nadJulAvatar border
TS
nadJul
PENGALAMAN BURUK TRAVEL KE PULAU PRAMUKA - WAJIB BACA, GAN!
Latar Belakang

Pada Jumat 17 Juli 2015, saya dan tiga orang teman memutuskan mau ke Pulau Seribu, dengan menggunakan jasa travel Tr*veller Indonesia website: www.tr*vellerindonesia.com karena teman saya pernah ada yang menggunakan jasa travel ini. Via telepon, Contact Person (CP)-nya bilang kalau Pulau Harapan sudah penuh kuotanya, dan disarankan untuk ke Pulau Pramuka. Karena menurut dia Pulau Pramuka masih bersih dan bagus, kami setuju dan transfer DP 50% yaitu sebesar Rp 375.000 untuk 3 hari 2 malam.

Sebenarnya kami bisa aja berangkat sendiri dan mengatur sendiri kegiatan selama di pulau, tapi karena pertimbangan tidak mau repot, akhirnya kami pilih pakai paket travel karena sudah include guide selama di pulau, makan 6x (tidak perlu pusing cari makan sendiri), snorkeling, tiket kapal PP, dan pastinya akomodasi. Dari penjelasan CP travel (inisialnya HP), akan ada CP yang standby di pelabuhan saat kami berangkat, dan ada CP yang tanggung jawab selama kami di pulau (inisial WI).
Berikut rincian pengalaman kami selama 3 hari tersebut:

Kronologi Hari 1:
1. H-1 kami diberitahukan HP kalau meeting point diubah menjadi pelabuhan Kali Adem (seharusnya di pelabuhan Muara Angke). Di sini sudah terjadi kebingungan kami yang pertama karena kami diberitahukan dalam kondisi waktu yang mepet.

Kami kira akan diarahkan oleh CP di pelabuhan, ternyata harus beli tiket sendiri karena tiket yang dibelikan oleh travel adalah tiket kapal dari pelabuhan Muara Angke. Setelah kami telepon, HP bilang kalau tiket akan dipotong dari sisa pembayaran. Selain itu, tidak ada pengarahan jelas di pelabuhan dari pihak travel, CP yang katanya standby di pelabuhan tidak muncul sama sekali sehingga kami harus mencari-cari sendiri kapalnya.


2. Setelah tiba di Pulau Pramuka, kami diantar ke homestay, bentuknya seperti kamar kos dengan WC dalam. Cukup bersih dan terawat, kami tidak ada keluhan jadi langsung ganti baju dan siap2 untuk snorkeling sesuai rundown. Kami lalu contact CP di pulau alias WI untuk konfirmasi kapan dapat makan siang sebelum berangkat snorkeling. WI bilang kalau makan siang akan diantar saat itu juga (sekitar jam 10.00), jadi kami tunggu saja di homestay supaya waktu makanan diantar kami ada di tempat. Kami sudah setengah jalan mengitari pulau akhirnya kembali lagi menunggu di pantai depan homestay. Ditunggu sampai jam 11.00 makanannya belum datang juga, teman saya yang sudah lapar akhirnya jalan-jalan sendiri cari indomie untuk ganjal perut, sementara saya juga akhirnya jadi enggan jalan-jalan karena takut makanan diantarkan saat kami sedang nggak di tempat.

Setelah ditelepon-telepon lagi, makanannya baru datang jam 12.00. Kami menunggu sekitar 2 jam untuk makan siang yang katanya bakal diantar tepat jam 10.00. Waktu makanannya datang, suhunya sudah dingin sehingga menurut saya nggak enak sekali untuk disantap orang yang sedang lapar. Rasa makanannya yang biasa saja masih bisa saya maklumi karena memang yang masak pasti bukan chef bintang lima atau semacamnya, tapi waktu tunggu yang kelewat lama dan keterpaksaan kami untuk bengong menunggu sampai nggak bisa kemana-mana itu yang saya keluhkan.


3. Saat kami sedang makan, dua orang suruhan WI datang menanyakan ukuran sepatu kami untuk snorkeling di hari kedua. Di sini kami kaget karena menurut rundown kami bakal snorkeling hari pertama. Kami langsung telepon HP untuk menanyakan kejelasan acara, sementara WI tidak bisa dihubungi. HP bilang dia koordinasikan kembali dengan WI. Nggak lama sesudahnya, WI datang dan menyarankan kami untuk snorkeling hari kedua saja karena bisa lebih puas dari pagi hingga sore. Biasanya yang langsung snorkeling di hari pertama adalah tamu yang nginap 2 hari 1 malam. Karena bujukan WI, kami setuju untuk snorkeling di hari kedua. WI juga bilang kalau homestay kami akan dipindah untuk hari kedua, dengan alasan yang tidak jelas. Kami sudah capek akhirnya kami iyakan saja dan kami jadi istirahat saja di kamar setelah makan siang.

Jam 13.00, pintu kamar homestay kami digedor oleh WI. Dia bilang kalau kata HP kami akan diberangkatkan snorkeling saat itu saja, padahal kami suda agree sebelumnya dengan WI bahwa kami akan snorkeling besoknya. Bisa dibayangkan betapa kesalnya kami saat itu, sedang tidur nyenyak lalu dibangunkan paksa untuk snorkeling. WI lagi-lagi menyarankan kalau lebih baik snorkeling di hari kedua dan dia yang akan bilang kepada HP. Kami setuju saja.


4. Jam 14.30 kami bangun dan memutuskan jalan-jalan sendiri di pulau, karena tidak ada instruksi dari WI akan ada acara apa pun lagi, hanya ada jadwal mengunjungi penangkaran penyu jam 16.00. Kami merasa aneh karena tidak ada guide yang mengawal kami untuk explore pulau, padahal sudah include guide dalam perjanjian kami dengan HP. Yang ada hanya WI yang lebih sering keliling-keliling dengan tamu lain sehingga kami dibiarkan begitu saja. Kami jalan-jalan dan di tengah jalan kami dihampiri mas-mas (inisial MS) yang mengaku guide pulau. Dia mengaku kenal dengan WI dan menawarkan mengantarkan kami ke pantai. Awalnya kami tolak, namun dia setengah memaksa dan mengekor saat kami jalan akhirnya kami biarkan saja. Kami pikir, mumpung nggak ada guide dari travel ya lumayan juga kami diantar keliling-keliling. Kami berempat berencana mau memberi MS tips sebesar 50ribu.

Sesampainya di pantai kami main air dan berjemur, sementara MS duduk di dekat kami seperti menjagai. Jam 16.00 kami sudah siap-siap jalan ke penangkaran penyu sesuai jadwal WI. Di tengah jalan, MS tiba-tiba menagih fee dia mengantar kami ke pantai sebesar Rp 100.000 per orang! Jelas kami enggan bayar, dan MS mengancam membawa kami ke “kantor” padahal nggak jelas kantor apa yang dimaksud. Dia bilang biasanya orang yang dia antar bayar 100 sampai 150 ribu per orang. Kami langsung telepon WI untuk minta penjelasan, dan dia minta bicara langsung dengan MS. MS sempat menyebut-nyebut kalau kami diving ditemani oleh dia padahal kami cuma main-main air di pantai. Akhirnya WI datang dan debat dengan MS, sementara kami nonton saja. Di sini kelihatan kalau MS takut karena dimarah-marahi oleh WI, akhirnya dia minta kami bayar seadanya saja. Kami kasih dia 50ribu akhirnya.

Setelah MS pergi, WI bilang kalau MS memang sering bermodus jadi guide lalu memeras turis, dan juga kalau MS suka mengincar hp dan barang berharga turis! Di sini kami emang salah karena mengiyakan saja ditemani oleh MS, tapi di sisi lain karena kami tidak ada guide yang standby jadilah kami bisa nyaris kena tipu. Sisi keamanan dan kenyamanan kami sebagai turis saya nilai sangat buruk, karena orang-orang seperti MS ini bisa berkeliaran dan membahayakan para turis.

Lalu kami lanjut ke penangkaran penyu, yang ternyata cuma beberapa ember dan bak mandi berisi penyu. Nyaris tidak ada aktivitas, dan kami cuma menghabiskan waktu sekitar 20 menit di sana. Padahal di rundown acara, cukup lama alokasi waktu di penangkaran penyu sampai hampir 2 jam.

5. Puncaknya, ada acara barbeque jam 20.00 padahal di rundown tertulis bahwa barbeque jatuh di hari kedua. Jam 19.00, kami dikasih makan terlebih dahulu. Kami sudah senang karena makanannya tidak terlambat datang lagi dan kami tidak perlu tunggu terlalu lama untuk makan sampai waktunya barbeque. Ternyata, tetap saja ada masalah. Kami sudah duduk di tempat BBQ dari jam 20.00 lebih duluan dari grup rombongan lain. Ditunggu-tunggu, sampai jam 23.00 kami baru kebagian BBQ sementara grup lain yang datang belakangan malah sudah kebagian makan duluan. Di titik ini, kami sudah telepon ke HP untuk komplain terus sementara WI seperti biasanya tidak bisa dihubungi karena sepertinya sudah tidur. Usut punya usut, orang yang membakar BBQ nya dadakan disuruh bertugas. Seharusnya guide masing-masing grup yang in charge atas BBQ sementara kami tidak ada guide sehingga terbengkalai sampai jam 23.00.

Malam itu, karena banyak masalah dari sejak sampai di pulau, kami sudah mempertimbangkan pulang besok paginya. Tapi karena HP bilang akan dikoordinasikan dengan WI, kami memutuskan untuk coba lihat dulu bagaimana situasi di lapangan pada hari kedua. Kami juga belum snorkeling sehingga sia-sia kalau langsung pulang. HP minta maaf kepada kami, dan kelihatan kalau WI sebenarnya sudah kebanyakan tamu sehingga tidak bisa handle kami lagi tapi masih dipaksakan. Pihak Travel di Jakarta juga seperti tidak berdaya karena cuma bisa control lewat telepon. Alasan yang diberikan adalah karena kami book di saat-saat terakhir, pengaturan akomodasi dan lainnya jadi tidak sempurna. Menurut saya alasan ini tidak bisa ditolerir, daripada memaksakan tamu datang ke pulau lalu memberi service yang ala kadarnya lebih baik pihak Travel menolak saja untuk memberangkatkan kami.

Kronologi Hari 2:
1. Pagi jam 07.00 kami dibangunkan oleh WI dengan tujuan dijemput snorkeling dan juga pindah homestay. Dia mengiming-imingi bahwa homestay yang satu lagi lebih bagus, ada 2 kamar dan lebih dekat ke dermaga. Faktanya homestay yang baru tidak lebih bagus, malahan AC nya kurang dingin dan toiletnya bermasalah (air susah keluar, pintunya tidak ada kunci, ada kecoa, dst.), tapi karena kami sudah terlanjur membawa barang-barang, akhirnya kami sudah malas pindah lagi ke tempat semula. W tidak menyinggung sama sekali soal BBQ kemarin malamnya yang kacau, kami juga tidak menyebut-nyebut karena sudah jengkel.

2. Snorkeling tidak ada masalah berarti, untungnya guidenya sangat helpful dan baik, kami juga cuma berempat snorkelingnya tidak digabungkan dengan rombongan lain (mungkin karena kami sudah terlalu sering complain). Cuma satu yang saya kecewa, yaitu foto underwater yang katanya dibonuskan untuk kami, kamera yang disediakan adalah digicam biasa yang dimasukkan ke dalam waterproof box sehingga hasil fotonya jelek sekali, cuma satu dua foto yang bagus. Sisanya blur atau kacau berantakan karena setelah mengambil foto kami tidak bisa lihat hasilnya di tempat (tombol di kamera cuma bisa untuk menyalakan kamera dan mengambil foto).

3. Makan siang dan makan malam sangat-sangat-sangat mengecewakan. Makan siangnya berupa ikan goreng yang sangat bau amis yang saya curiga sudah basi tapi masih dihidangkan. Kami akhirnya tidak makan ikannya dan malah makan popmie, sementara ikannya kami buang. Alhasil homestay kami dikerumuni lalat karena ikannya yang tidak fresh. Saat makan malam, lagi-lagi kami harus menunggu sampai jam 21.00 sampai makanan diantarkan. Karena sudah biasa akan kebiasaan telat makan ini, kami lagi-lagi makan popmie dan snack dulu. Hebatnya, makanan yang diantar cuma nasi, ikan asin, dan telur dadar saja. Saya curiga mereka lupa masak makan malam untuk kami dan akhirnya cuma masak seadanya saja, buktinya makanannya masih panas, telurnya masih hangat seperti baru digoreng. Di titik ini kami sudah sampai pasrah, sudah lelah complain terus.

Kronologi Hari 3:
1. Jam 06.45, lagi-lagi kami dibangunkan mendadak. Guide bawahan WI datang dan langsung bilang bahwa kapal pulang ke Jakarta sudah di dermaga dan akan berangkat jam 07.30. Bagai disambar petir kami langsung buru-buru sarapan seadanya (untungnya sarapan diantar tepat waktu) dan berangkat ke dermaga tanpa sempat mandi lagi.

Sampai di dermaga, tampak kapal penumpang yang sudah berjubel-jubel, dan juga masih banyak turis lain yang ngantri di dermaga. Guide yang mengantar kami seperti memburu-buru kami untuk masuk kapal dan mencoba meyakinkan kami bahwa kapal masih muat untuk kami tumpangi. Dia juga bilang kalau tidak ada kapal lain lagi yang akan ke Muara Angke. Untungnya ada ibu-ibu yang bilang kalau ada kapal berikutnya ke Jakarta yang lagi isi bahan bakar, dan memang benar beberapa saat kemudian ada kapal kosong menuju ke arah Pulau Pramuka. Guide yang memburu-buru kami buat naik kapal, juga pakai bohong kalau nggak ada kapal lain yang menuju Jakarta, dan menagih pelunasan tanpa ada WI di pinggir dermaga benar-benar jadi kesan penutup yang sangat manis.

2. Tadinya kami sudah setuju untuk nggak mau melakukan pelunasan di pulau, tapi karena sudah buru-buru diantar ke kapal dan nggak bertemu muka dengan WI, akhirnya kami terpaksa melunasi pembayaran di sana ke guide tersebut. Hal ini sangat saya sesali karena sebenarnya Rp 750rb per orang untuk aktivitas yang saya ceritakan di atas itu sama sekali tidak sepadan. Dari segi akomodasi, makanan, acara, bahkan sampai transport di hari ketiga benar-benar mengecewakan. Tujuan awal ikut paket tur ke Pulau Seribu supaya praktis ternyata malah sangat jauh dari harapan kami. Bukannya rileks di kala liburan, tiap hari kami teriak-teriak tarik urat di sana.


Kesimpulan

Yang saya amati, nasib turis ada di tangan oknum guide di pulau. Kalau guide di pulau sudah kebanjiran tamu, pasti ada saja kasus seperti kami yang dibiarkan begitu saja. Sementara travel di Jakarta seperti Tr*veller Indonesia yang menjual paket liburan ke turis aman-aman saja di Jakarta dan tanpa effort mengkontrol jalannya acara dan kualitas pelayanan yang diterima turis seperti kami.

Jujur saya nggak tau letak kesalahan di sisi travel (HP)atau guide pulau (WI) dan saya terus terang nggak mau tau, karena seharusnya mereka bekerja sama untuk membuat trip saya dan teman-teman di Pulau Pramuka mudah dan nyaman. Nyatanya saya di sana sama sekali jauh dari kata nyaman dan aman. Jelas ini bukan apa yang saya harapkan dari agensi travel yang sudah cukup bergengsi.

HP sempat berdalih kalau rundown acara memang mungkin berubah, tapi menurut saya perubahan rundown yang dilakukan di pulau benar-benar tidak bisa diprediksi dan merugikan kami contohnya jadwal snorkeling yang tidak jelas, barbeque yang tidak karuan, dan jadwal makan yang mundur tanpa kira-kira. Lebih mirip seperti acara dadakan saja, tidak ada rundown yang harus ditaati oleh pihak travel.

Tujuan saya ngepost pengalaman liburan saya ini bukan untuk menjelek-jelekkan pihak tertentu, tapi untuk membagi pengalaman kepada travelers lain untuk berhati-hati saat liburan ke Pulau Seribu, karena saya sudah trauma untuk ambil paket liburan seperti ini lagi. Mohon pihak travel dan guide pulau berbenah diri dan memperbaiki kualitas pelayanan, karena saya ragu ada orang yang sudah merasakan pengalaman seperti saya dan masih ingin balik ke pulau dengan jasa travel yang sama, dan saya juga nggak segan membagi pengalaman saya kepada siapa saja. Pemandangan pantai seindah apa pun tidak bisa mengkompensasi buruknya kualitas jasa yang saya dan teman- terima. emoticon-Mewek


emoticon-Mewek
Diubah oleh nadJul 27-07-2015 08:12
0
20.4K
94
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan