moegi33Avatar border
TS
moegi33
Mbah Kodok dan Peri Setyowati (Orang Ngawi Masup gan)
Kerja Keras Membangun Rumah Istri Mbah Kodok, Peri Setyowati di Ngawi


Pemasangan mori mengelilingi mata air (Foto: Bramantyo Prijosusilo)

Jakarta - Tidak mudah membangun kembali rumah istri Bagus Kodok Ibnu Sukodok, Peri Setyowati di 2 mata air dalam Alas Begal, setelah hutan-hutannya dirambah menjadi sawah pasca Reformasi. Seniman, Pemkab Ngawi hingga warga pun bergotong royong membantu Mbah Kodok membangun rumah Peri Setyowati.

Disampaikan seniman Bramantyo Prijosusilo, yang rumahnya ketempatan pernikahan Mbah Kodok dan Peri Setyowati pada 8 Oktober 2014 lalu, persiapan membangun rumah Peri Setyowati sudah dilakukan sejak sebulan lalu. Bramantyo bersama Godeliva D Sari, Zen Zulkarnaen, Mamang Budi Santoso dan Anang Budiawan dari Komunitas Ngawi Hijau, sibuk menggalang dukungan dari masyarakat dan elit Ngawi untuk membangun rumah Peri Setyowati.

Pembangunan rumah Setyowati akah digelar dalam pagelaran seni kejadian (art happening) bertajuk "Dhanyang Setyowati Sukodok Membangun Rumah" di Hutan Begal. Pembangunan rumah Peri Setyowati itu akan dilakukan pada 6-7 Juni 2015 mendatang.

"Seni kejadian yang melibatkan banyak pihak sejak dari konsepsi sampai pada eksekusinya itu bertujuan menguatkan kohesi sosial dan melindungi mata-air dan hutan," demikian kata Bramantyo saat berbincang dengan detikcom, Kamis (21/5/2015).

Seni kejadian "Dhanyang Setyowati Sukodok Membangun Rumah" merupakan karya proses yang durasinya sangat panjang. Diawali dengan rapat “kumbakarnan” bersama jajaran Pemkab Ngawi dan Perhutani di rumah Bramantyo di desa Sekaralas pada tanggal 10 Mei lalu, dilanjutkan dengan pemasangan kain mori melingkari kedua sendhang, bersama masyarakat desa-desa tepi hutan, di tanggal 14 Mei lalu.

Pada malam hari Senin, 18 Mei 2015 lalu, tim seni-kejadian telah mengadakan rapat intensif dengan Bupati Ngawi Ir Budi Sulistyono dan kepala-kepala dinas terkait di pendopo kabupaten Ngawi, untuk menyiapkan acara tanggal 6-7 Juni di hutan Begal tersebut. Dan setelah acara pada tanggal 6-7 Juni 2015 nanti, maka prosesnya akan terus bergulir dan diolah sampai pada akhir Oktober 2015 saat awal musim hujan dan Perhutani sebagai pemangku dan pengelola kedua mata-air yang menjadi rumah dhanyang itu memulai musim tanam.

"Proses yang panjang itu dibutuhkan agar karya seni-kejadian ini memiliki dampak nyata, yakni konservasi mata air dan hutan, serta kohesi sosial," imbuhnya.

Karena itu pada Juni-Oktober 2015, tim seni kejadian akan bekerjasama dengan ahli-ahli ekologi, kehutanan, antropologi, pertanian, peternakan, lanskap, serta ahli-ahli budaya dan masyarakat desa-desa tepi hutan yang terdampak, untuk mencapai dua sasaran.

Sasaran pertama adalah untuk memiliki peta rinci mengenai lahan konservasi kedua mata-air tersebut, sampai pada lokasi penanaman pohon-pohon konservasi yang telah matang dibahas dan disiapkan: titik mana, ditanami pohon apa, oleh siapa, dengan alasan apa?

Diusahakan setiap titik yang ditanami memiliki dasar kuat dari setidaknya tiga sisi, yakni dari segi ekologi, segi budaya, dan segi estetika. Setiap pohon yang ditanam hendaknya ditanam oleh anak-anak dari lingkungan masyarakat desa tepi hutan dibantu pamongnya sehingga ke depan ada rasa memiliki yang kuat dari masyarakat pemangku kepentingan yang terdekat.

Saat ini lahan yang semestinya berfungsi sebagai daerah penyangga mata-air di kedua sendhang tersebut, banyak dialihfungsikan oleh masyarakat yang mencetak sawah di areal hutan dan dengan demikian mematikan pohon-pohon kayu yang ditanam Perhutani. Masyarakat yang 'menjarah' lahan ini adalah pihak yang paling terdampak dalam arti dirugikan oleh proses seni-kejadian ini.

"Oleh karena itu, merekalah ujung tombak konservasi yang perlu diyakinkan untuk berhenti mencetak sawah di areal konservasi dan mengembangkan perekonomian alternatif," jelas Bram.

Perekonomian alternatif itu, lanjut dia, adalah dengan menjadikan dua mata air dan hutan rumah Peri Setyowati menjadi kawasan wisata. Kolam di zaman Belanda yang rusak juga akan diperbaiki.

Tanpa mengganggu APBD dinas-dinas terkait telah berkomitmen untuk membantu terlaksananya seni-kejadian ini sesuai dengan tupoksi masing-masing. Misalnya:
-Dinas pekerjaan umum telah meninjau lokasi dan akan melakukan pengurukan untuk memperbaiki jalan akses lokasi;
-Dinas pengairan akan menguras dan membersihkan kedua mata-air yang seharusnya mengairi 1431 hektar sawah di bawahnya;
-Dinas kesehatan akan menyiapkan tenda pos kesehatan untuk acara di hari H;
-Dinas pendidikan membantu mengerahkan anak-anak SD dan SMP setempat sebagai ujung tombak kejadian;
-Perhutani akan menentukan batas-batas daerah penyangga mata-air menurut UU untuk disaksikan masyarakat luas;
-Dinas Pariwisata akan membantu menyelenggarakan beberapa pentas kesenian rakyat;

"Sedangkan masyarakat luas terutama dari desa-desa yang terdampak, membantu dengan kerja bakti dan menyediakan tampilan kesenian rakyat serta tumpeng dan ingkung untuk selamatan pada saat pagelaran seni kejadian tanggal 6-7 Juni mendatang itu," tuturnya.

Seni kejadian "Setyowati Sukodok Membangun Rumah" ini, akan didukung oleh musisi Misbach Bilok, Wukir Suryadi, komunitas Song Meri dari Pacitan, penari Wirastuti Susilaningtyas dari Solo, kesenian rakyat Ngesti Manunggal dari lereng Gunung Merapi dan dalang wayang sabet Ki Sudirman Rangga Darsono.

Selamat membangun rumah Peri Setyowati, Mbah Kodok! Semoga sukses!


Spoiler for Sumur:


Spoiler for Baca ya gan:


Spoiler for Pesan TS:


Spoiler for Maaf Jika:



Sekian dan terimakasih


Spoiler for Update Foto:


Diubah oleh moegi33 22-05-2015 06:04
0
2.1K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan