mawar.mewangiAvatar border
TS
mawar.mewangi
{FULL MULUSTRASI.....] Kisah Pedih Tragedi Haji


Dua musibah beruntun menguncang kekhusyukan haji tahun ini. Semoga tidak terulang kembali.

Dream - Awan hitam tebal bergelayut di atas Masjidil Haram. Angin disertai hujan deras berhembus kencang. Menciptakan kabut pekat yang menghalangi pandangan mata. Cuaca Mekah tengah tak bersahabat.

Petang itu, 11 September 2015, suasana mencekam memang begitu terasa di sekitar Masjidil Haram. Asma Allah tak henti terucap dari mulut jemaah haji. Sebagian besar berteduh, berlindung di balik bangunan agar terhindar dari badai yang mengerikan.

Namun tak semuanya berlindung. Hujan dan badai tak meluluhkan niat jemaah beribadah. Ribuan pria-wanita berpakaian putih-putih terus mengitari Kabah. Khusyuk melakukan tawaf. Berputar tujuh kali mengelilingi Kabah sebagai bagian dari rukun haji.

"Krak," suara keras tiba-tiba menghentak di tengah gelap badai. Kumpulan manusia kocar-kacir. Berlarian mencari tempat berlidung. Teriakan histeris menambah suasana kian mencekam.

"Allahuakbar walillahihamdu," pekik seorang jemaah haji yang kebetulan tengah merekam. Berulang kali dia mengucapkan kalimat tersebut. Kameranya terus bergerak. Mencari tahu sumber suara itu. Teriakan masih belum berhenti bahkan semakin ramai.

Hingga kamera itu akhirnya merekam jasad jemaah bergelimpangan. Di luar areal Kabah, puluhan jasad tak bernyawa masih mengenakan pakaian ihram terkulai di lantai areal masjid. Mereka wafat saat beribadah.

Sore hari jelang magrib itu, Masjidil Haram dirundung pilu. Sebuah menara derek raksasa (crane) terjungkal. Menewaskan ratusan jemaah.

Seluruh dunia berduka. Tak hanya keluarga jemaah haji di tanah air, warga nonmuslim pun menyampaikan dukanya.

***

Kabar jatuhnya crane segera sampai ke kerabat Jemaah haji di Tanah Air. Perasaan campur aduk menyeruak keluarga korban. Bertanya-tanya, nasib keluarga mereka yang menjadi Tamu Allah.

Seorang jemaah haji Indonesia asal Lembang, Bandung, Iti Rasmi Damini, 55 tahun, adalah salah satu korban tewas musibah crane jatuh itu.

“Kejadian hari Jumat. Keesokan harinya, ada perwakilan dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) jam 06.00 WIB datang ke rumah, ketok-ketok pintu. Mereka ngasih tahu ibu sudah meninggal,” ujar Arbani Sadiq, anak Iti Rasmi.

Bersama ratusan jemaah haji lain, Iti kala itu tengah menjalankan salat Maghrib. Posisinya tepat segaris dengan posisi crane. Sehingga, ketika alat berat itu rubuh, lengan besinya tanpa ampun langsung menimpa jemaah hingga meninggal seketika.

Iti adalah satu dari 107 orang jemaah haji dunia yang wafat akibat musibah crane maut Masjidil Haram. Tujuh orang korban tewas di antaranya --termasuk Iti-- adalah jemaah haji asal Indonesia.

Pemerintah Saudi bergerak cepat. Mereka pun terhenyak dengan musibah itu. Rapat langsung dipimpin Raja Salman bin Abdul Aziz. Menyelidiki apa yang salah dalam peristiwa tersebut.

"Kami masih akan menyelidiki semua kemungkinan penyebab jatuhnya tiang penyangga itu. Hasil penyelidikan itu akan diumumkan kepada khalayak umum," kata Raja Salman kala itu.

Hanya sepekan, hasil investigasi muncul. Bin Ladin Group, perusahaan kontruksi yang menjalankan crane itu untuk pemugaran Masjidil Haram dan salah satu kontraktor kesayangan pemerintah Saudi, dituduh lalai. Membiarkan crane tetap berdiri di saat pelaksanaan haji sudah dimulai.

Vonis berat dijatuhkan. Konglomerasi konstruksi itu tak boleh mengikuti proyek baru pemerintah Saudi. Proyek yang dikerjakan pun dihentikan sementara. Ancaman pidana membayangi Bin Ladin Group.

Kepedihan jemaah seolah dirasakan Raja Salman yang baru saja naik tahta itu. Luka keluarga korban harus diobati. Kompensasi senilai 1 juta riyal atau Rp 3,8 miliar akan diberikan. Itu harga untuk satu korban meninggal insiden crane.

Kemurahan hati Raja Salman tak berhenti di situ. Raja Salman memerintahkan pemberian akses khusus kepada jemaah dan keluarganya yang menjadi korban tragedi tersebut.

"Bagi jemaah yang wafat, maka dua orang keluarganya akan diundang untuk berhaji sebagai tamu kehormatan pada musim haji 1437 Hijriyah," tulis pengumuman tersebut, dikutip Dream dari al-madina.com.sa.

Bagi jemaah luka, Raja Salman akan menjadikan mereka sebagai tamu kehormatan. Mereka diperbolehkan berhaji gratis baik tahun ini maupun tahun depan.

"Sementara bagi keluarga korban yang terluka, diberikan visa khusus agar dapat mengunjungi dan merawat mereka selama masa haji yang masih tersisa hingga dapat kembali ke negaranya," tulis pengumuman itu.

Bentuk tanggungjawab Raja itu terasa begitu murah hati. Namun kabar sumir datang. Uang miliarah rupiah itu tak jelas kabarnya. Kementerian Agama pun masih harus mencari tahu dan berkoordinasi menelusuri santunan itu.

"Yang kami tahu hanya, iya benar sumbangan itu ada. Tapi untuk lainnya, kami tidak mengerti sama sekali. Kami terus berusaha koordinasi tapi belum ada jawaban," ujar Kabid Humas Kemenag Rosidin Karidi Jumat, 25 September 2015.

***

Tigabelas hari berselang, kepedihan tragedi haji akibat musibah crane belum lagi berlalu. Malam menjelang Idul Adha, jutaan jemaah haji berduyun menuju Mina.

Puncak ibadah haji telah menyongsong. Sebuah padang sahara luas disulap menjadi tempat ribuan tenda putih. Menunggu para jemaah haji menginap. Di tenda itulah jemaah menjalani ritual mabit, bermalam di Mina.

Selama semalam, jutaan manusia berpakaian serba putih pun menjalani mabit dengan khusyuk. Semua berjalan normal. Hingga pagi menjelang. Idul Adha tiba. Kalender menunjuk tanggal 24 September 2015.

Ribuan jemaah sudah bersiap di jalan. Memenuhi jalur-jalur menuju satu lokasi yang sama. Mereka bersiap menjalankan ibadah jumrah, melempar batu ke sebuah tiang beton sebagai simbol perlawanan terhadap setan.

Kala itu pagi baru menyingsing. Waktu dhuha disebut paling sakral menjalankan ritual jumrah. Konon pada waktu itu seluruh doa umat akan didengar Allah.

Hingga sebuah kabar pilu kembali terdengar. Tragedi Mina kembali terjadi. Bukan di dalam terowongan seperti terjadi pada tahun 1990. Namun di jalan 204.

Ribuan jemaah terhimpit dari dua sisi. Tak ada jalan keluar. Desak-desakan manusia tak terhindari. Semua berebut menyelamatkan diri.

Di tengah terik panas hingga 43 derajat celcius, jalanan sempit, serta arus manusia dari dua arah, kepanikan perlahan-lahan melanda para jemaah. Mereka yang kuat bisa bertahan. Namun lebih banyak jemaah yang sudah lelah. Tak bisa melawan dorongan dan himpitan dari depan dan belakang.

Kekurangan oksigen serta kondisi tubuh yang turun drastis, satu per satu jemaah haji terkulai lemas. Ribuan orang tewas.

Ketika kabar musibah kedua ini sampai ke Indonesia, mata Deden terbelalak. Layar televisi terus dipandanginya. Tujuh orang dari keluarga besarnya tengah menjalani ibadah haji.

Seluruh anggota keluarga yang tinggal di Cikabuyutan Barat, RT 05/10 Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar itu dirundung cemas luar biasa.

Esok sorenya, kegelisahan itu terjawab sebagian. Meski pahit terdengar di telinga Dede. Dari Mekah, ia mendapatkan kabar anak dan mantunya menjadi korban tragedi Mina. Empat orang tewas dalam tragedi itu.

Bukan hanya Deden, keluarga dari 1.600 lebih jemaah haji di seluruh dunia pun dirundung sedih. Itulah data terakhir jumlah jemaah haji yang wafat dalam tragedi Mina. Mereka mati syahid. Wafat kala beribadah sebagai Tamu Allah.

Sampai 6 Oktober 2015, pemerintah memastikan sudah ada 103 jemaah haji Indonesia wafat akibat tragedi Mina. Puluhan orang lainnya belum jelas rimbanya.

Raja Saudi pun kembali turun tangan. Memerintahkan investigasi penyebab insiden tersebut. Bahkan dengan keras, Raja Salman meminta peninjauan ulang sistem haji yang selama ini berjalan.

Kabar miring pun sempat muncul. Rombongan keluarga kerajaan disebutkan menjadi pemicunya. Kedatangan mereka di Mina untuk melempar jumrah membuat satu akses jalan ditutup. Alhasil, arus massa yang terlanjur berjalan harus melalui arah lain. Sementara rombongan dari jalan lain tertahan. Terjadi penumpukan massa. Pecahlah tragedi.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pun mengaku mendengar keterangan korban asal Indonesia yang menyebut askar mengarahkan jemaah Indonesia ke jalan yang berbeda, Ini menurutnya harus ditelusuri.

“Jalur kita adalah yang lurus sesuai dengan peta dan warna hijau,” kata Lukman sembari berjanji akan mempertanyakan keputusan Askar tersebut.

Namun kabar adanya penutupan jalan karena ada keluarga korban keluarga yang beribadah langsung dibantah pihak kerajaan Saudi. Salah satunya adalah Menteri Kesehatan Khaled al-Falih.

Pejabat Saudi ini malah balik menuding kesalahan dipicu jemaah haji. Pihak Saudi menuding ada rombongan ingin melontar jumrah tidak sesuai jadwal mereka. "Jika jemaah mengikuti instruksi, tragedi ini tidak akan terjadi," ujar Khaled.

Media Saudi bahkan menuding rombongan tersebut merupakan jemaah haji asal Iran.

Hingga saat ini, tak jelas benar apa penyebab terjadi tabrakan ribuan manusia tersebut.

Tragedi beruntun musim haji tahun ini, juga takkan pernah dilupakan Iwan Yulistiawan, jurnalis televisi swasta nasional, RTV. Untuk pertama kali sepanjang hidupnya, Iwan berkesempatan pergi ke Tanah Suci. Bukan hanya berhaji, Iwan mengemban tugas meliput ibadah tahunan ini.

Iwan bersama rombongan jurnalis lainnya selamat dari insiden crane di Mekah dan tragedi Mina. Lewat penglihatannya, Iwan menyaksikan langsung suasana mencekam paska dua musibah beruntun yang terjadi di kota Suci tersebut.

Insiden crane dan tabrakan manusia di Mina akan selalu dikenangnya dengan sedih. "Semoga Allah SWT memberikan status syuhada buat mereka yang wafat saat hendak menunaikan jumrah," doa Irwan. (eh)

Laporan: Rohimat (Bandung) dan Maulana Kautsar (Jakarta)

sumber: http://www.dream.co.id/news/kisah-pe...5-1510075.html

Baca Juga:
1. Pupusnya Harapan Keluarga Korban Tragedi Mina
2. Duka Korban Robohnya Crane Masjidil Haram
3. 'Aku Melihat dari Dekat Tragedi Haji Tahun Ini'

turut berduka bagi korban tewas haji kita....harus diusut penyebabnya....
0
3.9K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan