Banyak dari kita mencemooh demonstrasi buruh yang meminta kenaikan upah, menyebut mereka pemalas, dengan seenaknya menyuruh orang berganti profesi menjadi pengusaha, entah apa yang diusahakan, asal bicara menghina profesi buruh.

Pemerintah juga cenderung memandang buruh itu sekelompok manusia mata duitan yang taunya meminta kenaikan gaji, walaupun setiap bulan menikmati pajak penghasilan yang mereka tarik sebelum si buruh menerima gajinya.

Perusahaan juga terkadang memandang buruh sekedar robot dan mesin tanpa akal dan perasaan dan kebutuhan hidup.

Walaupun demonstrasi adalah hal yang wajar dan justru menurut saya harus di akomodir dan perlu dijauhkan sikap - sikap represif, pembentukan opini yang merendahkan justru hanya akan mendatangkan bahaya laten bagi kelangsungan perusahaan.

Kita tahu buruh / pekerja adalah orang yang dibayar untuk melakukan sebuah pekerjaan tertentu dimana dia dituntut untuk bersikap "profesional" dalam arti mengerjakan tugasnya dengan baik dan juga komitmennya dalam menjalankan pekerjaan tersebut.

Namun profesionalisme itu bisa terganggu kalau timbal balik ke buruh / pekerja tidak sesuai dengan apa yang dia kerjakan, beberapa akan melakukan demonstrasi, beberapa akan melakukan mogok kerja, namun bila sikap represif dan memojokan terus dilakukan oleh pemerintah, media dan pengusaha mereka mungkin akan melakukan tindakan lain yang justru lebih berbahaya.

Berikut tebakan ane bila banyak buruh termakan hasutan menjadi pengusaha baik dari yang moderat sampai yang radikal :

1. Beberapa akan membuat usaha sampingan di rumah dan di tempat kerja, dan usaha ini tentu akan menguras waktu dan tenaganya, karenanya waktu dirumah yang seharusnya untuk istirahat dia gunakan untuk usaha, akibatnya dia kelelahan dan mencuri - curi istirahat saat kerja, ya walaupun pekerjaannya selesai tetapi ala kadarnya tentu merugikan perusahaan.

2. Karena usaha butuh modal dan peralatan tentu dia akan mengusahakan peralatan tersebut, nah bila peralatan itu mahal dan ternyata di perusahaan tempat dia bekerja memiliki peralatan itu, beberapa akan mencoba menggelapkannya, dari ATK sampai yang berharga mahal, dan ini tentu merugikan perusahaan.

3. Karena usaha perlu perhatian, maka waktu kerja dia akan terbagi antara usaha dengan kerja, dan semakin besar usahanya tentu perlu lebih banyak perhatiannya dan dia cenderung menomorduakan pekerjaanya dan cenderung acuh tidak acuh terhadap kerjanya lagi.

4. Beberapa perusahaan menyediakan fasilitas penunjang seperti kendaraan dan komputer, nah fasilitas ini justru digunakan untuk menunjang usaha dia bukan pekerjaannya lagi.

5. Selain itu usaha tentu butuh modal yang tidak sedikit dan mereka akan memanfaatkan status dia sebagai pekerja yang memiliki akses ke perusahaan untuk meraup uang sebanyak - banyaknya, mulai dari penggelapan aset perusahaan, pencurian aset perusahaan, penjualan data-data intelektual perusahaan kepada pesaing, manipulasi data perusahaan atas bayaran perusahaan pesaing.

6. Beberapa justru melakukan sabotase kepada alat produksi dan aset perusahaan atas dasar bayaran pihak pesaing, atau alasan balas dendam karena suaranya tidak di akomodir.

7. Beberapa pekerja berusia muda dan berpendidikan mungkin akan menghabiskan waktu kerja dengan sibuk mencari kerja di tempat lain ketimbang menyelesaikan pekerjaannya.

8. Beberapa mungkin nampak tetap rajin, loyal dan patuh, namun diam - diam dia sibuk melakukan riset dan mendirikan perusahaan baru yang menjadi pesaing perusahaan lama tempat dia bekerja.

9. Mayoritas karyawan menjadi acuh tidak acuh terhadap kondisi perusahaan apakah dalam kondisi baik atau tidak, mereka hanya tau absen, kerja seadanya lalu menunggu gaji, mereka tidak peduli inovasi atau improvement terhadap perusahaan, mereka sibuk mengimprove diri sendiri lalu siap - siap pergi ke perusahaan lain yang mau bayar lebih tinggi atau melanjutkan usaha masing - masing.

tentu point-point diatas hanya bisa dilakukan secara kolektif dan tersembunyi, mereka cenderung saling menutupi karena kesamaan nasib dan sikap-sikap itu bisa dilihat dari turunnya qualitas produksi, seringnya terjadi permasalahan di perusahaan itu baik peralatannya atau lain sebagainya sebelum masanya.

Perusahaan yang bingung mencoba menghukum pekerja yang ketahuan, namun itu hanya akan semakin memupuk kebencian dan memperkuat solidaritas pekerja mafia ini dan meluaskan pengaruhnya kepada yang lain.

Perusahaan lalu mencoba meningkatkan moral pekerja seperti ceramah atau acara kumpul bersama dan makan - makan, namun itu hanya bertahan paling selama seminggu / sebulan, lalu kembali ke kondisi asal.

Dan bisa dipastikan mereka tidak memiliki loyalitas sama sekali, mereka memandang perusahaan cuman seperti sapi perahan dan mereka juga merasa bahwa mereka juga menjadi sapi perahaan perusahaan, sifat itu mereka turunkan kepada karyawan baru melalui doktrinasi setiap hari.

Hal inilah yang perlu di pahami oleh perusahaan dan masyarakat dimana pekerja biarlah menjadi profesional di bidangnya, pebisnis menjadi pebisnis di bidangnya, mereka saling membutuhkan.

SEBUAH PERUSAHAAN BESAR ITU SEPERTI SEBUAH BANGUNAN MEWAH YANG MEGAH, DI PUNCAKNYA YANG TINGGI DAN MEGAH BERDIRILAH PEMILIK PERUSAHAAN YANG MENJADI PENGUSAHA, SEDANGKAN PARA PEKERJA ADALAH PONDASI DAN TIANG PENYANGGA BANGUNAN ITU, LALU APA YANG TERJADI KALAU PONDASI DAN TIANG PENYANGGA MENGHIANATI BANGUNAN DAN BERGESER, MAKA NISCAYA RUBUHLAH BANGUNAN ITU DAN JATUHLAH PUNCAKNYA KE TANAH YANG KOTOR

Perusahaan besar dan global sangat paham akan hal ini, dan mereka menikmati sepasukan profesional yang bekerja sepenuh hati dan penuh inovasi mengangkat mereka tinggi - tinggi dan menyaksikan batu - bata dan pondasi yang bagus merapat ke mereka dan perusahaan pesaing satu persatu jatuh ke tanah.


Karenanya banyak perusahaan besar berusaha memberikan timbal balik dan benefit yang baik, namun juga memberikan tanggung jawab yang lebih besar dan pressure kerja yang besar, juga kesempatan pekerjanya untuk mengembangkan diri dan karirnya di perusahaan itu.



Frequently statement :