Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

infonitascomAvatar border
TS
infonitascom
Jajang, Si Pilot Pesawat Tempur Asli Betawi


Betawi, suku bangsa asli di DKI Jakarta, punya pilot pesawat tempur. Namanya Letnan Kolonel Penerbang Jajang Setiawan, anak dari H. Salam Rusyen yang kelahiran Menceng, Cengkareng, Jakarta Barat dan ibu Hj. Tjitjih Sukaesih yang kelahiran Banten.

Jajang mulai 10 Oktober 2014 hingga saat ini menjabat sebagai Komandan Skuadron Udara 12 Pekanbaru, Riau. Sebelumnya, dia menjabat Kafaslat Lanud Roesmin Nurjadin.

Tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-40 pada tanggal 17 Maret 2015, dia meraih 2.000 jam terbang dengan pesawat tempur Hawk. Prestasi langka di Skuadron Udara 12 Pekanbaru.

Setelah lulus SMU pada tahun 1993, dia mendaftar untuk menjadi Taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) AU. Namun, saat itu dia gagal dalam sesi tes penerimaan.

Meski kurang didukung keluarga karena mereka berpikir masuk AKABRI itu hanya untuk anak pejabat, Jajang yang hanya anak pensiunan "tukang blanwir" (petugas pemadam kebakaran) golongan II A sambil bekerja menjadi sopir terus latihan guna mengikuti tes taruna pada tahun 1994.

Pada kesempatan kedua ini dia diterima menjadi taruna AKABRI Udara di Magelang. Ia lulus seleksi Jakarta peringkat 5 dan AKABRI Udara urutan 19. "Ane (saya) haru, anak 'tukang blanwir' bisa lolos AKABRI, yang lain babenya kebanyakan hebat-hebat," katanya.

Pendidikan di AKABRI dilalui Jajang dengan relatif cukup berat. "Tapi diajak 'enjoy'. Semua demi suatu tujuan untuk menjadi pemimpin di sektornya masing-masing sesuai dengan kejuruan. Sampe akhirnye ane lulus jadi perwira. Angkatan ane adalah angkatan yang terakhir dilantik oleh Presiden Soeharto sebelum beliau lengser," katanya.

Jadi Penerbang Jajang kemudian dianjurkan oleh komandannya untuk sekolah menjadi penerbang. Karena termotivasi, dia semangat untuk jadi penerbang. Berbarengan dengan persiapan tes sekolah penerbang (Sekbang), Jajang menyusun skripsi. "Alhamdulillah skripsi ane terbaik ke-2 di kelas AE (Aeronautika), dapet nilai A-," kata Jajang.

Ia "ngotot" agar bisa lolos seleksi. "Ahamdulillah ane lulus saat tes masuk sekbang. Dari 139 pendaftar, yang lulus tes 50 orang. Kemudian lanjut tes bakat terbang, ane yang terbaik. Dalam tes bakat terbang, alhamdulillah ane ujian akhir terbang, diuji sama Danlanud Adi Sutjipto. Ane lulus bro, dari 50 orang tersisa 35 orang masuk sekbang," kata Jajang.

Setelah lulus pada fase awal nilai terbang terbaik, dia lanjut ke fase latih dasar. Saat latih mula dia terbang menggunakan AS 202 Bravo buatan Swiss. Latih dasar dengan pesawat T-34 Charlie buatan AS. "Dengan Charlie, Alhamdulillah nilai ane juga masih nomor satu," kata Jajang yang lulus Sekbang 1999, tergabung dalam angkatan Sekbang LVII.

Lantaran hasil tes ini, teman-teman dan instruktur Jajang menganjurkannya untuk jadi penerbang tempur. Dia melanjutkan pendidikan di sekolah instruktur di Australia FIC (Flying Instructor Course). Setelah itu, ke Sekkau Angkatan LXXXI dan lulus pada tahun 2007 dan Sesko (ACSC) di Australia pada tahun 2012. Dia akhirnya bisa menyelesaikan pendidikan menjadi penerbang tempur pesawat Hawk dengan baik.

Pendaratan Darurat lika-liku karier sebagai penerbang tempur dilalui, sampai satu ketika ada peristiwa yang tidak akan bisa Jajang lupakan.

Ketika itu Jajang sedang melakukan latihan rutin bersama tiga pesawat tempur lainnya. Malang tak dapat ditolak, sistem hidrolik pesawat tempur Hawk itu mengalami masalah, roda tidak bisa keluar. Saat itu bahan bakar ada 2.100 liter.

Lalu, dia terbang selama dua jam di udara agar bahan bakar berkurang. Lantaran pendidikan yang diterimanya mengajarkan pendaratan darurat, dia ikuti prosedurnya.

"Bisa saja pesawat jatuh dan ane pakai kursi lontar. Akan tetapi, ane ikuti prosedur untuk turun dengan teknik yang lembut, ketika itu bahan bakar tersisa 150 liter. Alhamdulillah pesawat bisa selamat turun walau kecepatannya 280 km/jam. Ada gesekan ke aspal di Bandara Syarif Kasim, Pekanbaru, dan sempat mengeluarkan api di belakang pesawat karena gesekan badan pesawat dengan landasan aspal," kata Jajang seperti dikutip majalahbetawi.com.

Bahagiakan Orang Tua Kisah sukses Jajang menjadi "tukang pilot pesawat tempur" berawal dari cita-citanya yang kuat sejak duduk di bangku SMU 8 PGRI, Greenville, Jakarta Barat, tahun 1990--1993. Laki-laki kelahiran Grogol, Jakarta Barat, 17 Maret 1975 itu bercita-cita menjadi penerbang tempur sehabis nonton film Perwira Ksatria di Bioskop 21 Grogol.

Ketika SD sampai SMU kelas 1 tidak ada perestasi istimewa yang dia peroleh. "Belajar biasa saja, malah males pegang buku," kata pria yang mengaku pernah belajar seni pukul Betawi.

Titik awal kebangkitannya adalah ketika duduk di bangku SMU kelas 2. "'Ane pengen' bahagiakan orang tua, kasih bangga kepada mereka, kalau anaknya bisa berprestasi di sekolah," kata Jajang anak kedua dari empat bersaudara ini.

Tekape : http://www.infonitas.com/megapolitan...li-betawi/5601

Semoga di setiap daerah punya pilot pesawat tempur ya emoticon-Betty (S)emoticon-Betty (S) emoticon-Betty (S) emoticon-Betty (S) emoticon-Betty (S)
Diubah oleh infonitascom 02-05-2015 13:19
0
5.1K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan