- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Oh inilah perkiraan Gejolak Di Wilayah Asia Tenggara tahun 2005-2015


TS
lokii.dijee
Oh inilah perkiraan Gejolak Di Wilayah Asia Tenggara tahun 2005-2015
Quote:
Agan Pernah dengar Wikileaks?
Ini gan Bocoran tentang wilayah Asia Tenggara
Ini gan Bocoran tentang wilayah Asia Tenggara
Quote:
"Asia Tenggara tidak boleh dianggap remeh bagi kepentingan AS dalam waktu dekat. Pentingnya ekonomi tenggara Asia dapat dilihat sebagai "Titikchoke dunia . " Selat Malaka yang sempit adalah jalur air dunia kedua tersibuk setelah Selat Dover di Eropa. Setiap hari, seperempat perdagangan dunia, termasuk setengah dari semua pengiriman laut minyak menuju Asia Timur dan dua-pertiga dari pengiriman global alam cair gas, melewati selat ini. Ini saja membuat wilayah penting untuk semua negara Asia utama dan ekonomi dunia. Sayangnya, kawasan ini juga rumah untuk tren terorisme transnasional mengkhawatirkan."
kata diatas adalah kutipan dari bocoran perkiraan tentara Amrik terhadap Indo yang diterbitkan Wikileaks loh gan.
kata diatas adalah kutipan dari bocoran perkiraan tentara Amrik terhadap Indo yang diterbitkan Wikileaks loh gan.
Quote:
Sekilas Wikileaks
Profile WikiLeaks
WikiLeaks atau Wikileaks adalah media massa internasional yang mengungkapkan dokumen-dokumen rahasia negara dan perusahaan kepada publik melalui situs webnya. Organisasi ini bermarkas di Stockholm, Swedia. Situs WikiLeaks diluncurkan secara resmi pada Desember 2006 oleh disiden politik Cina, jurnalis, matematikawan, dan ahli teknologi dari Amerika Serikat, Taiwan, Eropa, Australia, dan Afrika Selatan. Para pendiri dan orang-orang yang tergabung dalam organisasi ini tidak pernah disebutkan namun artikel koran dan majalah The New Yorker mendeskripsikan Julian Asengas, seorang jurnalis dan aktivis internet Australia, sebagai direktur Wikileaks. Saat ini alamat situs telah dialihkan ke http://www.wikileaks.chdari situs aslinya http://www.wikileaks.org untuk alasan keamanan.
Pada Juli 2010, situs ini mengundang kontroversi karena pembocoran dokumen Perang Afganistan. Selanjutnya, pada Oktober 2010, hampir 400.000 dokumen Perang Irak dibocorkan oleh situs ini. Pada November 2010, WikiLeaks mulai merilis pembocoran kawat diplomatik Amerika Serikat.
Sejarah pendirian
Nama domain untuk WikiLeaks didaftarkan pada 4 Oktober 2006 namun situs webnya baru diluncurkan secara resmi pada Desember 2006. Dari beberapa orang yang ikut mendirikan WikiLeaks, hanya Julian Asengas yang diketahui identitasnya oleh publik. Asengas juga menjabat sebagai direktur dan anggota dari Dewan Penasehat WikiLeaks.Sebelum mendirikan WikiLeaks, Asengas yang berasal dari Australia merupakan seorang penerbit dan jurnalis.Julian Asengas dipilih untuk mewakilkan WikiLeaks di publik karena keadaan dirinya yang tidak memiliki rumah ataupun keluarga sehingga dianggap merupakan sosok yang tepat. Sementara itu, pendiri WikiLeaks yang lainnya memilih untuk tidak mengungkapan identitasnya karena dapat membahayakan keselamatan keluarga mereka.
Pada tahun pertamanya, situs WikiLeaks menerima sebanyak 1,2 juta dokumen dan kini menerima 10,000 dokumen setiap harinya. Pada awal pendiriannya, situs WikiLeaks menggunakan mesin MediaWiki yang digunakan juga pada situs Wikipedia. Hal ini memungkinkan siapa saja menaruh dokumen pada situs tersebut tetapi tanpa diketahui identitasnya. Dokumen pertama yang dibocorkan oleh WikiLeaks adalah sebuah keputusan oleh Uni Pengadilan IslamSomalia yang mengharuskan pengeksekusian beberapa pejabat negara.
Layanan Hosting
Pada awalnya, situs WikiLeaks menggunakan jasa layanan hosting yang disediakan oleh PRQ yang berbasis di Swedia. PRQ memberikan jasa hosting yang aman tanpa mempertanyakan atau menyimpan informasi mengenai kliennya. Setelah mendapatkanserangan DoS pada servernya, WikiLeaks pun beralih pada Amazon sebagai penyedia situs tersebut. Namun Amazon memutuskan untuk berhenti menjadi penyedia situs WikiLeaks pada 1 Desember 2010, tiga hari setelah situs tersebut menerbitkan kawat diplomatik Amerika Serikat. Pemberhentian ini dilakukan atas permintaan Joe Lieberman, ketua Komisi Keamanan Dalam Negeri dan Urusan Pemerintahan AS kepada Amazon. Lieberman pun menyarankan agar perusahaan ataupun organisasi lainnya mengikuti langkah Amazon yang memutuskan hubungan dengan WikiLeaks. Amazon menyatakan pemutusan hubungan tersebut dikarenakan WikiLeaks melanggar ketentuan pelayanan dari Amazon.
Kantor Utama
Markas utama WikiLeaks terletak di pusat data Pionen di Vita Bergen atau White Mountains di Stockholm, Swedia. Pionen dimiliki oleh Bahnhof, sebuah perusahaan Penyelenggara jasa Internetdari Swedia. Sebelum dibuka kembali dan digunakan oleh Bahnhof pada 2008, Pionen merupakanbunker untuk Perang Dunia II. Pada 1970an, bangunan tersebut merupakan tempat pengungsian yang akan dituju oleh pejabat pemerintahan Swedia apabila terjadi serangan bom hidrogen dari Soviet. Terletak 30 meter dibawah Taman Vita Berg, bangunan Pionen merupakan hasil karya arsitekSwedia Albert France-Lanord. Desain bangunan yang memiliki luas 1200 meter persegi tersebut terinspirasi dari film James Bond pada tahun 1960an. Negara Swedia dipilih sebagai lokasi dari markas WikiLeaks dikarenakan hukum negara tersebut yang mendukung kebebasan pendapat. Di Swedia, otoritas tidak dapat mempertanyakan sumber dari suatu cerita dan WikiLeaks maupun orang-orangnya tidak dapat diadili karena menyebarkan informasi yang sensitif.
Spoiler for intro:
Profile WikiLeaks
WikiLeaks atau Wikileaks adalah media massa internasional yang mengungkapkan dokumen-dokumen rahasia negara dan perusahaan kepada publik melalui situs webnya. Organisasi ini bermarkas di Stockholm, Swedia. Situs WikiLeaks diluncurkan secara resmi pada Desember 2006 oleh disiden politik Cina, jurnalis, matematikawan, dan ahli teknologi dari Amerika Serikat, Taiwan, Eropa, Australia, dan Afrika Selatan. Para pendiri dan orang-orang yang tergabung dalam organisasi ini tidak pernah disebutkan namun artikel koran dan majalah The New Yorker mendeskripsikan Julian Asengas, seorang jurnalis dan aktivis internet Australia, sebagai direktur Wikileaks. Saat ini alamat situs telah dialihkan ke http://www.wikileaks.chdari situs aslinya http://www.wikileaks.org untuk alasan keamanan.
Pada Juli 2010, situs ini mengundang kontroversi karena pembocoran dokumen Perang Afganistan. Selanjutnya, pada Oktober 2010, hampir 400.000 dokumen Perang Irak dibocorkan oleh situs ini. Pada November 2010, WikiLeaks mulai merilis pembocoran kawat diplomatik Amerika Serikat.
Sejarah pendirian
Nama domain untuk WikiLeaks didaftarkan pada 4 Oktober 2006 namun situs webnya baru diluncurkan secara resmi pada Desember 2006. Dari beberapa orang yang ikut mendirikan WikiLeaks, hanya Julian Asengas yang diketahui identitasnya oleh publik. Asengas juga menjabat sebagai direktur dan anggota dari Dewan Penasehat WikiLeaks.Sebelum mendirikan WikiLeaks, Asengas yang berasal dari Australia merupakan seorang penerbit dan jurnalis.Julian Asengas dipilih untuk mewakilkan WikiLeaks di publik karena keadaan dirinya yang tidak memiliki rumah ataupun keluarga sehingga dianggap merupakan sosok yang tepat. Sementara itu, pendiri WikiLeaks yang lainnya memilih untuk tidak mengungkapan identitasnya karena dapat membahayakan keselamatan keluarga mereka.
Pada tahun pertamanya, situs WikiLeaks menerima sebanyak 1,2 juta dokumen dan kini menerima 10,000 dokumen setiap harinya. Pada awal pendiriannya, situs WikiLeaks menggunakan mesin MediaWiki yang digunakan juga pada situs Wikipedia. Hal ini memungkinkan siapa saja menaruh dokumen pada situs tersebut tetapi tanpa diketahui identitasnya. Dokumen pertama yang dibocorkan oleh WikiLeaks adalah sebuah keputusan oleh Uni Pengadilan IslamSomalia yang mengharuskan pengeksekusian beberapa pejabat negara.
Layanan Hosting
Pada awalnya, situs WikiLeaks menggunakan jasa layanan hosting yang disediakan oleh PRQ yang berbasis di Swedia. PRQ memberikan jasa hosting yang aman tanpa mempertanyakan atau menyimpan informasi mengenai kliennya. Setelah mendapatkanserangan DoS pada servernya, WikiLeaks pun beralih pada Amazon sebagai penyedia situs tersebut. Namun Amazon memutuskan untuk berhenti menjadi penyedia situs WikiLeaks pada 1 Desember 2010, tiga hari setelah situs tersebut menerbitkan kawat diplomatik Amerika Serikat. Pemberhentian ini dilakukan atas permintaan Joe Lieberman, ketua Komisi Keamanan Dalam Negeri dan Urusan Pemerintahan AS kepada Amazon. Lieberman pun menyarankan agar perusahaan ataupun organisasi lainnya mengikuti langkah Amazon yang memutuskan hubungan dengan WikiLeaks. Amazon menyatakan pemutusan hubungan tersebut dikarenakan WikiLeaks melanggar ketentuan pelayanan dari Amazon.
Kantor Utama
Markas utama WikiLeaks terletak di pusat data Pionen di Vita Bergen atau White Mountains di Stockholm, Swedia. Pionen dimiliki oleh Bahnhof, sebuah perusahaan Penyelenggara jasa Internetdari Swedia. Sebelum dibuka kembali dan digunakan oleh Bahnhof pada 2008, Pionen merupakanbunker untuk Perang Dunia II. Pada 1970an, bangunan tersebut merupakan tempat pengungsian yang akan dituju oleh pejabat pemerintahan Swedia apabila terjadi serangan bom hidrogen dari Soviet. Terletak 30 meter dibawah Taman Vita Berg, bangunan Pionen merupakan hasil karya arsitekSwedia Albert France-Lanord. Desain bangunan yang memiliki luas 1200 meter persegi tersebut terinspirasi dari film James Bond pada tahun 1960an. Negara Swedia dipilih sebagai lokasi dari markas WikiLeaks dikarenakan hukum negara tersebut yang mendukung kebebasan pendapat. Di Swedia, otoritas tidak dapat mempertanyakan sumber dari suatu cerita dan WikiLeaks maupun orang-orangnya tidak dapat diadili karena menyebarkan informasi yang sensitif.
Bocoran ini ngasih gambaran mengenai perkiraan tentara Amrik terhadap kawasan Asia Tenggara
Quote:
Ane Comot dari Halaman 62 dokumen dari wikileaks yang berjudul:
Marine Corps Midrange Threat Estimate: 2005-2015
Marine Corps Midrange Threat Estimate: 2005-2015
Quote:
gambar dalam dokumen kaga boleh diperbanyak jadi ane copas tulisan aja tentang Asia Tenggara
Quote:
Southeast Asia
Southeast Asia should not be underestimated in U.S. interests in the near term. The economic importance of southeast Asia could be seen as the world’s “choke point.” The narrow Strait of Malacca is the world's
second-busiest waterway after the Strait of Dover innEurope. Every day, a quarter of world trade, including half of all sea shipments of oil bound for eastern Asia and two-thirds of global shipments of liquefied natural gas, passes through this strait. This alone makes the region vital to all of the major Asian economies and the world economy.
Unfortunately, the region is also home to a worrisome transnational terrorism trend.
The Muslim populations highlighted in the map “Muslim Populations in Southeast Asia” have significant extremist populations that have shown a willingness to target Western interests. In many respects, the extremist groups in this region have degraded borders to create an Islamic network that has challenged authorities confined to national borders. The region’s geography makes any sort of border control nearly impossible.
Across southeast Asia are thousands of remote islands and expanses of jungles ideal for extremist groups to hide and train. The population is also alienated by issues such as economic collapse (Indonesia), corruption, and minority discrimination (Thailand and the Philippines), making the population susceptible to extremism. National separatist movements and insurgent groups are already destabilizing certain regions.
Central to this network is the region’s international group Jemaah Islamiyah (JI). While experts believe it was not formally created until the early 1990s, JI began as an Islamist movement closely connected to a small number of Islamic extremist schools in Indonesia, most notably, a village in Central Java. Persecution in the 1970s and 1980s caused the leaders to relocate in neighboring Malaysia and Singapore. Abu Bakar Bashir and Abdullah Sungkar, JI leaders, were arrested and imprisoned in Indonesia as part of a krackdown on radical groups. Bashir fled to Malaysia in 1982. JI’s leadership trained in Afghanistan over a 10-year-period from 1985-1995 and this had a huge influence on shaping their world view.
Islamic fundamentalists from southern Thailand to the Philippines are increasingly active after decades of muted conflict. In Thailand's four southernmost provinces, where the population is predominantly Muslim, the younger generation of the 31-year-old Pattani United Liberation Organization (PULO) is becoming more inspired by Indonesian and Arab militants. Philippine Separatist Islamic groups have hosted terrortraining
camps for militant groups from Indonesia and Malaysia for at least 7 years. While reforms have progressed toward undercutting extremists, danger of instability persists.
China’s growing regional power is palpable. In the next 5-10 years, China will extend its regional economic and diplomatic influence. Most countries in southeast Asia see China not only an economic threat, but an economic opportunity. A recent Thai banking survey showed that 76 percent of respondents considered China to be Thailand’s closest friend; only 9 percent chose the United States. In Laos, Burma, and parts of Cambodia, businessmen are making China’s Renminbi yuan the region’s second reserve currency; the U.S. dollar is the primary currency. Implications of this new influence may have significant long-term effects.
Quote:
potensi:
■ Islamist membership surges due to a population
shock (economic collapse or natural disaster); and
■ Military or terrorist event in the Strait of Malacca.
■ Islamist membership surges due to a population
shock (economic collapse or natural disaster); and
■ Military or terrorist event in the Strait of Malacca.
Quote:
Jadi diatas menunjukkan bahwa mereka mencium bau-bau terorisme di Asia Tenggara nih Gan,
khususnya dari yg ekstrimis.
khususnya dari yg ekstrimis.
Quote:
artikel tentang Indonesia :
The archipelago of Indonesia does not lend itself to easy governance or security. The country stretches for
5,200 kilometers (3,200 miles) from west to east—further than from Los Angeles to New York, or from London
to Baghdad. The archipelago contains more than 17,500 islands. This makes border control next to impossible.
While the country is predominantly Muslim (the largest Islamic population in the world), Indonesia is home to myriad ethnic identities who speak
several different languages. Quality of life varies radically across the archipelago. Some provinces have
average incomes 12 times higher than others. Life expectancy can vary by 13 years from one island to the next. The population is transitioning to a democracy while it recovers from economic collapse. Over the past 6 years, Indonesia has undergone a remarkable transformation from near-dictatorship to democracy.
Despite this, Indonesians have little to show for it. Since the economic collapse in 1996 and the movement to democracy in 1998, Indonesia has
benefited from only half the growth rate it averaged under dictatorship. At the same time, the unemployment rate has nearly doubled. Economists estimate that another 30 percent of the workforce is underemployed. These figures are climbing steadily as some 2 million young Indonesians enter the job market yearly.
The newly emerging democracy has not yet thoroughly overcome the traditions of corruption and ineffectiveness.
This feeling that progress has stalled is leading many, once secular, young Indonesians to radicalize, and some liberal Muslims to turn orthodox.
Indonesia’s social environment is ripe for recruitment by non-state insurgent/terrorist groups who promise opportunities the state failed to deliver. Violent groups (such as separatists in Aceh and Jemaah Islamiyaah), use the population’s economic, political, and social frustrations to support their antigovernment agenda. If democracy fails, an ill-governed and impoverished Indonesia might inevitably export terrorism, piracy,
pollution, instability, and illegal immigrants to its neighbors. It would also disrupt shipping in the Strait of Malacca, a transit point for a quarter of the world's seaborne trade.
The archipelago of Indonesia does not lend itself to easy governance or security. The country stretches for
5,200 kilometers (3,200 miles) from west to east—further than from Los Angeles to New York, or from London
to Baghdad. The archipelago contains more than 17,500 islands. This makes border control next to impossible.
While the country is predominantly Muslim (the largest Islamic population in the world), Indonesia is home to myriad ethnic identities who speak
several different languages. Quality of life varies radically across the archipelago. Some provinces have
average incomes 12 times higher than others. Life expectancy can vary by 13 years from one island to the next. The population is transitioning to a democracy while it recovers from economic collapse. Over the past 6 years, Indonesia has undergone a remarkable transformation from near-dictatorship to democracy.
Despite this, Indonesians have little to show for it. Since the economic collapse in 1996 and the movement to democracy in 1998, Indonesia has
benefited from only half the growth rate it averaged under dictatorship. At the same time, the unemployment rate has nearly doubled. Economists estimate that another 30 percent of the workforce is underemployed. These figures are climbing steadily as some 2 million young Indonesians enter the job market yearly.
The newly emerging democracy has not yet thoroughly overcome the traditions of corruption and ineffectiveness.
This feeling that progress has stalled is leading many, once secular, young Indonesians to radicalize, and some liberal Muslims to turn orthodox.
Indonesia’s social environment is ripe for recruitment by non-state insurgent/terrorist groups who promise opportunities the state failed to deliver. Violent groups (such as separatists in Aceh and Jemaah Islamiyaah), use the population’s economic, political, and social frustrations to support their antigovernment agenda. If democracy fails, an ill-governed and impoverished Indonesia might inevitably export terrorism, piracy,
pollution, instability, and illegal immigrants to its neighbors. It would also disrupt shipping in the Strait of Malacca, a transit point for a quarter of the world's seaborne trade.
Quote:
jadi artikel diatas bercerita kalo di Indonesia,
angka pengangguran terus meningkat (lebih dari 30 % usia kerja)
pengawasan kurang karena negara kepulauan yang terpisah satu sama lain
banyak pula kesenjangan antar provinsi satu dengan yang lain,
ada kelompok2 yang dicurigai dapat memecah persatuan
selain itu masyarakatnya rentan dirangkul oleh ekstrimis
angka pengangguran terus meningkat (lebih dari 30 % usia kerja)
pengawasan kurang karena negara kepulauan yang terpisah satu sama lain
banyak pula kesenjangan antar provinsi satu dengan yang lain,
ada kelompok2 yang dicurigai dapat memecah persatuan
selain itu masyarakatnya rentan dirangkul oleh ekstrimis
Quote:
Demikianlah perkiraan US Marine tentang wilayah kita Indonesia pada tahun 2005-2015
memang sempat ada isu-isu negatif terorisme di Indonesia
namun tidak sampai menjadi kelompok besar yang mengganggu stabilitas perdamaian di Indonesia
dan kita lihat bahwa sekarang Indonesia masih tetap terjaga perdamaiannya hingga sekarang.
tentu saja berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan pergerakan terorisme di Indonesia
baik melalui memasukkan agen ke setiap pemerintahan dan daerah, penguatan pertahanan, memasukkan idelogi globalisasi, perubahan mindset serta mendiskreditkan pelaku terorisme
namun yang ane sayangkan usaha preventif ini sering kali membuat penanaman yang negatif di masyarakat mengenai ajaran tertentu suatu Agama
maka dari itu menurut ane perlu disosialisasikan pula kepada Masyarakat bahwa orang Islam yang menjalankan Sunnah ataupun berperilaku berbeda bukanlah suatu ciri teroris ataupun indikasi demikian namun yang berbahaya adalah tindakan pengancaman keselamatan orang lain.
hal ini perlu dilakukan sosialisasi yang sebaik baiknya
karena negara Indonesia 80% beragama Islam maka mestinya tidaklah aneh jika kebanyakan pendudukya (Muslim) menjalankan Sunnah yang menunjukkan ciri sebagai Muslim bukan teroris
memang sempat ada isu-isu negatif terorisme di Indonesia
namun tidak sampai menjadi kelompok besar yang mengganggu stabilitas perdamaian di Indonesia
dan kita lihat bahwa sekarang Indonesia masih tetap terjaga perdamaiannya hingga sekarang.
tentu saja berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan pergerakan terorisme di Indonesia
baik melalui memasukkan agen ke setiap pemerintahan dan daerah, penguatan pertahanan, memasukkan idelogi globalisasi, perubahan mindset serta mendiskreditkan pelaku terorisme
namun yang ane sayangkan usaha preventif ini sering kali membuat penanaman yang negatif di masyarakat mengenai ajaran tertentu suatu Agama
maka dari itu menurut ane perlu disosialisasikan pula kepada Masyarakat bahwa orang Islam yang menjalankan Sunnah ataupun berperilaku berbeda bukanlah suatu ciri teroris ataupun indikasi demikian namun yang berbahaya adalah tindakan pengancaman keselamatan orang lain.
hal ini perlu dilakukan sosialisasi yang sebaik baiknya
karena negara Indonesia 80% beragama Islam maka mestinya tidaklah aneh jika kebanyakan pendudukya (Muslim) menjalankan Sunnah yang menunjukkan ciri sebagai Muslim bukan teroris
Quote:
0
12.6K
Kutip
33
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan