mawar.mewangiAvatar border
TS
mawar.mewangi
{FULL MULUSTRASI.....] Gurihnya Bisnis Syariah di Tanah Air


Kue bisnis syariah kian mekar. Banyak yang sukses. Bacalah kisah orang-orang ini.

Dream - Dengarlah kata wanita separuh usia ini. “Saya tidak ingin hidup bergelimang dosa.” Setelah bertahun-tahun dikurung rasa bersalah, hari-hari belakangan beban maha berat itu terbang dari pundak. Sungguh lega. Nyaman. Plong. Nama lengkapnya Nina Ramadhaniah dan kita memulai tulisan ini dari kisah wanita berusia 44 tahun itu.

Seperti kebanyakan orang, Nina tentu saja ingin sukses dalam hidup. Nyaman di usia tua. Itu sebabnya dia mengendapkan uang hasil keringatnya di bank konvensional. Dengan imbal suku bunga yang menggiurkan, harapan akan masa depan yang nyaman itu sudah di pelupuk mata.

Tapi batinnya tak nyaman. Lantaran menabung di bank konvensional itu. Dia lalu memutuskan pindah ke Bank Syariah. Dan pilihannya jatuh kepada Bank Syariah Mandiri (BSM). Ini bank pemerintah yang cabangnya berdiri di banyak kota.

Nina tidak terlalu peduli soal untung. Besar atau kecil. Yang utama baginya adalah, “Saya kini bisa hidup dengan tenang." Dia tegas menolak bunga, keuntungan yang kerap kali disoalkan para pemilik tabungan itu. Sebab Nina amat meyakini, “Saya dapat untung yang justru membuat saya tak mendapatkan berkat Allah," ujarnya sebagaimana ditulis laman nation.com.pk.

Orang seperti Nina ini berjuta jumlahnya di negeri ini. Mereka memindahkan uangnya dari bank konvensional kepada bank syariah. Dan banyak pula para nasabah baru. Orang-orang seperti Nina dan para nasabah baru itulah yang membuat binis bank syariah kian menggeliat beberapa tahun terakhir. Dan bukan hanya di sektor keuangan. Sektor riil syariah juga sedang mekar. Dari travel hingga fashion.

Cobalah datang ke Mal Thamrin City, di dekat Pasar Grosir Tanah Abang. Sebuah pasar grosir terbesar di Asia. Di sana berdiri sejumlah toko yang menjual produk syariah. Salah satunya Yoga Hijab. Menjual pakaian muslimah. Ketika Amrikh Palupi dari Dream.co.id berkunjung ke situ pekan lalu, seorang pria tengah menunggu pelangan.

Nama pria ini Yoki Ferdian. Berusia 31 tahun dan dialah pemilik toko berukuran 10 x 2 meter itu. “ Di sini pusatnya kami, Yoga Hijab,” Yoki menjelaskan soal toko itu. Dan inilah hebatnya. Para karyawan yang bekerja di situ tidak hanya melayani pelanggan yang datang, tapi juga lihai memasarkan barang lewat media sosial. Bahkan ikut bekerja untuk website usaha ini.

Seperti halnya Nina, Yoki ini juga termasuk orang yang ganti haluan. Sebelum menjual hijab itu, dia lama menjadi penjual kain di kawasan Tanah Abang. Tahun 2012 dia mengambil keputusan penting. Nekat bisnis sendiri. Dengan modal kecil tapi semangat besar.

Dan keringat itu ada hasilnya. Selama tiga tahun ini dia merasakan denyut bisnis sendiri. Kadang untung besar. Kadang pula cuma satu dua lembar kain yang laku. Tapi setidaknya jutaan rupiah saban bulan masuk kantong. Bolehlah dibilang dia sudah sukses.

Yoki terjun ke bisnis hijab ini memang pada saat cuaca cerah. Beberapa tahun belakangan segmen ini tumbuh subur. Hanya dalam tiga tahun, dagangannya sudah laris di manca negara. Pria kelahiran Bukit Tinggi itu sudah jadi eksportir. Dagangannya laku di Malaysia, Brunei, Singgapura hingga negeri Kangguru, Australia.

***

Fakta bahwa belakangan ini begitu banyak warga Indonesia yang hijrah ke bisnis syariah memang menarik. Bukan hanya bank yang kedatangan nasabah baru, para pebisnis fashion dan travel juga kebanjiran konsumen baru. Pasar yang subur itu memunculkan para pebisnis baru. Terutama di sektor fashion seperti yang ditekuni Yoki itu.

Para pebisnis baru itu muncul dalam skala rumahan, hingga bisnis raksasa yang dikelola para profesional. Dan ini gejala umum. Bukan hanya di Indonesia. Bukan hanya di negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Sejumlah negara barat melihat segmen ini menggiurkan.

Beberapa lembaga internasional bahkan mengakui bahwa sistem keuangan syariah adalah alternatif masa depan dunia. Bank Dunia juga berjanji memberi bantuan. Berjanji membawa industri keuangan syariah ke kancah dunia. Agar bisa diterima para pebisnis dunia.

Tingginya minat sejumlah negara itu, memang tidak terlepas dari besarnya fulus yang beredar di segmen ini. Bacalah penelitian terbaru dari Dinar Standard dan Thompson Reuters. Berjudul State of Global Islamic Economy 2014-2015, lembaga itu menemukan bahwa aset keuangan syariah di seluruh dunia sangat besar. Jumlahnya US$ 1,66 triliun. Luar biasa raksasa bukan?

Lembaga itu juga menyebutkan bahwa potensi aset bisnis keuangan syariah di pasar inti seperti Malaysia dan negara Timur Tengah, ditaksir naik menjadi US$ 4,2 triliun pada 2014.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Bacalah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berikut ini. Aset perbankan syariah sudah mencapai Rp 248,1 triliun. Dan itu jumlah tahun 2013. Naik sekitar 24,2 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah sebesar itu sama dengan 4,61 persen dari total asset perbankan nasional. Masih kecil memang dari total kue perbankan nasional.

Tapi itulah kabar gembiranya. Ruang tumbuh terbuka lebar. Cobalah lihat negeri serumpun, Malaysia. Perbankan Syariah menguasai 20 persen dari total perbankan di sana. Kue sebesar negeri sepupu itu pasti mudah diciptakan di sini. Pasar kita lebih raksasa. Jumlah penduduk besar.

Subur di industri perbankan, mekar juga bisnis asuransi dan jasa pembiayaan syariah. OJK menyebut ada 99 lembaga Industri Keuangan Non Syariah (IKNB) di Tanah Air. Dana yang dikelola per Desember 2013 sudah mencapai Rp 41,71 triliun, naik 15,86 persen.

Kabar baik juga datang dari sektor riil. Bisnis-bisnis kreatif, seperti hijab, terus berbiak. Dinar Standard meneliti bisnis riil di Negara dengan mayoritas Muslim. Di sektor riil, begitu hasil penelitian kedua lembaga itu, ada enam bisnis yang tumbuh fantastis.

Bisnis fashion muslim adalah salah satu yang cukup mengguncang. Data tahun 2013 memperlihatkan nilai bisnis pakaian dan alas kaki muslim naik 11,9 persen menjadi US$ 266 miliar pada 2013. Empat tahun ke depan, bisnis ini bisa menghasilkan fulus hingga US$ 488 miliar.

Indonesia adalah pasar utama bisnis fesyen muslim dunia dengan nilai US$ 18,8 miliar. Di bawah Turki US$ 39,3 miliar dan Uni Emirat Arab US$ 22,5 miliar.

Satu yang jadi perhatian Dinar Standard adalah menggeliatnya bisnis e-commerce fesyen muslim. Di sini, penduduk dunia rela merogoh uang US$ 4,8 miliar selama tahun 2013.

Untuk bisnis makanan halal, tak kalah besarnya. Dengan pasar utama di Indonesia senilai US$ 109 miliar, bisnis makanan halal dunia pada 2013 mencapai US$ 1,29 triliun. Ditaksir akan naik menjadi US$ 2,54 triliun pada 2019.

Inilah pangsa makanan terbesar di bumi ini. Uang belanja di pasar negara muslim, ternyata jauh di atas China, Jepang, dan Amerika Serikat.

Tahun 2015 juga menandai era lahirnya bisnis travel baru di dunia. Selain haji dan umrah yang ditaksir bernilai US$ 16,2 miliar pada 2013, wisata syariah atau wisatahalal juga mulai mencari tempat di tengah persaingan bisnis wisata dunia.

Untuk urusan wisata halal, pengeluaran muslim dunia naik 7,7 persen menjadi US$ 140 miliar. Pasar utamanya masih dipegang Arab Saudi senilai US$ 17,8 miliar, Iran US$ 14, miliar, Uni Emirate Arab US$ 7,8 miliar, Qatar US$ 7,8 miliar, dan Kuwait US$ 7,7 miliar.

Indonesia rupanya tak mau ketinggalan dengan ceruk bisnis baru ini. Wisata syariah di Nusantara ini telah merogoh pengeluaran masyarakat lokal dan internasional hingga US$ 7,7 miliar. Menempatkannya sebagai pangsa pasar terbesar keenam di dunia.

Di dunia media dan rekreasi, dunia muslim juga memiliki ceruk bisnis yang tak kalah dahsyat. Ada dana US$ 185 miliar yang berputar dalam bisnis ini. Pasar utamanya berada di Turki, Indonesia, Amerika Serikat, Iran, dan Prancis.

Bisnis halal yang masih kecil nilainya adalah farmasi dan kecantikan. Dunia muslim yang menjaga ketat produk halal berkibar dengan nilai US$ 72 miliar. Dengan memasukan pasar kosmetik, bisnis kecantikan dan kesehatan muslim ini menguasai 2,1 persen pangsa pasar dunia.

Jadi bila ditotal, gaya hidup dan makanan muslim di dunia pada 2013 sudah meraup uang hingga menyentuh angka US$ 2 triliun. Tahun ini diperkirakan beranjak naik 9,5 persen. Dan empat tahun lagi menjadi US$ 3,7 triliun.

***

Kue bisnis yang terus mekar itu sungguh disadari oleh pemerintahan Jokowi. Mereka bahkan mengikrarkan Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia. Menandingi negeri serumpun, Malaysia. Mengapa pemerintah melirik segmen ini?

Dengarlah penjelasan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berikut ini. Prinsip keuangan Islam, katanya, sangat mendorong terciptanya keadilan dalam masyarakat. Mampu menciptakan stabilitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia, kata Bambang, “Tumbuh pesat selama tujuh tahun terakhir.”

Pengakuan itu juga datang dari para pebisnis. Ria Miranda, yang sudah lama malang melintang di bisnis fashion hijab, seperti tidak merasakan krisis ekonomi yang belakangan bikin cemas sejumlah pebisnis.

“Alhamdulillah, permintaan masih banyak. Hanya saja pembelian bahan baku sedikit mengalami perubahan, karena para pemasok menaikkan harga,” kata Ria. Desainer kondang yang baru melahirkan anak keduanya ini sangat yakin akan bisnis segmen islam ini.

Selain karena jumlah penduduk mulsim yang besar, orang-orang Indonesia juga sangat kreatif. Masyarakat Indonesia, katanya, sudah sangat kreatif menciptakan baju muslim, “Dan menawarkannya melalui beragam cara."

sumber: http://www.dream.co.id/news/gurihnya...h-150930n.html

Baca Juga:
1. Mereka yang Tersenyum Saat Bunga Bank Naik
2. Api Bisnis Fesyen Muslim Tak Pernah Padam
3. Kala Wisata Halal Jadi Buruan Turis Dunia

wah, ternyata ceruk bisnis syariah luas sekali ya gan..... salut...
0
17.1K
141
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan