- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Impian ARA (story)


TS
buonk.id
Impian ARA (story)
assalamualaikum wr wb
selamat malam agan2 semua semoga sehat selalu...
x ini ane akan share cerita nih,yang insya Allah akan di update setiap harinya
selamat membaca...
jangan lupa tinggalkan jejak
selamat malam agan2 semua semoga sehat selalu...
x ini ane akan share cerita nih,yang insya Allah akan di update setiap harinya

selamat membaca...
Quote:
Bagian: 1
~IMPIAN ARA~
Kabut pagi itu membuat suasana hening dan teriris bagi Ara. Di tengah keramaian riuh bersorak layaknya anak2 seusia Ara yg baru memasuki jenjang Sekolah Dasar, namun baginya tak seindah yg terlihat. Ara... sosok gadis kecil yg sejak usia dua tahun telah di tinggalkan Ayahnya pergi entah kemana, Ara kecil yg kurang sentuhan perhatian bundanya yg selalu pulang malam tuk bisa menghidupinya, hingga hari2nya akrab dgn barang2 dagangan sang Nenek. Hanya Nenek yg bisa menemaninya, yg merawatnya dan yg menghiburnya. Meski kadang Ara sering menangis karna ketegasan sang Nenek, yg selalu membuat Ara berpikir ulang tuk bisa manja dan Nakal seperti anak2 kebanyakan. Karna bila itu terjadi maka sang Nenek tak segan2 menghukumnya.
Di awal sekolah yg harusnya Ara didampingi salah satu org tuanya namun pagi itu ia hanya seorg diri menuju ruang kelasnya, sementara Neneknya sibuk dgn barang dagangannya yg kebetulan berjualan di sekitar Area Sekolah. Sedangkan semua Murid bergembira karna di temani org tuanya masing2, Ara melangkah perlahan lahan.. ia menyusuri dinding luar kelas yg sepertinya semakin lama semakin menghimpit ruang geraknya, langkahnya berat dan ragu. Ada perasaan ingin kembali kepada neneknya dan ingin sekali ia berkata:
"Nenek.. tolong temani Ara masuk kedalam kelas seperti mereka",
Namun keinginan itu hanya sebuah angan yg kadang memang harus dilupakan. Di tengah lamunan nya Ara tak menyadari ternyata dirinya sudah tepat berada didepan pintu kelas, dan sebuah sapaan lembut mengejutkannya dari belakang..
"Kenapa masih berdiri di sini nak.. ?? Ayo masuk.. !!?"
Ajak wanita itu yg tidak lain adalah guru kelasnya. Ara hanya mengangguk, sang Guru pun menuntun Ara masuk kedalam kelas. Mungkin Bu guru Mila (nama guru itu) bingung, karna semua murid di temani org tuanya sedang Ara hanya datang seorg diri. Bu Mila pun bertanya dgn bijaknya:
"Nama kamu siapa Nak ??"
"Araaa.. buuu.." jawab Ara malu2,
"Lalu ... dgn siapa Ara datang ke sini.. ??" Tanya Bu guru lagi.
"Bersama Nenek, bu. Tapi... Neneknya lagi jualan..." jawabnya lagi dgn wajah yg tertunduk. Spontan saja murid2 di kelas Ara gaduh dan menyorakinya...
"Hhhuuuuuu...."
Ara semakin tertunduk dan sedih, perasaannya hancur seperti tercabik cabik. Tak tega melihat anak seusia Ara harus mengalami masa kecil yg begitu memilukan, ruang kelas pun berisik tak terkendali. Bahkan para org tua murid saling berbisik dgn yg lain.. entah apa yg mereka bicarakan namun yg pasti Ara merasa dirinya dihujani cacian dan hinaan.
"Tenang.... anak anak, jgn berisik." Pinta bu Guru, suasana pun kembali hening. Bu guru menyuruh Ara mencari bangku kosong tuk duduk dan mempersilahkan org tua murid tuk meninggalkan ruang Kelas karna pelajaran pertama akan segera d mulai.
Hari itu hari dimana awal pembentukan karakter Ara yg semakin pemalu, rapuh dan sensitif. bahkan keesokan harinya Ara enggan tuk kembali lagi ke sekolah. Namun sang Nenek selalu menasehatinya dgn tegas meski hati Ara terasa perih dgn kata2 Neneknya yg begitu tajam:
"Ayah kamu itu tidak bertanggung jawab, dia pergi meninggalkan mu semenjak usiamu dua tahun hingga ibumu harus banting tulang mencari nafkah. Pulang malam pergi subuh, bahkan kadang kamu pun tak terurus. Harus tidur dgn Nenek, sekarang kamu mau jadi apa kalo tidak mau sekolah. Mau menyusul Ayahmu yg tidak bertanggung jawab itu... ?? Yg sudah menterlantarkan kamu dan ibumu.. begitu ??"
Ara hanya terdiam, dia hanya bisa meneteskan air mata. Isakkannya sungguh menyayat hati:
"bunda... Ayah, Ara kangen. Ara butuh bunda, Ara ingin bertemu Ayah. Peluk Ara bunda, peluk Ara Ayah, hiks hiks..." rintihannya membatin.
"Sudah.. jgn menangis, ayo bergegas ke sekolah.. bantu nenek bawa dagangan ini." Tegur Neneknya menyemangati Ara, Ara pun mengangguk dan bergegas siap2 ke sekolah.
Hari berganti hari ... bulan pun terlewat hingga datang hitungan Tahun. Masa yg di lalui Ara di sekolah, sungguh membuat dirinya semakin tertekan. Kecemburuan Ara pada teman2nya akan sosok seorang Ayah membuat dirinya bersikeras tuk bisa membuat ibunya tak bekerja, walau hanya satu hari bahkan satu jam. Agar sang ibu mau menemaninya, namun ibu Ara adalah wanita tangguh yg selalu bekerja keras. Kegagalannya dgn Ayah Ara mampu menciptakan sebuah karakter sebagai wanita perkasa yg sanggup menanggung beban hidup seorang diri, hingga sulit bagi Ara tuk bisa meluluhkan hatinya.
"bunda... besok Ara ada acara kenaikan kelas, bunda kerjanya libur ya temani Ara di sekolah," pinta Ara di suatu malam kepada ibundanya.
"Sayaangg...bunda tidak bisa, Ara sama Nenek aja ya Sayaang. Bunda kan harus bekerja mencari uang, kalo bunda tidak kerja nanti Ara mau makan apa. Bunda janji .. lain kali bunda akan libur tapi tidak besok ya sayaang.." jawab bunda Ara menolak, sebuah kata yg halus dan berhati hati. Namun sehalus apapun sebuah penolakan tetap saja menimbulkan kesan buruk.. Ara merengut, dia tak percaya bundanya akan menolak lagi tuk yg kesekian kalinya. yg bisa ia lakukan hanya kesal dan mengurung diri dikamar Dgn harapan besok bundanya tidak jadi berangkat kerja, namun keesokan harinya ketika ia terbangun Ara tetap tak menjumpai bundanya hingga sampai waktu sekolah tiba. Memang menyakitkan tapi keadaan seperti sudah sering Ara lalui setiap harinya dan lagi2 Ara harus kecewa dan hanya bisa berharap dan berharap.
Namun semakin lama keadaan seperti itu justru membuat Ara semakin tertekan, jiwanya terguncang dan shock. Hingga Ara pun jatuh sakit,
sakit yg sangat parah..
BERSAMBUNG..
~IMPIAN ARA~
Kabut pagi itu membuat suasana hening dan teriris bagi Ara. Di tengah keramaian riuh bersorak layaknya anak2 seusia Ara yg baru memasuki jenjang Sekolah Dasar, namun baginya tak seindah yg terlihat. Ara... sosok gadis kecil yg sejak usia dua tahun telah di tinggalkan Ayahnya pergi entah kemana, Ara kecil yg kurang sentuhan perhatian bundanya yg selalu pulang malam tuk bisa menghidupinya, hingga hari2nya akrab dgn barang2 dagangan sang Nenek. Hanya Nenek yg bisa menemaninya, yg merawatnya dan yg menghiburnya. Meski kadang Ara sering menangis karna ketegasan sang Nenek, yg selalu membuat Ara berpikir ulang tuk bisa manja dan Nakal seperti anak2 kebanyakan. Karna bila itu terjadi maka sang Nenek tak segan2 menghukumnya.
Di awal sekolah yg harusnya Ara didampingi salah satu org tuanya namun pagi itu ia hanya seorg diri menuju ruang kelasnya, sementara Neneknya sibuk dgn barang dagangannya yg kebetulan berjualan di sekitar Area Sekolah. Sedangkan semua Murid bergembira karna di temani org tuanya masing2, Ara melangkah perlahan lahan.. ia menyusuri dinding luar kelas yg sepertinya semakin lama semakin menghimpit ruang geraknya, langkahnya berat dan ragu. Ada perasaan ingin kembali kepada neneknya dan ingin sekali ia berkata:
"Nenek.. tolong temani Ara masuk kedalam kelas seperti mereka",
Namun keinginan itu hanya sebuah angan yg kadang memang harus dilupakan. Di tengah lamunan nya Ara tak menyadari ternyata dirinya sudah tepat berada didepan pintu kelas, dan sebuah sapaan lembut mengejutkannya dari belakang..
"Kenapa masih berdiri di sini nak.. ?? Ayo masuk.. !!?"
Ajak wanita itu yg tidak lain adalah guru kelasnya. Ara hanya mengangguk, sang Guru pun menuntun Ara masuk kedalam kelas. Mungkin Bu guru Mila (nama guru itu) bingung, karna semua murid di temani org tuanya sedang Ara hanya datang seorg diri. Bu Mila pun bertanya dgn bijaknya:
"Nama kamu siapa Nak ??"
"Araaa.. buuu.." jawab Ara malu2,
"Lalu ... dgn siapa Ara datang ke sini.. ??" Tanya Bu guru lagi.
"Bersama Nenek, bu. Tapi... Neneknya lagi jualan..." jawabnya lagi dgn wajah yg tertunduk. Spontan saja murid2 di kelas Ara gaduh dan menyorakinya...
"Hhhuuuuuu...."
Ara semakin tertunduk dan sedih, perasaannya hancur seperti tercabik cabik. Tak tega melihat anak seusia Ara harus mengalami masa kecil yg begitu memilukan, ruang kelas pun berisik tak terkendali. Bahkan para org tua murid saling berbisik dgn yg lain.. entah apa yg mereka bicarakan namun yg pasti Ara merasa dirinya dihujani cacian dan hinaan.
"Tenang.... anak anak, jgn berisik." Pinta bu Guru, suasana pun kembali hening. Bu guru menyuruh Ara mencari bangku kosong tuk duduk dan mempersilahkan org tua murid tuk meninggalkan ruang Kelas karna pelajaran pertama akan segera d mulai.
Hari itu hari dimana awal pembentukan karakter Ara yg semakin pemalu, rapuh dan sensitif. bahkan keesokan harinya Ara enggan tuk kembali lagi ke sekolah. Namun sang Nenek selalu menasehatinya dgn tegas meski hati Ara terasa perih dgn kata2 Neneknya yg begitu tajam:
"Ayah kamu itu tidak bertanggung jawab, dia pergi meninggalkan mu semenjak usiamu dua tahun hingga ibumu harus banting tulang mencari nafkah. Pulang malam pergi subuh, bahkan kadang kamu pun tak terurus. Harus tidur dgn Nenek, sekarang kamu mau jadi apa kalo tidak mau sekolah. Mau menyusul Ayahmu yg tidak bertanggung jawab itu... ?? Yg sudah menterlantarkan kamu dan ibumu.. begitu ??"
Ara hanya terdiam, dia hanya bisa meneteskan air mata. Isakkannya sungguh menyayat hati:
"bunda... Ayah, Ara kangen. Ara butuh bunda, Ara ingin bertemu Ayah. Peluk Ara bunda, peluk Ara Ayah, hiks hiks..." rintihannya membatin.
"Sudah.. jgn menangis, ayo bergegas ke sekolah.. bantu nenek bawa dagangan ini." Tegur Neneknya menyemangati Ara, Ara pun mengangguk dan bergegas siap2 ke sekolah.
Hari berganti hari ... bulan pun terlewat hingga datang hitungan Tahun. Masa yg di lalui Ara di sekolah, sungguh membuat dirinya semakin tertekan. Kecemburuan Ara pada teman2nya akan sosok seorang Ayah membuat dirinya bersikeras tuk bisa membuat ibunya tak bekerja, walau hanya satu hari bahkan satu jam. Agar sang ibu mau menemaninya, namun ibu Ara adalah wanita tangguh yg selalu bekerja keras. Kegagalannya dgn Ayah Ara mampu menciptakan sebuah karakter sebagai wanita perkasa yg sanggup menanggung beban hidup seorang diri, hingga sulit bagi Ara tuk bisa meluluhkan hatinya.
"bunda... besok Ara ada acara kenaikan kelas, bunda kerjanya libur ya temani Ara di sekolah," pinta Ara di suatu malam kepada ibundanya.
"Sayaangg...bunda tidak bisa, Ara sama Nenek aja ya Sayaang. Bunda kan harus bekerja mencari uang, kalo bunda tidak kerja nanti Ara mau makan apa. Bunda janji .. lain kali bunda akan libur tapi tidak besok ya sayaang.." jawab bunda Ara menolak, sebuah kata yg halus dan berhati hati. Namun sehalus apapun sebuah penolakan tetap saja menimbulkan kesan buruk.. Ara merengut, dia tak percaya bundanya akan menolak lagi tuk yg kesekian kalinya. yg bisa ia lakukan hanya kesal dan mengurung diri dikamar Dgn harapan besok bundanya tidak jadi berangkat kerja, namun keesokan harinya ketika ia terbangun Ara tetap tak menjumpai bundanya hingga sampai waktu sekolah tiba. Memang menyakitkan tapi keadaan seperti sudah sering Ara lalui setiap harinya dan lagi2 Ara harus kecewa dan hanya bisa berharap dan berharap.
Namun semakin lama keadaan seperti itu justru membuat Ara semakin tertekan, jiwanya terguncang dan shock. Hingga Ara pun jatuh sakit,

BERSAMBUNG..
jangan lupa tinggalkan jejak
0
1.3K
Kutip
4
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan