KPR refinancing alias kredit pemilikan rumah adalah pengajuan kredit/pinjaman untuk rumah yang sedang dalam masa KPR. Pengajuan refinancing bisa diarahkan ke bank yang saat ini menangani KPR rumah itu atau bank lain.

KPR refinancing biasanya diajukan masyarakat yang lagi nyicil KPR dengan alasan:

Dalam kasus Dodid, rumah yang dua tahun lalu dibeli seharga Rp 350 juta itu sekarang mengalami kenaikan harga, sehingga KPR-nya bisa dihitung ulang. Properti memang menjadi produk investasi yang bikin ngiler karena jarang banget harganya turun.

Misalnya, menurut appraisal bank, rumah Dodid sekarang dihargai Rp 400 juta. Berarti ada kelebihan Rp 50 juta dari harga rumah sebelumnya Rp 350 juta. Artinya, Dodid bisa membawa pulang duit Rp 50 juta setelah yang Rp 350 juta dipakai buat melunasi KPR sebelumnya.

Duit itu bisa dipakai sebagai modal usaha atau diinvestasikan. Jadi, Dodid bisa menyabet pemasukan dari tempat lain, gak hanya dari tempat kerjanya sekarang.

Dengan KPR refinancing, maka penghitungan cicilan pertama dimulai dari bulan saat refinancing itu disetujui. Artinya, masa angsuran akan dimulai dari bulan pertama lagi.

Selain itu, jumlah angsuran dan bunga yang berlaku bakal berbeda dengan KPR sebelumnya. Orang tentunya bakal cari bank yang menawarkan bunga lebih rendah ketimbang KPR sebelumnya.

Setelah permohonan KPR refinancing Dodid disetujui, dia mendapat sederet keuntungan. Di antaranya:



Jadi, KPR refinancing amat menguntungkan bagi yang membutuhkan. Tapiiii,, ada juga yang tergiur dengan keuntungan KPR refinancing lalu salah langkah.

Contohnya dana dari KPR refinancing dipakai untuk kebutuhan konsumtif. Misalnya buat traveling ke luar negeri atau berfoya-foya. Walhasil, dana yang sebetulnya bisa dipakai buat memperbaiki keuangan malah gak berguna.

Akan jauh lebih baik jika duit itu digunakan untuk hal yang produktif. Misalnya modal bikin usaha.