Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

AkuCintaNaneaAvatar border
TS
AkuCintaNanea
Bubarkan Metro TV, TV One dan TEMPO ... suka Melintir Berita dan Suka Ngompori Publik
Bubarkan Metro TV, TV One dan Tempo
21/05/13 | 21:17 | 12 Rajab 1434



Media yang ditunggangidakwatuna.com - “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al-Hujurat : 6].

Jujur saya katakana ini sudah mencapai titik ketidakwajaran, dimana media yang seharusnya menyampaikan kebenaran berubah menjadi penyampai kebohongan. Hal ini semata-mata karena perut, dengan perut idealism bisa di jual. Sehingga independensi terabaikan. Di tulisan ini saya tidak mau menggunakan kata oknum, media yang saya maksud itu adalah MetroTV, TVOne dan MNC group juga beberapa media cetak seperti Tempo.

Saya paham bahwa berita itu adalah bisnis, tanpa ada berita mereka tidak ada income untuk memberi gaji kepada karyawan dan untuk operasional media itu. Sehingga para jurnalis mencari dan memuat berita yang laku di pasaran, terserah berita itu benar atau salah yang penting laku. Hal ini saya dapatkan dari beberapa kali mengikuti pelatihan jurnalistik dan Focus Group Diskusi (FGD) dengan jurnalis. Hal ini adalah kenyataan di lapangan bahwa berita adalah bisnis.

Namun berita beberapa hari belakangan ini saya nilai sudah sangat cukup keterlaluan. Pasalnya kebohongan yang bertubi-tubi di publish ke khalayak ramai tanpa ada berita klarifikasi setelah mendapat kebenaran.

Contoh kasus saya paparkan di sini antara lain adalah kasus LHI. Dari awal media yang saya sebutkan tadi memberitakan dengan sangat massif kepada khalayak ramai bahwa LHI tertangkap tangan kasus korupsi impor daging sapi. Padahal sebenarnya adalah Fathanah di tangkap di hotel bersama Maharani dan LHI dijemput di kantor DPP PKS. Kasus tangkap tangan ini sangat dipaksakan, gimana caranya yang penting LHI ke tangkap tangan. Namun media memberitakan LHI ke tangkap tangan, ke tangkap tangan dan ke tangkap tangan dengan berita bertubi-tubi.

Namun setelah terbukti bahwa LHI tidak terbukti ditangkap dalam keadaan tangkap tangan, dan itu salah satu kesalahan prosedur menangkap orang tanpa ada bukti. Karena ada peraturan di KPK yang boleh ditangkap langsung adalah kasus ke tangkap tangan. Namun dari alasan itulah KPK bisa menangkap LHI padahal sebenarnya KPK tidak dibolehkan menangkap langsung tanpa ada keputusan siding bahwa LHI menjadi tersangka.

Nah kesalahan KPK ini tidak ada dan tidak pernah di publish oleh media baik MetroTV, TVOne, Tempo dan kawan-kawan. Sehingga opini yang terbentuk di masyarakat itu adalah LHI tertangkap tangan dan KPK berhak untuk menangkapnya. Ini adalah pembunuhan karakter, perusakan citra yang dilakukan oleh media. Implikasinya adalah menguntungkan beberapa pihak, yaitu rival (lawan politik) PKS.

Siapa dibalik media itu? MetroTV miliknya Surya Paloh ketua umum Partai Nasional Demokrat, TVOne adalah miliknya Aburizal Bakrie ketua Umum Partai Golkar. Sedangkan Tempo itu adalah media titipan misionaris. Yah tentunya dengan perusakan citra untuk PKS akan menurunkan suara PKS pada pemilu 2014 ini. Dan itulah yang diharapkan oleh rival PKS ini.

Hal yang serupa juga dilakukan kepada partai Demokrat yang merupakan rival Partai Nasdem dan Golkar juga Hanura. Berita kecil di besar-besarkan agar citra partai ini rontok. Dan yang akan naik adalah partai mereka yaitu NASDEM dan Golkar. Ini semata-mata untuk suksesi pemilu 2014.

Saya sangat sepakat dengan pernyataan mantan Presiden RI B. J. Habibie yang menyatakan “sangat berbahaya bila media adalah milik anggota suatu partai”. Saya sudah melihat media ini, agar public tidak curiga ke independenan media ini, mereka membuat sesekali berita tentang keburukan partainya, namun berita itu tidak sebesar atau sebanding dengan berita untuk partai lain. Dalam hal ini adalah Demokrat dan PKS yang di babat habis.
Jika ada rilis, siaran pers, aksi yang menuntut pembubaran media ini, tidak pernah di publish. Seperti kasus penuduhan Rohis sarang teroris. Padahal aksi yang dilakukan oleh aktivis roshis se-Indonesia dilakukan. Aksi yang dilakukan sangat besar atas penolakan siaran MetroTV bahwa Rohis sarang teroris. Namun berita itu tidak besar karena tidak di siarkan oleh TV itu.
Sangking bencinya kepada suatu partai media ini juga tidak tanggung-tanggung memuat berita. Seperti kasus PKS menolak kenaikan BBM menjadi PKS dukung kenaikan BBM. Kasus PKS laporkan KPK ke kepolisian menjadi KPK lapor Johan Budi ke kepolisian. Sampai pemberian orang yang bukan juru bicara KPK disebut juru bicara KPK. Sehingga masyarakat mengira itu adalah perwakilan KPK, padahal bukan. Ini semata-mata untuk memuluskan pemberitaan bohong kepada masyarakat.

Implikasinya adalah masyarakat mendapat informasi yang selalu tidak ada penyelesaiannya. Masyarakat tidak mengetahui kebenaran, dan itu adalah ghazwul fikri yang dilakukan oleh media itu. Dan balasannya adalah neraka jahanam kepada media yang memberitakan kebohongan. Karena dengan berita yang salah akan mengakibatkan pertumpahan darah dan jutaan orang yang dirugikan.

Saya berharap kepada pemerintah sudah seharusnya mengevaluasi kebebasan pers ini. Semata-mata untuk kemaslahatan masyarakat, bila perlu dibubarkan saja. Hingga cukup TVRI saja yang bisa di kontrol langsung oleh pemerintah. Dengan pernyataan ini saya yakin kawan-kawan dari media maupun jurnalis tidak setuju. Namun saya sudah men SWOT lebih banyak baiknya seperti harapan saya tadi yaitu bubarkan Metro TV, TV One dan Tempo.

Saya berharap kepada masyarakat yang membaca tulisan ini kembali membuka hati nuraninya. Untuk menyaring berita yang dilakukan oleh media yang ditunggangi ini. Berharap masyarakat tidak langsung percaya atas semua pemberitaan yang disiarkan. Solusinya adalah tabayun, mengklarifikasi berita itu kepada orangnya langsung atau keluarganya. Saya juga yakin tidak semua orang membaca tulisan ini, namun usaha saya untuk menyampaikan kebenaran ini. Saya berharap juga kepada yang telah membaca tulisan ini untuk menyampaikan secara lisan kepada masyarakat sekitar. Agar mereka tidak tersesatkan dengan berita-berita yang sesat. Dan semoga ini menjadi amal jariah kita. Aamiin.. (arida.s/sbb/dakwatuna)
Arida Sahputra
Arida Sahputra, penulis, adalah Staff Pengajar Akademi Farmasi Aceh. Staff Pengajar SMAIT Al-Fityan School Aceh. Sekretaris Umum Persaudaraan Guru Sejahtera Indonesia (PGSI) Wilayah Aceh. Koordinator Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia cluster Mahasiswa (MITI-M) Wilayah Aceh. Sekretaris Manager KNRP Aceh. Ketua DPC PKS Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
http://www.dakwatuna.com/2013/05/21/...#axzz2kf10jbVp

Contoh Provokasi TV One ke Istana


Metro tv wawancarai SBY seputer Suksesi 2014



Tuding TvOne dan MetroTV, Fokus Publik Sekarang Adalah, Benarkah Ramadhan Pohan Sudah Gila?
6 Maret 2012 | 15.17

ramadhan pohan disikat street fighter Tidak habis-habisnya kader Partai Demokrat "bermain gila", mulai dari kasus korupsi kader hingga kader-kader aneh semacam Ruhut Sitompul, hingga sampai kader "Stress" seperti Ramadhan Pohan. Setelah menuding dan mencela Ketua Umum Golkar, Aburizal Bakrie lalu Ketua Umum Hanura, Wiranto. Tak cukup disitu Ramadhan Pohan kembali mencoba berulah dengan mengganggu PKS, kini Ramadhan Pohan mencoba untuk "menggilai" dua stasiun TV, TvOne dan MetroTV.

Dalam sebuah diskusi ""Metro TV & tvOne, Menjawab Pengaduan Partai Demokrat di KPI" diantara silahturahim pres nasional, di gedung Wisma Antara, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (06/03). MetroTV dan TvONe membantah semua dugaan Partai Demokrat yang selalu menduga-duga, lewat ucapan Ramadhan Pohan.

News Director MetroTV, Suryopratomo menjelaskan bahwa pemberitaan MetroTV tidak pernah sama sekali menyudutkan Partai Demokrat. Lantaran tidak pernah ada pada sebuah rapat direksi yang menetapkan pada sebuah kebijakan editorial pada kepentingan orang per orang. "Begitu juga terjadi pada rapat-rapat di semua media yang profesional, media tidak pernah menetapkan kebijakan editorial berdasarkan sikap emosional," ujar Suryapratomo

Suryapratomo juga menyatakan bahwa MetroTV dan TvOne tidak pernah menghukum anas Urbaningrum dan Angelina Sondakh lantaran pesanan dari kebijakan Partai Nasdem yang didirikan Surya Paloh dan Partai Golkar yang didirikan Aburizal Bakrie. "MetroTV bukan corong. Kalau memang ada hubungannya, seharusnya Partai Golkar menjadi pemenang pada Pemilu dan Pilpres 2004 dan 2009, karena pada tahun itu, Surya Paloh adalah petinggi Golkar," terangnya

Karni Ilyah selaku Pimpinan Redaksi TvOne, juga menerangkan mengenai tudikan soal pemberitaan Indonesia Lawyers Club (ILC) yang berjudul "Angie oh Angie". Menurutnya, judul acaranya itu diambil dari lagu Rolling Stone yang berjudul "Angie". "Lalu pada saat itu, Angie mengaku tidak pernah menggunakan BBM. Jadi saya tidak bisa memilih yang lain," ungkapnya.

Karni Ilyas juga menjelaskan mengenai persoalan Lapindo yang diutarakan oleh Ramadhan Pohan, ia menyatakan bahwa TvOne saat itu tidak memberitakan Lapindo karena saat itu TvOne belum lahir. Lapindo itu tahun 2006 sedangkan TvOne lahir pada tahun 2008.

Karni Ilyas juga menambahkan, kesalahan Partai Demokrat sehingga disorot media, adalah kesalahan yang dilakukan oleh kader Partai Demokrat sendiri. "Yang bikin rusak fungsionaris PD sendiri. Janganlah seperti buruk muka, cermin dibelah," kata wartawan senior tersebut.

Sepertinya memang Partai Demokrat adalah partai yang sangat mudah mengkambing-hitamkan masalahnya kepada orang lain. Partai Demokrat tidak pernah mengambil pelajaran dari kesalahan mereka, tetapi mereka malah menuding kesana-kemari bahwa semua kesalahan itu diarahkan pada sesuatu yang lain.
http://www.suaranews.com/2012/03/tud...us-publik.html

Ada Apa Dengan TV One dan Metro TV?
18/05/13 | 20:47 | 09 Rajab

dakwatuna.com - Tentunya masyarakat bertanya dengan keberadaan TV One dan Metro TV dengan tiba-tiba menghentikan tayangkan live pada edisi jumat, 17 Mei 2013 terhadap persidangan terpidana Dirut PT Indonesiauna Utama Maria Elizabeth Liman yang dihadiri para saksi-saksi seperti AF, LHI dan sebagainya.

Biasanya kedua media tersebut selalu menayangkan persidangan korupsi secara live hingga selesai, tapi setelah AF bersaksi acara live diberhentikan dan dilanjutkan dengan acara lain. Sangat disayangi sekali, media-media langsung menghentikan siarannya karena kesaksian AF menguntungkan PKS dan dianggap berlawanan dengan opini dituduhkan atau dibangun sejumlah media selama ini.

Sedangkan Pada berita-berita selanjutnya, di sore dan malam hari, kedua TV tersebut hanya menayangkan cuplikan-cuplikan “tertentu.” Karena media pasti tidak mau malu dan pasti akhirnya tetap memvonis salah LHI karena media mau citra dirinya tetap baik, memiliki integritas dan media TAK PERNAH SALAH… (Inilah kekuatan media mainstream saat ini mereka begitu mudah untuk membangun opini).

Pertanyaan: Ada apa sebenarnya di balik pemberhentian tayang live tersebut? Perlu kita pertanyakan integritas kedua media tersebut, masihkah independen atau telah diintervensi si pemilik modal? untuk kepentingan politik menjelang pemilu 2014? Apakah benar ada upaya media ingin menghancurkan PKS?
Bisa kita bayangkan jika media telah dikuasai politik? Bisa kita bayangkan informasi yang disuguhi selalu memihak pada pemiliknya? Bisa kita bayangkan informasi yang dituangkan selalu akan menjatuhkan lawan politik?

Apapun media sajikan jangan ditelan mentah, jangan digunakan reference utama, jangan digunakan sebagai patokan mutlak dan sebaiknya lihatlah segala masalah dari segala sisi atau istilah kerennya lihatlah dari segala ilmu agar termasuk penonton kritis dan pembaca yang cerdas sehingga bisa membedakan antara opini dan fakta karena saat kita hidup di zaman intelektualitas

Andai kedua media tersebut tetap setia menayangkan berita tersebut tentu akan terungkap kebenaran sesungguhnya, tentunya masyarakat semakin tahu mana opini dan fakta, atau jangan-jangan kedua media tersebut tak ingin masyarakat untuk mengetahui kebenaran sesungguhnya atau sengaja mengelabui masyarakat dengan menayangkan informasi sepotong-potong. Walaupun kedua media menghentikan penayangan live, insya Allah masyarakat tidak akan tertutup mata hati untuk mencari kebenaran dari media social dan media alternatif lainnya yang masih setia menyampaikan informasi yang valid.
http://www.dakwatuna.com/2013/05/18/...#axzz2kf10jbVp

ARB Akui Jadi Media Darling di TV Miliknya
November 9, 2013Capres 2014


aburizal bakrie

Capres 2014 dari Partai Golkar, Aburizal Bakrie, memanfaatkan media massa miliknya untuk menaikkan popularitas. Ical–sapaan Aburizal–mengaku menjadi sosok yang sering diberitakan oleh media atau media darling di dua stasiun televisi miliknya. “Di TV One dan ANTV,” katanya saat berkunjung ke kantor redaksi Tempo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat, 8 November 2013. Meski hanya menjadi media darling di dua stasiun, Ical tak mengkhawatirkan popularitas Jokowi yang menjadi tokoh kesayangan di hampir semua media. Menurut dia, walaupun menjadi media darling, tak berarti tingkat keterpilihannya akan tinggi.

Ical mencontohkan, pada Pemilu 2009, yang menjadi media darling adalah Jusuf Kalla. Pemberitaan untuk Kalla selalu masuk di halaman pertama. Sedangkan pesaingnya, Susilo Bambang Yudhoyono, hanya mendapat jatah di halaman ketiga. Namun ternyata hasil pemilihan umum membuktikan SBY yang menang. “Jadi enggak usah khawatir media darling,” ujarnya.

Selain memanfaatkan dua stasiun televisi miliknya untuk mendongkrak popularitas, Ical melakukan upaya lain. Ia sering melakukan kunjungan ke daerah-daerah. Tak hanya itu, kader Golkar pun turun tangan untuk mengomentari isu yang tengah hangat diperbincangkan masyarakat. “Jadi, kalau itu semua disuarakan, saya kira rakyat akan suka,” katanya.
http://www.arb.my.id/arb-akui-jadi-m...i-tv-miliknya/

Metro TV dan TVOne, Ingat Cover Both Side!
Sabtu, 14 April 2012 | 17:45 WIB



Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) memutuskan memberikan sanksi tertulis kepada dua stasiun televisi, yaitu TVOne dan Metro TV, beberapa waktu lalu. Hal ini terkait dengan pemberitaan yang dinilai berlebihan kepada kader Partai Demokrat terkait kasus korupsi. Sanksi tersebut tentunya perlu disambut dengan gembira. Bukan karena saya dan warga lain membela Partai Demokrat. Sebab, partai tersebut di kalangan masyarakat juga tidak bersih-bersih amat. Yang patut disikapi adalah isi siaran kedua televisi yang mengklaim sebagai televisi berita tersebut.

Kita tentunya mengetahui bahwa pemilik kedua stasiun adalah tokoh politik yang afiliasi partainya sering berseberangan dengan pemerintah. Hampir setiap hari masyarakat Indonesia dijejali segala macam kritikan, baik melalui berita, dialog, monolog, opini, dan lain-lain yang intinya mengkritik keras terhadap yang berbau pemerintah. Seakan tidak ada nilai positif yang bakal ditayangkan di kedua stasiun televisi itu. Pada acara dialog pun, nara sumber yang berhubungan dengan pemerintah pasrti akan ‘dibantai’ oleh nara sumber lain dengan tidak berimbangnya para presenternya.

Presenter yang cantik-cantik terkadang juga mendominasi pembicaraan seakan lebih pintar atau lebih menguasai dari nara sumber yang diundang. Sebenarnya masyarakat Indonesia ingin tahu pemberitaan atau dialog yang isinya mengenai sisi positif pemerintah, khususnya presiden yang telah dipilih secara aklamasi oleh mayoritas penduduk Indonesia yang telah dewasa. Kita ingin melihat keberhasilan pemerintah, sosok presiden dan pembantunya dengan segala sisi humanisme yang baik, kegemaran, hobi, hubungan dengan masyarakat kecil, suri tauladan dan lain sebagainya.

Pertanyaannya, apakah sisi-sisi humanis pimpinan kita itu sangat tabu disiarkan oleh media televisi? Pertanyaan lain, mengapa setiap ada kejadian politik, sosial, budaya, ekonomi, bahkan sampai bencana alam, pasti ujung-ujungnya yang disalahkan presiden? Kok sepertinya kasihan sekali presiden kita. Semua aspek kehidupan manusia baik lahiriah dan batiniah bila ada yang tidak baik pasti yang disalahkan adalah presiden? Oleh karena itu, kembali ke awal topik, kita semua salut atas keberanian KPI dengan memberi sanksi yang tertuang dalam amar putusan KPI di surat bernomor 224/K/KPI/03/12 tertanggal 26 Maret 2012 pada Metro TV dan TVOne itu. Jadi, TV sebagai pusat informasi dan berita hendaknya menyajikan dengan berimbang. Tidak memihak pada salah satu golongan manapun. Ingat prinsip jurnalis yang mengedepankan cover bothside.
[url]http://web.inilah..com/read/detail/1850994/metro-tv-dan-tvone-ingat-cover-both-side#.UoVPm9LfCok[/url]

-----------------------------



Makanya Be ... bikin partai dan bila berkuasa itu, jangan lupa bikin media sendiri untuk 'onani politik' dan 'onani pencitraan' diri sendiri dan untuk kebesaran nama partai! Tirulah manuver dari bang Ical dan bang Paloh serta Hery Tanoe ketika ybs berambisi menjadi orang nomor satu di negeri ini ... emoticon-Big Grin



....???
0
5K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan