Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ayakanayaAvatar border
TS
ayakanaya
(catper) Pendakian Gunung Lawu naik Cemoro Kandang Turun Cemoro Sewu
Sharing is caring, semoga informasinya bermanfaat. Repost dari personal blog meskipun pendakiannya udah lewat agak lama, semoga gak terlalu basi emoticon-Smilie

Lawu…Oh…Lawu akhirnya berjodoh juga denganmu. Nasib naik ke Lawu beberapa kali tertunda karena faktor kuliah dan kerja. Tapi akhirnya berhasil juga menginjakkan kaki di Puncak Hargo Dumilah. Ajakan naik Gunung Lawu bermula dari bisikan gaib makhluk antah berantah Kakak Nazrul Budi yang merencanakan pendakian hanya dengan 3 orang saja yakni : Kak Nazrul, Kak Daniel (temannya Kak Budi yang baru balik berlayar) dan saya sendiri. Tapi eh tapi nambah 1 bocah lagi yakni Mr. Narsis Alki Narasakay. Kak Nazrul dan Alki sendiri adalah ex-tim pendakian Gunung Merapi.

Hari yang ditentukan akhirnya tiba, kami berempat berkumpul di Stasiun Senen pada hari Sabtu pada pukul 12.30. Kereta kami berangkat pukul 13.00 WIB. Ini adalah pertama kalinya saya melakukan pendakian dengan Kak Nazrul dengan santai tanpa dibayang-bayangi salah lintasan dan jadi penumpang gelap lagi…hahaha… Alki datang paling belakangan dengan ngojeg dari Kampung Melayu menuju Stasiun Senen.

Bunyi suara pluit masinis menandakan kereta akan segera berangkat, segera kami menaiki kereta. Saya, Kak Nazrul dan Kak Daniel berada dalam satu gerbong yang sama, tapi Alki berada di gerbong yang berbeda karena membeli tiket belakangan. Berangkat menuju kota Solo dengan menggunakan kereta Bengawan, terasa sangat panas siang itu. Yap hanya menggunakan kipas angin saja. Cemilan yang menjadi pembuka adalah jajanan asinan yang dibawa Kak Nazrul. Awalnya sih katanya buat bareng-bareng tapi ujung-ujungnya abis juga sama Kak Nazrul sendirian.

Hari makin menuju malam, akhirnya kami berempat main gapleh lagi dengan jaket ungu kesayangan saya yang menjadi meja. Permainan berlangsung cukup lama dengan saya menjadi Ibu RT, dan kebagianlah ngocok kartu sepanjang term permainan kedua. Karena kelelahan hampir jam 9 malam sampai di kota Yogyakarta saat kereta terus melaju, kami tertidur pulas. Pukul 23.30 WIB tepat kami sampai di Stasiun Solojebres.

Mencari-cari tempat untuk menaruh tas kami yang besar dan sesaat beristirahat menunggu pagi, mojoklah kami akhirnya dekat dengan tempat charging handphone. Perut terasa keroncongan sekali, dan akhirnya Kak Nazrul dan Kak Daniel bertugas membeli suguhan makan dini hari, sedangkan Alki menemani saya di stasiun.

Setengah jam berselang mereka sampai, dan akhirnya kami makan besar. Setelah itu kami langsung mencari lapak buat tidur disamping mushola dideretan bangku panjang bersama dengan para pedagang yang kelelahan dan menaruh dagangan mereka di lantai. Keesokan harinya Minggu pukul 4.30 pagi Kak Nazrul membangunkan saya untuk bergegas bersiap-siap menuju Tawangmangu. Selesai solat dan mandi jam 5.30 kami segera berjalan melintasi rel-rel kereta api untuk mencari bus yang akan membawa kami menuju base camp pendakian Cemoro Kandang. Suasana kota Solo saat itu sangat cantik semburat fajar pagi dan angina yang sepoi-sepoi membuat kami terkesima.

Sepuluh menit berselang kami mendapatkan bus Langsung Jaya yang akan membawa kami menuju terminal bus Tawangmangu. Akan tetapi bus masuk dulu ke Terminal Tirtonadi dan baru berangkat jam 6.30 pagi. Ongkos seharga Rp.10.000/orang dan perjalanan selama 2 jam, bus berjalan sangatlah lelet dan lamban saat berada ditanjakan. Waktu berjalan sangat lambat rasanya. Tapi terobati dengan pemandangan yang khas daerah pegunungan hijau dimanapun berada, dan deretan pepohonan pinus. Tepat jam 8.30 pagi kami sampai di terminal bus Tawangmangu, kami langsung sarapan dan belanja-belanja logistik makanan. Standar sekali makan antara Rp.5.000-Rp.13.000. Tepat jam 9.15 kami meluncur menuju Cemoro Kandang.

Perjalanan dari terminal bus Tawangmangu menuju Cemoro Kandang menggunakan kendaraan elf L300 dengan tarif Rp.7.000/orang kalo ga salah. Waktu tempuh sekitar 1 jam dengan tanjakan terus menerus. Ada yang membuat saya deg-deg serrrrr karena keril saya berada diatas mobil tanpa diikat sama sekali. Saya takutnya kerilnya jatoh dan rusak. Resenya sebelom mobil berangkat saya sudah meminta kepada kondekturnya untuk menurunkan tas saya, biar saya peluk saja. Tetapi dia ngotot gak akan apa-apa dan saya sangat kesal sekali. Kenyataannya memang tidak apa-apa, tetapi hampir sepanjang jalan saya melihat keatas mobil dari kaca rumah-rumah yang dilewati. Sambil berdoa dalam hati agar tas saya tak jatuh. Tetapi lebih baik mencegah bukan daripada tas rusak mencium aspal jalanan.

Pukul 10.15 kami sampai di pos pendakian Cemoro Kandang 1830 mdpl yang merupakan titik awal pendakian kami. Setelah registrasi dan repacking kami segera mohon diri untuk pamit mulai mendaki. Petugas memberitahukan bahwa pada saat itu hanya kami berempat yang naik, wew serem juga yah. Terbayangkan suasana akan benar-benar hening dan gunung mungkin hanya berasa milik kami berempat saja. Sebelum mulai mendaki kami membaca beberapa pantangan dan larangan yang dilakukan di Gunung Lawu. Sebab Gunung Lawu dikeramatkan dan masih memiliki ikatan dengan Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Larangan yang menurut saya khusus yakni :
1.Memakai pakaian berwarna hijau pupus bercorak gadung, melati, poleng, benang telon dan mretu sewu
2. Mengeluh jika menghadapi kesulitan
3.Mengganggu makhluk lain.

Perjalanan dimulai pada pukul 10.50 dengan vegetasi hutan pinus yang merupakan daerah ladang penduduk, tanah masih datar dan landai, dan kami masih berjalan santai. Ditambah kontur pepohonan masih rapat, dan ditambah semak-semak masih tinggi sekitar 1 meter. Menurut saya pribadi track pendakian Cemoro Kandang ini mirip dengan jalur pendakian Palutungan menuju Puncak Gunung Ciremai Jawa Barat.

Selang 1.5 jam berjalan kami sudah sampai Pos 1 Taman Sari Bawah 2300 mdpl disini ada sebuah warung yang tutup, serta bedeng/bangunan untuk menginap para peziarah, dan lokasi tanah datar untuk camp yang mampu memuat 4-8 tenda. Tetapi lagi-lagi saya kecewa karena didalam bedeng/shelter banyak sampah pendaki yang tidak dibawa turun kembali. Disini kami makan siang sebentar dengan bekal nasi bungkus yang kami beli di terminal Tawangmangu.

Melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 Taman Sari Atas 2470 mdpl, track mulai naik perlahan tapi pasti dengan diapit oleh pepohonan pinus gersang yang seolah membentuk lorong. Menurut Kak Nazrul ini merupakan sisa kebakaran saat musim panas tahun lalu. Yang membuat saya heran adalah deretan pepohonan pinus ini tumbuhnya miring bukan tegak. Entah apa penjelasan alamiah mengenai keadaan ini. Pos 2 hanya ditandai oleh sebuah bangunan dengan batas kayu, bisa digunakan untuk menginap dan berlindung dari terpaan hujan, tapi pasti dijamin kedinginan.

Bergegas menuju Pos 3, disini merupakan jalur terpanjang hampir ada 2 pos bayangan. Saat melewati jalur ini akan sedikit tercium bau belerang menyengat yang berasal dari kawah. Yap..Gunung Lawu memiliki kawah tapi berada dibawah puncak bukan diatas puncak. Sepanjang jalur ini kita akan terus melewati jurang disebelah kiri. Jurang ini merupakan jurang dalam Parang Gupito dan Pangarip-arip. Usahakan mendaki jalur antara pos 2 dan pos 3 pada saat terang, jangan saat gelap. Karena bisa berbahaya sekali dan dikhawatirkan terperosok ke jurang jika penerangan kurang. Selain itu jalur ini menaiki gunung dan seolah memutar atau zig-zag.

Disamping jalur yang panjang dan zig-zag, sesekali banyak terdapat batu besar yang harus dilewati dan membutuhkan pijakan yang kuat. Sekali salah melangkah bisa terperosok kedalam jurang. Pos 3 berada di ketinggian 2760 mdpl. Disini ada sebuah bangunan/shelter yang lagi-lagi saya menemukan banyak sampah, kondisi bau, serta lembab. Apakah seorang yang mengaku mencintai alam tega buang sampah digunung dan membuat lingkungan tak sehat seperti ini?. Waktu tempuh antara pos 2 dan pos 3 sekitar 3 jam.


Awalnya kami berencana akan makan besar disini, tetapi dikarenakan kompor gas mate kami rusak maka yang ada hanya gigit jari. Disini kami hanya bergantung pada makanan ringan berharap tak ada hal apapun sehingga kami tetap hidup sampai turun nanti. Tak mau menunggu malam datang kami segera menuju Pos 4. Selepas pos 3 tak jauh letaknya ada sebuah mata air yang dikeramatkan bernama Sendang Panguripan. Airnya sangat jernih dan saat diminum melegakan rasa haus yang mendera. Sekitar sumber mata air banyak terdapat sesajen dan sebilah tikar yang mungkin habis digunakan untuk bertapa/semedi. FYI tidak disarankan ambil foto disini yah. Karena dikeramatkan dan dikhawatirkan banyak orbs yang muncul.

Lanjut menuju Pos 4 perjalanan lagi-lagi zig-zag dan seolah memutar disini sudah banyak batuan kerikil dan batuan besar. Sehingga berasa sedikit mengganjal sepatu tracking kami. Langit sedikit kelabu tetapi sesaat kemudian matahari cerah. Kami mendapatkan penutup hari yang lumayan indah, walau tak cerah sekali. Berfoto sesaat diantara track yang sempit dan disamping jurang, yang membuat kami sesekali harus memanjat. Di track menuju pos 4 ini hati-hati ada jalur namanya Ondorante yang berbelok ke sebelah kanan. Sekali naik ga bisa turun, dan naik butuh tali karmantel, jalurnya cadas oleh bebatuan dan benar-benar memanjat. Baiknya kita belok kiri dari sini, ada plang tertera kok yang menunjukkan jalur Ondorante.

Boleh dikatakan perjalanan dari pos 2 sampai dengan pos 4 melipir jurang, jadi harus ekstra hati-hati. Pemandangan yang disuguhkan sepanjang menuju pos 4 mirip dengan savanna di Gunung Merbabu. Satu kata Lawu sama cantiknya dengan Gunung Merbabu. Walau cuaca sedikit teduh dan kelabu. Tetap tidak mengurangi kecantikannya. Menjelang gelap pada pukul 6 sore kami sudah sampai di pos 4. Disini ada sebuah bangunan shelter dan beberapa tanah lapang yang mungkin cukup untuk menampung belasan tenda. Lagi-lagi shelter dijadikan tempat pembuangan sampah oleh teman-teman pendaki. Saya sangat kesal melihat sejumlah trash bag teronggok penuh sampah. Benar-benar tindakan yang tidak bertanggung jawab.

Rencana awal kami hanya akan beristirahat dan beribadah shalat Magrib, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju pos 5 atau puncak. Tetapi kemudian hujan besar diluar dan akhirnya kami memutuskan untuk menggelar tenda didalam shelter. Tuhan sangat baik, walau kompor kami rusak tetapi ada sebongkah batang pohon di dalam shelter yang dapat digunakan untuk perapian saat itu, guna memasak dan meneguk minuman hangat. Diluar hujan makin mengganas, dengan petir tiada henti. Akhirnya kami memutuskan tidur lebih awal yakni pada saat pukul 8 malam, dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya pada pukul 3 dini hari menuju puncak Hargo Dumilah.

Tengah malam saat tertidur pulas, mendadak kami terbangun oleh suara angin yang sangat kencang dan mungkin hampir menerbangkan atap shelter yang berupa seng. Ternyata diluar badai, ditambah beberapa rintikan air merembes dan masuk kedalam tenda. Kami tak bergeming, dan kemudian lanjut tidur kembali dengan kedinginan. Hingga akhirnya pukul 3 pagi kami semua bangun dan bergegas repacking untuk summit attack kepuncak.

Pagi ini dingin menyerang amat luar biasa, terlihat rembesan air di rerumputan, dan sisa pesona cahaya kelip lampu dibawah sana, ditambah bintang terang. Ah sangat syahdu, rasanya sangat damai disini, saya ingin lebih lama ada di puncak ini. Menuju puncak hanya dibutuhkan waktu 1 jam dari Pos 4. Track masih landai dengan disamping kiri ada jurang pula, hati-hati melangkah ya. Kami berjalan saat masih gelap, dan jalanan becek sisa hujan semalam. Menuju puncak jalan makin menanjak, berkerikil, dan batu-batuan sisa lava. Sedikitharus hati-hati karena jurang di kanan-kiri track.

Menjelang pagi, kami tidak mendapatkan cuaca cukup cerah untuk melihat sang matahari terbit, kabut tebal menutupi puncak, hanya sedikit bidikan gambar matahari yang muncul dari peraduan yang saya bisa dapatkan. Di puncak Hargo Dumilah saat itu memang cukup ramai orang, tapi mungkin tidak seramai jika weekend. Karena hari itu adalah hari Senin, dan pada saat itulah kami bertemu manusia lagi selain kami berempat sejak naik dari pos pendakian Cemoro Kandang satu hari sebelumnya

Puas mengabadikan momen dan berada di puncak, kami segera turun, track berupa bebatuan terus. Nanti akan ada sebuah persimpangan nah belok kanan menuju Sendang Drajat, dan belok kiri menuju Hargo Dalem, yang katanya tempat biasa orang meditasi dan olah batin. Kami memilih langsung menuju Sendang Drajat. Disini ada sebuah warung dan sumber mata air. Kami memesan makan pagi berupa mie instan dan telur untuk memulihkan stamina kami yang kelaparan sejak semalam.Harganya sekitar Rp.7.000/porsi. Mau mesen kopi atau susu juga ada.

Tepat jam 7.30 pagi kami langsung melanjutkan pendakian turun. Tak jauh dari Sendang Drajat kami disuguhi pemandangan cantik dan ciamik dimana gunung-gunung dikawasan Jawa Timur terlihat gagah dengan lautan awan nan menggoda. Pastinya menggoda untuk didaki, selain itu Puncak Mahameru pun ikut terlihat dari jauh. Perkiraan waktu turun sekitar 5 jam. Track berupa tangga batu terus sampai dengan basecamp Cemoro Sewu. Siapkan dengkul anda ya untuk menuruni track ini.

Track batu membuat saya ampun dj, karena cedera di kaki kiri saya belum sembuh benar, karena terjatuh tempo hari. Kondisi track pendakian lewat Cemoro Sewu anak tangga berjejer dengan pegangan di samping kiri. Kondisi masih dengan pohon dan jurang. Pos 5 3115 mdpl ada sebuah bedeng yang masih layak untuk dihuni. Bablas jalan terus eh tiba-tiba udah di pos 3 aja dengan ketinggian 2800 mdpl, disini ada shelter tapi tidak bisa digunakan untuk bermalam, karena atapnya hanya tinggal rangkanya saja. Anehnya saya tak sempat melihat Pos 4 berada dimana posisinya. Lagi-lagi Alki narsis pengen difoto..hadeuh-hadeuh.

Lanjut perjalanan menuju pos 2 masih dengan tarck tanggal batu tapi tidak seterjal dari Pos 5 menuju Pos 3. Sampai Pos 2 2578 mdpl ada shelter dan didepannya berupa tebing. Lagi-lagi sampah yang dibuang begitu saja saya temukan disini. Pendakian penuh sampah. Tak lama mengambil gambar, kami langsung melanjutkan perjalanan. Jarak dari Pos 2 menuju pos 1 inilah yang lagi-lagi terjauh, membuat mental saya sedikit ciut karena kaki sudah lelah melangkah. Sudah berkata lelah dan meracau tak karuan gara-gara track yang panjang, Kak Nazrul terus support saya “Ayoo bentar lagi sampai”.

Pemandangan yang ada berupa tumpukan batu-batu seperti zaman prasejarah Kak Nazrul bilang sih, tarck sudah mulai mendatar dan landai, tapi masih berbatu. Berada di track ini, kesabaran benar-benar diuji jauh cuy. FYI dijalur Cemoro Sewu ini jangan ngetrack sendirian yah, rawan disasarin sama digangguin sama penghuni Gunung Lawu. Apalagi selepas pos 2 menuju pos 1. Kata temen saya sih gitu yang orang Tawangmangu asli, kesalahan saya disini adalah ngetrack sendirian selepas pos 5 hingga pos 2. Jangan ditiru yah…!!! Kalo nyasar berabe nanti.

Finally sampai juga di Pos 1 tak jauh dari sini ada sebuah warung, ternyata Kak Daniel dan Alki sudah menunggu selama 1 jam. Tak membuang waktu lama saya segera memesan makan siang, untuk memulihkan mood yang tak stabil..hahaha.. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan saya bergegas membangunkan Kak Daniel dan Kak Nazrul untuk turun. Karena kereta Bengawan berangkat jam 15.30 menuju Jakarta. Takut ketinggalan pastinya.

Ngetrack menuju basecamp hanya diperlukan waktu 40 menit saja. Itu pun dengan speed agak cepat. Pemandangan dikanan-kiri berupa hutan pinus dengan jalanan mendatar berbatu, dan ladang penduduk. Sesekali ada kawasan rumput yang berukuran cukup tinggi dan diapit pepohonan pinus yang jarang. Pada saat itu Kak Daniel dan Alki sudah berada jauh didepan, dan jarak antara saya dan Kak Nazrul terpaut cukup jauh dibelakang. Jalanan menuju basecamp berupa jalanan menurun terus yang mungkin masuk untuk dimasuki 1 mobil.

Jam 12.40 siang kami telah sampai base camp Cemoro Sewu yang berada di kawasan Magetan Jawa Timur. Tak membuang waktu banyak kami langsung mencari kendaraan untuk membawa kami ke terminal Tawangmangu karena waktu sudah makin sempit. Ada peristiwa dimana saat berada di terminal Tawangmangu sepatu tracking Kak Daniel ketinggalan di mobil, untung saja dia ingat dan segera mengambilnya. Tapi ternyata di dalam mobil sudah diambil seorang Ibu paruh baya yang berumur sekitar 60 tahun, dan dimasukan ke dalam karung miliknya. Hati-hati teman-teman kadang tampang saja bisa menipu. Didaerah pun penipuan ada gak cuma di kota besar. Finally sepatunya diambil kembali oleh Kak Daniel, dan wajah Ibu tersebut pura-pura tidak tahu. Sadis betul yaaa...

Finally jam 15.00 kami sampai di Stasiun Solojebres, langsung menuju toilet dan mandi tergesa-gesa, sebab kereta berangkat pukul 15.30. Sangat hectic saat itu. Sesi hetic pun terlewati dan kami langsung menaiki kereta dan kembali ke Jakarta. Sayonara….

Buat foto menyusul....
0
5.2K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan