- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Potret Kehidupan Anak Silem Di Pelabuhan Merak, Banten
TS
smartkiller
Potret Kehidupan Anak Silem Di Pelabuhan Merak, Banten
Quote:
Quote:
Quote:
Pengertian Anak SILEM
Quote:
Koin adalah sumber kehidupan bagi anak-anak di Pelabuhan Merak, Banten. Tak peduli bahaya mengancam yang penting rasa lapar terobati. Itulah nasib anak-anak di Dermaga 1 dan 2 Pelabuhan Merak. Keberadaan “anak koin” atau dikenal dengan istilah “silem” di Pelabuhan Merak telah ada sejak puluhan tahun lalu. Saat ini, aksi silem sudah dianggap sebagai salah satu pekerjaan alternatif bagi warga sekitar pelabuhan.Pemandangan bocah bertelanjang dada sudah menjadi hal rutin bagi para pengguna kapal feri di Pelabuhan Merak. Sejak siang hari mereka sudah mulai melakukan aktivitas mencari koin. Dengan sigap mereka memburu berkah di air laut yang sudah tercemar berbagai macam pencemar
Quote:
Potret Kehidupan
Quote:
Kisah Pertama
Quote:
Saat Tengah Terik Matahari sedang menyengat, tampak empat orang anak kecil yang rata-rata berusia di bawah 15 tahun tengah asik menyantap makanan nasi bungkus. Ketika ditanya sedang apa? Mereka kompak menjawab, “lagi istirahat”. Meski secara fisik terkesan kasar dan tidak terawat, tapi secara tutur kata ketika ditemui sangat sopan. “Kami lagi istirahat Om, sambil tunggu kapal berangkat,” ujar salah seorang anak yang akrab disapa Bocil.
Bocah cilik berusia 13 tahun itu menjadi pencari koin yang dilemparkan para penumpang ro-ro di penyebarangan. Uang yang dilempar akan cepat ditangkap dengan cara menyelam tanpa alat bantu. “Ini pekerjaan saya setiap hari selepas pulang sekolah, untuk jajan dan biaya sekolah sendiri,” ungkapnya.Penghasilan yang didapat tidak menentu. Untuk hari biasa, paling banyak hanya mengantongi Rp30 ribu. “Pernah dapat 50 ribu Om. Tapi, itu hanya Lebaran. Hari-hari biasa sepi, sekarang aja baru dapat empat ribu rupiah,” bebernya.
Meski terbilang pintar berenang, namun risiko tetap menghantui mereka. Tidak sedikit teman-temannya yang tewas mengenaskan, ada yang terbentur kapal, ada juga yang terkena baling-baling kapal. “Banyak Om yang meninggal. Kemarin juga ada teman kita meninggal kesedot baling-baling kapal,” bebernya.
Di sisi lain, Mario Sardadi, juru bicara ASDP Merak, mengatakan keberadaan silem sebenarnya mengganggu aktivitas pelayaran di pelabuhan. Apalagi aksi yang dilakukan berpotensi menimbulkan kecelakaan. “Kami selalu melarang mereka mengambil koin di dermaga. Tapi, mereka selalu bisa masuk dengan berenang melalui perairan di luar pelabuhan,” jelasnya. Mario menegaskan pihaknya bahkan telah bekerjasama dengan kepolisian untuk menangkap dan menghukum pengambil koin di dermaga. “Sudah ada yang ditangkap dan dikurung polisi, tetapi tetap saja mereka ada,” bebernya
Bocah cilik berusia 13 tahun itu menjadi pencari koin yang dilemparkan para penumpang ro-ro di penyebarangan. Uang yang dilempar akan cepat ditangkap dengan cara menyelam tanpa alat bantu. “Ini pekerjaan saya setiap hari selepas pulang sekolah, untuk jajan dan biaya sekolah sendiri,” ungkapnya.Penghasilan yang didapat tidak menentu. Untuk hari biasa, paling banyak hanya mengantongi Rp30 ribu. “Pernah dapat 50 ribu Om. Tapi, itu hanya Lebaran. Hari-hari biasa sepi, sekarang aja baru dapat empat ribu rupiah,” bebernya.
Meski terbilang pintar berenang, namun risiko tetap menghantui mereka. Tidak sedikit teman-temannya yang tewas mengenaskan, ada yang terbentur kapal, ada juga yang terkena baling-baling kapal. “Banyak Om yang meninggal. Kemarin juga ada teman kita meninggal kesedot baling-baling kapal,” bebernya.
Di sisi lain, Mario Sardadi, juru bicara ASDP Merak, mengatakan keberadaan silem sebenarnya mengganggu aktivitas pelayaran di pelabuhan. Apalagi aksi yang dilakukan berpotensi menimbulkan kecelakaan. “Kami selalu melarang mereka mengambil koin di dermaga. Tapi, mereka selalu bisa masuk dengan berenang melalui perairan di luar pelabuhan,” jelasnya. Mario menegaskan pihaknya bahkan telah bekerjasama dengan kepolisian untuk menangkap dan menghukum pengambil koin di dermaga. “Sudah ada yang ditangkap dan dikurung polisi, tetapi tetap saja mereka ada,” bebernya
Quote:
Kisah Kedua
Quote:
Saat itu terlihat ramainya aktivitas para silem berburu koin. Penumpang kapal dengan sengaja melempar koin ke laut. Dengan sigap, anak silem menceburkan diri ke laut untuk mengambil koin tersebut.Dari sekian banyak anak silem yang terlihat di Pelabuhan Merak, ada anak perempuan bernama Lintang Yulianti. Lintang mengaku bahwa dia satu-satunya perempuan yang menjadi silem di sana.
"Pertama kali nyebur ke laut, nyilem rasanya deg-degan, takut. Apalagi lihat orang-orang lompat dari atas kapal. Waktu belajar lompat, sakit pantatnya," kata Lintang, yang baru mulai nyilem pada September 2014.Sebelum menjadi silem, Lintang pernah menjadi pengamen. Saat ini selain menjadi silem, ia juga menjadi penyanyi. Bagi Lintang, semua pekerjaan yang dilakoninya sama saja, banyak kesulitannya.
"Susahnya ngamen, dikejar-kejar sama security. Sama aja kayak nyilem. Kalau nyilem susahnya napas, dingin, panas, ya capek. Kalau nyanyi ya susahnya itu, setoran," ucapnya.Anak perempuan yang pernah bercita-cita jadi tentara dan guru ini seolah tak punya pilihan lain selain menjadi silem. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang membuatnya mencasilri penghasilan sendiri.
"Pengin kerja sendiri, enggak mau minta sama orangtua, enggak mau nyusahin," ungkapnya.
"Alhamdulilah dari dia pertama kali nyilem, saya belum pernah beliin dia baju. Dia yang beli sendiri. Kalau ada, dia yang kasih ke orang tua. Sebenarnya masih mending nyilem. Yang namanya kapal, lagi rame ya rame. Uangnya sama aja recehan. Namanya juga nyawer," tambah ibunya.
"Pertama kali nyebur ke laut, nyilem rasanya deg-degan, takut. Apalagi lihat orang-orang lompat dari atas kapal. Waktu belajar lompat, sakit pantatnya," kata Lintang, yang baru mulai nyilem pada September 2014.Sebelum menjadi silem, Lintang pernah menjadi pengamen. Saat ini selain menjadi silem, ia juga menjadi penyanyi. Bagi Lintang, semua pekerjaan yang dilakoninya sama saja, banyak kesulitannya.
"Susahnya ngamen, dikejar-kejar sama security. Sama aja kayak nyilem. Kalau nyilem susahnya napas, dingin, panas, ya capek. Kalau nyanyi ya susahnya itu, setoran," ucapnya.Anak perempuan yang pernah bercita-cita jadi tentara dan guru ini seolah tak punya pilihan lain selain menjadi silem. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang membuatnya mencasilri penghasilan sendiri.
"Pengin kerja sendiri, enggak mau minta sama orangtua, enggak mau nyusahin," ungkapnya.
"Alhamdulilah dari dia pertama kali nyilem, saya belum pernah beliin dia baju. Dia yang beli sendiri. Kalau ada, dia yang kasih ke orang tua. Sebenarnya masih mending nyilem. Yang namanya kapal, lagi rame ya rame. Uangnya sama aja recehan. Namanya juga nyawer," tambah ibunya.
Quote:
Kisah Ketiga
Quote:
Pemandangan bocah bertelanjang dada sudah menjadi hal rutin bagi para pengguna kapal feri di Pelabuhan Merak, Banten. Bocah-bocah itu diberi julukan Silem, alias anak pemburu koin.Sejak siang hari mereka sudah mulai melakukan aktivitasnya menjadi Silem. Dengan sigap mereka memburu berkah di air laut yang sudah tercemar oleh berbagai kotoran itu.
Azis (17), telah menjadi Silem sejak duduk di bangku SMP kelas 1. Mulanya Azis hanya iseng berenang di laut, namun karena terbiasa mendapatkan uang dari profesi itu, dia pun akhirnya hingga kini masih menekuni profesi sebagai Silem.Pendapatan Azis terbilang lumayan. Selain untuk jajan sehari-hari, uangnya hasil Silem ia gunakan untuk biaya sekolah.
"Mulanya berenang biasa, karena sering dapat duit mulai dari Rp 1000 sampai Rp 2000, terus ketagihan sampai sekarang," kata Azis , di Pelabuhan Merak, Banten, Kamis.
Senada dengan Aziz, Dicky (16) sudah menjadi Silem sejak duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Dalam satu hari, ia mampu memperoleh uang sebesar Rp 40 ribu. Jelang Lebaran, ketika pemudik ramai memadati pelabuhan, ia bisa memperoleh sebesar Rp 80 ribu perhari. "Pas H-7 mulai lumayan pendapatan, Rp 70 ribu. Kalau hari biasa Rp 40 ribu," tutur Dicky.
Para pemburu koin itu kerap diusir oleh petugas keamanan saat berada di kapal. Agus (17) misalnya. Dia pernah diusir petugas lantaran akan beraksi sebagai Silem.Tidak segan petugas keamanan itu langsung menyuruhnya loncat dari atas kapal ke dalam laut. "Banyak keamanan yang enggak suka. Terkadang kalau ketemu suka langsung diusir dan disuruh lompat ke air, enggak tahu kenapa," kata dia.
Namun demikian, dia dan teman-temannya tak pernah patah arang. Berbekal niat mencari uang dan memberi hiburan kepada para pengguna kapal, mereka terus menjalankan aksinya.Menjelang matahari terbenam, satu persatu dari mereka mulai pergi meninggalkan pelabuhan untuk pulang ke rumah dan mulai datang kembali pukul 05.00 WIB pagi
Azis (17), telah menjadi Silem sejak duduk di bangku SMP kelas 1. Mulanya Azis hanya iseng berenang di laut, namun karena terbiasa mendapatkan uang dari profesi itu, dia pun akhirnya hingga kini masih menekuni profesi sebagai Silem.Pendapatan Azis terbilang lumayan. Selain untuk jajan sehari-hari, uangnya hasil Silem ia gunakan untuk biaya sekolah.
"Mulanya berenang biasa, karena sering dapat duit mulai dari Rp 1000 sampai Rp 2000, terus ketagihan sampai sekarang," kata Azis , di Pelabuhan Merak, Banten, Kamis.
Senada dengan Aziz, Dicky (16) sudah menjadi Silem sejak duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Dalam satu hari, ia mampu memperoleh uang sebesar Rp 40 ribu. Jelang Lebaran, ketika pemudik ramai memadati pelabuhan, ia bisa memperoleh sebesar Rp 80 ribu perhari. "Pas H-7 mulai lumayan pendapatan, Rp 70 ribu. Kalau hari biasa Rp 40 ribu," tutur Dicky.
Para pemburu koin itu kerap diusir oleh petugas keamanan saat berada di kapal. Agus (17) misalnya. Dia pernah diusir petugas lantaran akan beraksi sebagai Silem.Tidak segan petugas keamanan itu langsung menyuruhnya loncat dari atas kapal ke dalam laut. "Banyak keamanan yang enggak suka. Terkadang kalau ketemu suka langsung diusir dan disuruh lompat ke air, enggak tahu kenapa," kata dia.
Namun demikian, dia dan teman-temannya tak pernah patah arang. Berbekal niat mencari uang dan memberi hiburan kepada para pengguna kapal, mereka terus menjalankan aksinya.Menjelang matahari terbenam, satu persatu dari mereka mulai pergi meninggalkan pelabuhan untuk pulang ke rumah dan mulai datang kembali pukul 05.00 WIB pagi
Quote:
Aksi Para Anak Silem ketika mengambil Koin
Quote:
Quote:
Itulah Kehidupan mereka, mempertaruhkan nyawa untuk menghibur para penumpang kapal demi mencari sesuap nasi dan melanjutkan sekolah
Quote:
JANGAN LUPA RATE 5, CENDOL SAMA KOMENTNYA GAN
Quote:
0
9.1K
Kutip
41
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan