki tujuh ancala tertinggi di tujuh lempeng benua.
Perjuangan mereka tidaklah ringan, mulai dari awal hingga akhir minggu, hari-hari mereka dipenuhi oleh cucuran keringat: berlatih beban, beryoga untuk melatih pernapasan, hingga berlari mulai dari kampus menaiki perbukitan nan curam, untuk tiba pada titik akhir rute mereka di Gunung Tangkuban Perahu.
”Saya yakin dengan usaha dan kerja keras yang sekarang terkesan berat, pada akhirnya semua ini akan selesai dengan senyum dan rasa bangga,” ujar Mathilda mengenai beratnya hari-hari latihan yang mereka lalui sejak Mei 2014.
Pada 6 Mei 2015, istri Gubernur Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan melepas kepergian tim ekspedisi putri ini di Bandung. Ia mengatakan bahwa langkah besar yang dilakukan oleh kaum perempuan ini bisa menjadi agent of change di tengah masyarakat. Pada akhir acara, ia berujar, “Belum tentu politisi, para pejabat birokrasi, dapat mengambil tantangan seperti yang kalian akan hadapi ke depan.”
(Titania Febrianti)(http://nationalgeographic.co.id)
Fransiska Dimitri Inkiriwang (21), Mathilda Dwi Lestari (21), dan Dian Indah Carolina (19) mahasiswi Unika Parahyangan Bandung, esok hari akan lepas landas meninggalkan bumi pertiwi menuju pucuk tertinggi di Eropa dan Afrika, Elbrus pada ketinggian 5.642 mdpl dan Kilimanjaro (5.895 mdpl). Mereka akan menghabiskan waktu di sana hingga 27 Mei 2015.
Sebelumnya, menjelang peringatan hari kemerdekaan Agustus tahun silam, ketiga pendaki putri yang gemar melakukan window shopping ini berhasil meniti tali menuju puncak Carstensz Pyramid atau Ndugu Ndugu, Papua yang berselimut salju.
Hingga tahun depan, tim ekspedisi putri bertajuk WISSEMU (Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar) ini menargetkan diri akan mengunjungi empat titik tertinggi bumi lainnya: Vinson Massif di Antartika (4.892 mdpl), Aconcagua di Argentina (6.962 mdpl), Everest di Nepal (8.848 mdpl), dan Denali di Amerika Utara (6.194 mdpl), untuk meraih gelar seven summiteers, pendaki tujuh ancala tertinggi di tujuh lempeng benua.
Perjuangan mereka tidaklah ringan, mulai dari awal hingga akhir minggu, hari-hari mereka dipenuhi oleh cucuran keringat: berlatih beban, beryoga untuk melatih pernapasan, hingga berlari mulai dari kampus menaiki perbukitan nan curam, untuk tiba pada titik akhir rute mereka di Gunung Tangkuban Perahu.
”Saya yakin dengan usaha dan kerja keras yang sekarang terkesan berat, pada akhirnya semua ini akan selesai dengan senyum dan rasa bangga,” ujar Mathilda mengenai beratnya hari-hari latihan yang mereka lalui sejak Mei 2014.
Pada 6 Mei 2015, istri Gubernur Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan melepas kepergian tim ekspedisi putri ini di Bandung. Ia mengatakan bahwa langkah besar yang dilakukan oleh kaum perempuan ini bisa menjadi agent of change di tengah masyarakat. Pada akhir acara, ia berujar, “Belum tentu politisi, para pejabat birokrasi, dapat mengambil tantangan seperti yang kalian akan hadapi ke depan.”
(Titania Febrianti)(http://nationalgeographic.co.id)
Spoiler for wanadri:
Pendaki Perempuan Mahitala Bunyikan Angklung di Puncak Tertinggi Afrika
[BANDUNG] Tiga pendaki perempuan yang tergabung dalam WISSEMU atau Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (Universitas Katolik Parahyangan) akhirnya mencapai Uhuru, Gunung Kilimanjaro, puncak tertinggi di Benua Afrika, pada hari Minggu, tanggal 24 Mei 2015 lalu.
Tim publikasi WISSEMU Alfons Yoshio mengabarkan ketiganya melakukan pendakian ke puncak selama tujuh jam lima menit. Mereka mulai pendakian pada pukul 00:25 waktu setempat dari Barafu Hut. “Tepat pukul 07:30 waktu setempat mereka mengibarkan bendera Merah Putih dan membunyikan angklung di puncak Gunung Kilimanjaro,” kata Alfons dalam surat elektroniknya yang SP terima, Senin (25/5).
Kondisi di puncak, sambung Alfons, saat itu sedikit berkabut sehingga tim hanya bertahan sekitar setengah jam di sana. Gunung Kilimanjaro merupakan gunung tertinggi di Benua Afrika, yang ada di Tanzania dan menjadi bagian dalam Taman Nasional Tanzania.
Gunung Kilimanjaro yang juga adalah gunung api memiliki tiga puncak yaitu Kibo, Mawenzi, dan Shira dengan Kibo sebagai puncak tertingginya. Gunung Kilimanjaro memiliki keunikan tersendiri karena memiliki lima zona iklim yang berbeda yaitu Bushland (tropis), Rain Forest (tropis), Heath (semi-alpine), Alpine Desert (iklim gurun), dan artic (salju) karena perbedaan iklim ini maka walaupun berada di daerah iklim tropis namun terdapat ice cap di puncaknya.
Tim mendaki melalui jalur Machame yang melewati empat camp yaitu Machame Camp, Shira Camp, Barranco Valley, Barafu Hut. Pendakian melalui jalur Machame juga mewajibkan mereka melewati The Great Barranco Wall, tanjakan menantang dengan kenaikan mencapai 257 m.
Tim yang terdiri dari tiga mahasiswi aktif Unpar, Fransiska Dmitri Inkiriwang, 21 tahun, Mathilda Dwi Lestari, 21 tahun, dan Dian Indah Carolina, 19 tahun sebelumnya sudah mencapai puncak Elbrus pada 15 Mei 2015 dan Puncak Carstensz Pyramid pada 13 Agustus 2014 dalam rangkaian ekspedisi menggapai tujuh puncak tertinggi di tujuh benua.
Rektor Unpar Robertus Wahyudi Triweko menyampaikan rasa bangga dan syukurnya. “Proficiat. Salam untuk ketiga Srikandi Mahitala. Saya sangat bangga kalian bertiga berhasil menapakkan kaki dan menancapkan bendera Mahitala, bendera Unpar, dan Sang Merah Putih di Puncak Elbrus dan Puncak Kilimanjaro,” kata Triweko kepada Mahitala.
Nadine Gabrielle selaku Ketua Dewan Pengurus XXVII Mahitala mengungkapkan keberhasilan pendakian ke puncak ini merupakan kebanggaan bagi keluarga besar Mahitala. “Mohon doanya selalu agar tim bisa kembali dengan selamat ke Indonesia tanpa kurang apapun,” tambah Nadine.
Para pendaki itu akan kembali ke Arusha, Tanzania untuk melanjutkan perjalanan ke Indonesia pada tanggal 28 Mei 2015. Pendakian selanjutnya akan direncanakan tim di Bandung. Seluruh rangkaian pendakian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua ini ditargetkan selesai pada bulan Juni tahun 2016 mendatang. [153/N-6](wanadri.or.id)
[BANDUNG] Tiga pendaki perempuan yang tergabung dalam WISSEMU atau Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (Universitas Katolik Parahyangan) akhirnya mencapai Uhuru, Gunung Kilimanjaro, puncak tertinggi di Benua Afrika, pada hari Minggu, tanggal 24 Mei 2015 lalu.
Tim publikasi WISSEMU Alfons Yoshio mengabarkan ketiganya melakukan pendakian ke puncak selama tujuh jam lima menit. Mereka mulai pendakian pada pukul 00:25 waktu setempat dari Barafu Hut. “Tepat pukul 07:30 waktu setempat mereka mengibarkan bendera Merah Putih dan membunyikan angklung di puncak Gunung Kilimanjaro,” kata Alfons dalam surat elektroniknya yang SP terima, Senin (25/5).
Kondisi di puncak, sambung Alfons, saat itu sedikit berkabut sehingga tim hanya bertahan sekitar setengah jam di sana. Gunung Kilimanjaro merupakan gunung tertinggi di Benua Afrika, yang ada di Tanzania dan menjadi bagian dalam Taman Nasional Tanzania.
Gunung Kilimanjaro yang juga adalah gunung api memiliki tiga puncak yaitu Kibo, Mawenzi, dan Shira dengan Kibo sebagai puncak tertingginya. Gunung Kilimanjaro memiliki keunikan tersendiri karena memiliki lima zona iklim yang berbeda yaitu Bushland (tropis), Rain Forest (tropis), Heath (semi-alpine), Alpine Desert (iklim gurun), dan artic (salju) karena perbedaan iklim ini maka walaupun berada di daerah iklim tropis namun terdapat ice cap di puncaknya.
Tim mendaki melalui jalur Machame yang melewati empat camp yaitu Machame Camp, Shira Camp, Barranco Valley, Barafu Hut. Pendakian melalui jalur Machame juga mewajibkan mereka melewati The Great Barranco Wall, tanjakan menantang dengan kenaikan mencapai 257 m.
Tim yang terdiri dari tiga mahasiswi aktif Unpar, Fransiska Dmitri Inkiriwang, 21 tahun, Mathilda Dwi Lestari, 21 tahun, dan Dian Indah Carolina, 19 tahun sebelumnya sudah mencapai puncak Elbrus pada 15 Mei 2015 dan Puncak Carstensz Pyramid pada 13 Agustus 2014 dalam rangkaian ekspedisi menggapai tujuh puncak tertinggi di tujuh benua.
Rektor Unpar Robertus Wahyudi Triweko menyampaikan rasa bangga dan syukurnya. “Proficiat. Salam untuk ketiga Srikandi Mahitala. Saya sangat bangga kalian bertiga berhasil menapakkan kaki dan menancapkan bendera Mahitala, bendera Unpar, dan Sang Merah Putih di Puncak Elbrus dan Puncak Kilimanjaro,” kata Triweko kepada Mahitala.
Nadine Gabrielle selaku Ketua Dewan Pengurus XXVII Mahitala mengungkapkan keberhasilan pendakian ke puncak ini merupakan kebanggaan bagi keluarga besar Mahitala. “Mohon doanya selalu agar tim bisa kembali dengan selamat ke Indonesia tanpa kurang apapun,” tambah Nadine.
Para pendaki itu akan kembali ke Arusha, Tanzania untuk melanjutkan perjalanan ke Indonesia pada tanggal 28 Mei 2015. Pendakian selanjutnya akan direncanakan tim di Bandung. Seluruh rangkaian pendakian tujuh puncak tertinggi di tujuh benua ini ditargetkan selesai pada bulan Juni tahun 2016 mendatang. [153/N-6](wanadri.or.id)
Spoiler for www.mongabay.co.id:
Daki Gunung Aconcagua, Tim Wanita Pendaki Unpar Coba Jadi Seven Summiters
Tiga mahasiswi Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Jawa Barat, yang tergabung dalam tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (Wissemu), kembali melakukan rencana petualangan menaklukkan Gunung Aconcagua, puncak tertinggi di daratan Amerika Selatan.
Pendakian ke gunung yang memiliki tinggi 6.962 meter di atas permukaan laut ini merupakan bagian dari ekspedisi pendakian tujuh puncak tertinggi di dunia yang lebih dikenal dengan sebutan seven summits.
Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Parahyangan (Wissemu), yang beranggotakan Fransiska Dimitri Inkiriwang, Mathilda Dwi Lestari, dan Dian Indah Carolina telah berhasil melakukan pendakian ke puncak Cartenz Pyramid, Kilimanjaro dan pucak Elbrus. Meraka akan berangkat ke Gunung Aconcagua, puncak tertinggi di Amerika Selatan untuk ekspedisi seven summit.
Sebelumnya, tim yang beranggotakan Fransiska Dimitri Inkiriwang, Mathilda Dwi Lestari, dan Dian Indah Carolina ini telah berhasil melakukan pendakian ke puncak Cartenz Pyramid (Indonesia) setinggi 4.884 meter di atas permukaan laut, Kilimanjaro (Afrika) setinggi 5.985 meter di atas permukaan laut, dan puncak Elbrus (Rusia) setinggi 5.642 meter di atas permukaan laut.
“Untuk pendakian nanti rencananya kami akan berangkat dari Jakarta pada tanggal 11 Januari menuju Argentina. kemudian kami targetkan kembali ke Indonesia pada tanggal 5 Februari,” kata Fransiska Dimitri Inkiriwang yang akrab disapa Didi, saat konferensi pers, di Universitas Parahyangan, Kota Bandung, Rabu (06/01/2016).
Didi menuturkan, bulan Januari merupakan waktu terbaik untuk pendakian ke puncak Aconcagua. Mengingat kondisi cuaca yang ekstrim serta pemilihan rute yang ditempuh pun sering digunakan oleh banyak pendaki karena peluang kesuksesan mencapai puncak lebih besar.
“Mau lewat jalur manapun, tetap cuaca eksktrim tidak bisa dihindari. Kebetulan kami juga didampingi pendaki berpengalam dari Indonesia Summit dan ada tur guide juga disana.”
Selain jalurnya yang panjang, Aconcagua yang terletak di jajaran Pegunungan Andes memiliki cuaca dingin yang ekstrim ditambah badai angin yang sangat berbahaya dan dikenal dengan sebutan el viento blanco. Didi menjelaskan pendakian tersebut mereka dedikasikan untuk Norman Edwin dan Didiek Samsu, pendaki asal Indonesia yang gugur pada tahun 1992 saat mendaki gunung tersebut.
Didi mengatakan, sulitnya jalur pendakian Aconcagua ini membuat persiapan dan perencanaan dilakukan dengan sangat matang. Dalam persiapan tersebut tim Wissemu melakukan latihan mental dengan melakukan yoga serta olah fisik menjadi jadwal harian. Kemudian hal teknis lainnya seperti pengenalan medan, bedah peta, latihan navigasi, dan peralatan. (www.mongabay.co.id)
Tiga mahasiswi Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Jawa Barat, yang tergabung dalam tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (Wissemu), kembali melakukan rencana petualangan menaklukkan Gunung Aconcagua, puncak tertinggi di daratan Amerika Selatan.
Pendakian ke gunung yang memiliki tinggi 6.962 meter di atas permukaan laut ini merupakan bagian dari ekspedisi pendakian tujuh puncak tertinggi di dunia yang lebih dikenal dengan sebutan seven summits.
Tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Universitas Parahyangan (Wissemu), yang beranggotakan Fransiska Dimitri Inkiriwang, Mathilda Dwi Lestari, dan Dian Indah Carolina telah berhasil melakukan pendakian ke puncak Cartenz Pyramid, Kilimanjaro dan pucak Elbrus. Meraka akan berangkat ke Gunung Aconcagua, puncak tertinggi di Amerika Selatan untuk ekspedisi seven summit.
Sebelumnya, tim yang beranggotakan Fransiska Dimitri Inkiriwang, Mathilda Dwi Lestari, dan Dian Indah Carolina ini telah berhasil melakukan pendakian ke puncak Cartenz Pyramid (Indonesia) setinggi 4.884 meter di atas permukaan laut, Kilimanjaro (Afrika) setinggi 5.985 meter di atas permukaan laut, dan puncak Elbrus (Rusia) setinggi 5.642 meter di atas permukaan laut.
“Untuk pendakian nanti rencananya kami akan berangkat dari Jakarta pada tanggal 11 Januari menuju Argentina. kemudian kami targetkan kembali ke Indonesia pada tanggal 5 Februari,” kata Fransiska Dimitri Inkiriwang yang akrab disapa Didi, saat konferensi pers, di Universitas Parahyangan, Kota Bandung, Rabu (06/01/2016).
Didi menuturkan, bulan Januari merupakan waktu terbaik untuk pendakian ke puncak Aconcagua. Mengingat kondisi cuaca yang ekstrim serta pemilihan rute yang ditempuh pun sering digunakan oleh banyak pendaki karena peluang kesuksesan mencapai puncak lebih besar.
“Mau lewat jalur manapun, tetap cuaca eksktrim tidak bisa dihindari. Kebetulan kami juga didampingi pendaki berpengalam dari Indonesia Summit dan ada tur guide juga disana.”
Selain jalurnya yang panjang, Aconcagua yang terletak di jajaran Pegunungan Andes memiliki cuaca dingin yang ekstrim ditambah badai angin yang sangat berbahaya dan dikenal dengan sebutan el viento blanco. Didi menjelaskan pendakian tersebut mereka dedikasikan untuk Norman Edwin dan Didiek Samsu, pendaki asal Indonesia yang gugur pada tahun 1992 saat mendaki gunung tersebut.
Didi mengatakan, sulitnya jalur pendakian Aconcagua ini membuat persiapan dan perencanaan dilakukan dengan sangat matang. Dalam persiapan tersebut tim Wissemu melakukan latihan mental dengan melakukan yoga serta olah fisik menjadi jadwal harian. Kemudian hal teknis lainnya seperti pengenalan medan, bedah peta, latihan navigasi, dan peralatan. (www.mongabay.co.id)
Spoiler for www.mongabay.co.id:
Tim Pendaki Wanita Unpar Berhasil Ke Puncak Aconcagua
Setelah hampir satu bulan berpetualang ke negeri seberang, Tim pendaki wanita yang tergabung dalam The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition (Wissemu), Mahasiswa Pencinta Alam (Mahitala) Universitas Parahyangan Bandung, akhirnya berhasil menapakkan kaki di puncak gunung tertinggi keempat dunia. Sang saka Merah Putih pun dapat berkibar diketinggian 6.962 meter diatas permukaan laut (mdpl) di Puncak Gunung Aconcagua, Argentina, Amerika Selatan.
Gunung Aconcagua merupakan puncak gunung keempat yang berhasil didaki Tim Wissemu sebagai rangkaian ekspedisi menggapai tujuh puncak tertinggi di tujuh benua. Tim Wissemu beranggotakan Tiga orang mahasiswi aktif Unpar yaitu Fransiska Dimitri Inkiriwang (22), Mathilda Dwi Lestari (22), Dian Indah Carolina (20). Mereka sebelumnya telah mencapai puncak Gunung Kilimanjaro, Tazmania, Afrika, puncak Gunung Elbrus, Rusia dan puncak Gunung Carstensz Pyramid, Papua, Indonesia.
Anggota tim publikasi ekpedisi Mahitala Bandung, Alfon Yoshio, mengabarkan pendakian yang dilakukan tim Wissemu ditempuh selama seminggu. “Pertama perjalanan tim melewati base camp Plaza De Mulas 4.250 mdp untuk beristirahat dan dilanjutkan ke Plaza Canada 4.900 mdpl lima hari kemudian, Nido De Condores 5.400 mdpl sehari setelahnya, Refugio Berlin 5.930 mdpl pada 29 Januari 2016 sebelum beerangkat ke puncak Aconcagua,” tuturnya melalui siaran pers.
Berdasarkan laporan tim publikasi ekpedisi, tim Wissemu merasakan angin kencang dan suhu mencapai -10° Celcius di Refugio Berlin. Dari pantauan cuaca selama pendakian tim Wissemu selalu berhadapan dengan angin yang kencang berkecepatan 50 kilometer perjam.
Pada perjalanan menuju puncak Aconcagua, kata Alfhon, Dian Indah Carolina diputuskan untuk tidak melanjutkan pendakian pada ketinggian 6.300 mdpl, karena mengalami gangguan kesehatan dan diharuskan kembali ke camp-3. Keputusan tersebut diambil mengingat keselamatan personil pendaki adalah hal yang utama dan sangat penting. Maka, untuk melanjutkan summit attack pendakian hanya dilanjutkan oleh Fransiska Dimittri dan Mathilda Dwi Lestari.
“Proses yang panjang dan perjuangan yang tak kenal lelah, akhirnya mengukir keberhasilan mencumbui puncak Gunung Aconcagua, meskipun hanya dua dari tiga anggota tim yang berhasil mengibarkan Merah Putih pada Sabtu, (30/01/2016) pukul 17.45 waktu setempat,” kata dia.
Pulang Ke Tanah Air
Setelah dua orang anggotanya berhasil mencapai puncak, tim Wissemu langsung kembali ke Mendoza untuk memeriksakan kondisi Carolina yang mengalami gangguan kesehatan saat mendaki. Hasil dari pemeriksaan menunjukan bahwa Carolina masih harus tinggal di Mendoza untuk menstabilkan kondisi. Sesuai dengan perencanaan awal, kata Alfhon, Mathilda langsung kembali ke Jakarta via Buenos Aires pada Kamis,(04/02/2016).
“Keberhasilan mencapai Puncak Aconcagua adalah buah dari tekad yang gigih, stamina yang kuat, dan jiwa optimis yang tinggi. Pelatihan dan persiapan yang serius menjadi persyaratan penting. Di samping itu, dukungan dari berbagai pihak juga sangat berperan. Mulai dari anggota tim, tiga srikandi, yang saling menguatkan, organisasi Mahitala yang solid, orang tua dan sanak-saudara serta teman-teman, semuanya sangat membantu.
Bantuan dari KBRI di Argentina juga sangat diapresiasi. Demikian juga dengan bantuan dan berbagai bentuk dukungan dari mitra kerjasama amat berharga. Kepribadian yang tangguh, organisasi yang kompak, dan bantuan dari semua pihak membuat kerja keras pendakian ini berhasil. “Terimakasih untuk semuanya,” kata Rektor Unpar, Mangadar Situmorang. (www.mongabay.co.id)
Setelah hampir satu bulan berpetualang ke negeri seberang, Tim pendaki wanita yang tergabung dalam The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition (Wissemu), Mahasiswa Pencinta Alam (Mahitala) Universitas Parahyangan Bandung, akhirnya berhasil menapakkan kaki di puncak gunung tertinggi keempat dunia. Sang saka Merah Putih pun dapat berkibar diketinggian 6.962 meter diatas permukaan laut (mdpl) di Puncak Gunung Aconcagua, Argentina, Amerika Selatan.
Gunung Aconcagua merupakan puncak gunung keempat yang berhasil didaki Tim Wissemu sebagai rangkaian ekspedisi menggapai tujuh puncak tertinggi di tujuh benua. Tim Wissemu beranggotakan Tiga orang mahasiswi aktif Unpar yaitu Fransiska Dimitri Inkiriwang (22), Mathilda Dwi Lestari (22), Dian Indah Carolina (20). Mereka sebelumnya telah mencapai puncak Gunung Kilimanjaro, Tazmania, Afrika, puncak Gunung Elbrus, Rusia dan puncak Gunung Carstensz Pyramid, Papua, Indonesia.
Anggota tim publikasi ekpedisi Mahitala Bandung, Alfon Yoshio, mengabarkan pendakian yang dilakukan tim Wissemu ditempuh selama seminggu. “Pertama perjalanan tim melewati base camp Plaza De Mulas 4.250 mdp untuk beristirahat dan dilanjutkan ke Plaza Canada 4.900 mdpl lima hari kemudian, Nido De Condores 5.400 mdpl sehari setelahnya, Refugio Berlin 5.930 mdpl pada 29 Januari 2016 sebelum beerangkat ke puncak Aconcagua,” tuturnya melalui siaran pers.
Berdasarkan laporan tim publikasi ekpedisi, tim Wissemu merasakan angin kencang dan suhu mencapai -10° Celcius di Refugio Berlin. Dari pantauan cuaca selama pendakian tim Wissemu selalu berhadapan dengan angin yang kencang berkecepatan 50 kilometer perjam.
Pada perjalanan menuju puncak Aconcagua, kata Alfhon, Dian Indah Carolina diputuskan untuk tidak melanjutkan pendakian pada ketinggian 6.300 mdpl, karena mengalami gangguan kesehatan dan diharuskan kembali ke camp-3. Keputusan tersebut diambil mengingat keselamatan personil pendaki adalah hal yang utama dan sangat penting. Maka, untuk melanjutkan summit attack pendakian hanya dilanjutkan oleh Fransiska Dimittri dan Mathilda Dwi Lestari.
“Proses yang panjang dan perjuangan yang tak kenal lelah, akhirnya mengukir keberhasilan mencumbui puncak Gunung Aconcagua, meskipun hanya dua dari tiga anggota tim yang berhasil mengibarkan Merah Putih pada Sabtu, (30/01/2016) pukul 17.45 waktu setempat,” kata dia.
Pulang Ke Tanah Air
Setelah dua orang anggotanya berhasil mencapai puncak, tim Wissemu langsung kembali ke Mendoza untuk memeriksakan kondisi Carolina yang mengalami gangguan kesehatan saat mendaki. Hasil dari pemeriksaan menunjukan bahwa Carolina masih harus tinggal di Mendoza untuk menstabilkan kondisi. Sesuai dengan perencanaan awal, kata Alfhon, Mathilda langsung kembali ke Jakarta via Buenos Aires pada Kamis,(04/02/2016).
“Keberhasilan mencapai Puncak Aconcagua adalah buah dari tekad yang gigih, stamina yang kuat, dan jiwa optimis yang tinggi. Pelatihan dan persiapan yang serius menjadi persyaratan penting. Di samping itu, dukungan dari berbagai pihak juga sangat berperan. Mulai dari anggota tim, tiga srikandi, yang saling menguatkan, organisasi Mahitala yang solid, orang tua dan sanak-saudara serta teman-teman, semuanya sangat membantu.
Bantuan dari KBRI di Argentina juga sangat diapresiasi. Demikian juga dengan bantuan dan berbagai bentuk dukungan dari mitra kerjasama amat berharga. Kepribadian yang tangguh, organisasi yang kompak, dan bantuan dari semua pihak membuat kerja keras pendakian ini berhasil. “Terimakasih untuk semuanya,” kata Rektor Unpar, Mangadar Situmorang. (www.mongabay.co.id)
Pengobatan dan pemulihan Carolina memang membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga kami mengetuk hati rekan2 dan sahabat sekalian untuk turut membantu keluarga dalam bentuk penggalangan dana.
Jumlah & donatur sampai saat ini dapat diakses di:
http://wissemucarolina.blogspot.com
Adapun penggalangan dana juga telah dilakukan oleh Mahitala Unpar sebagai bentuk solidaritas dan kasih terhadap Carolina.
Donasi sampai hari ini masih kita terima. Bagi anda yang mau untuk menyumbangkan sebagian rezekinya dapat ditransfer melalui beberapa rekening berikut ini:
BCA
a/n Syaifullah (Ayah Carolina)
no.rek. 2781027202
atau
CIMB NIAGA
a/n Dian Kukuh Ariesta (Kakak Carolina)
no.rek. 493-01-00057-16-2
Setelah melakukan donasi, kami harap anda dapat melakukan konfirmasi via whatsapp atau sms ke nomor berikut ini:
Bpk. Syaifullah +62811234627
Astrid +6287809314214
Terima kasih atas perhatian dan sumbangan yang rekan-rekan berikan untuk kesehatan dan penyembuhan Carolina.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Quote:
FOTO-FOTO Ekspedisi
update foto menyusul
Spoiler for Wissemu Unpar:
Spoiler for Cartenz Pyramid:
Spoiler for Kilimanjaro:
update foto menyusul
Diubah oleh aziz91 17-02-2016 10:24
nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
10.7K
Kutip
16
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan