Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

unknownoneAvatar border
TS
unknownone
Tragedi Mei 98, Wanita-wanita Berdoa di Atas Nisan tanpa Nama
KAMIS, 14 MEI 2015



TEMPO.CO, Jakarta: Puluhan wanita berjalan memencar, mengambil bungkusan kelopak mawar merah dalam plastik transparan yang sudah disediakan di atas setiap makam. Masing-masing menebar bunga di atas makam yang ditutupi rumput hijau.



Semua permukaan nisan tertulis 'Korban Tragedi 13-15 Mei Jakarta'. Tak ada nama, tempat tanggal lahir dan keterangan waktu jenazah meninggal. Ada 113 makam khusus untuk korban tragedi 98 yang terletak di TPU Pondok Rangon Blok AA Blad 29.



Wanita-wanita sepuh itu mendaras doa dengan lirih sembari menahan isak. Mereka tahu, jenazah dalam makam yang ada di hadapannya bukan jasad putra atau suaminya. Namun, siang itu, Ranim dan puluhan wanita lainnya menebar bunga serta memanjatkan doa untuk korban kerusuhan Mei 1998 di kawasan Klender, Jakarta Timur.

"Saya kehilangan anak ketiga saya di peristiwa itu," kata Ranim, 52 tahun saat ditemui usai melakukan tabur bunga di Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Rabu 13 Mei 2015.



Putranya saat itu baru saja pulang sekolah dasar. Ia meminta izin pada Ranim untuk ikut memancing ikan di sawah bersama temannya. Tak ada firasat apa-apa kalau ternyata saat itu terakhir kalinya ia melihat putranya tersebut.

"Anak saya sebelum pergi sempat bertanya saya masak apa, saya masak opor dia senang, malah bertanya apakah ada bagian paha apa tidak," kata warga Cipinang Muara II tersebut sambil menerawang.

Usia putranya saat itu baru 12 tahun, "baru mau masuk SMP," kata Ranim. Ranim mulai khawatir saat sore hari ia mendengar kabar adanya kerusuhan di kawasan Klender. "Sore jam empat saya denger mal di Kelnder dibakar, saya langsung lihat TV dan keingetan anak saya, sampai jam 9 malam dia belum pulang," kata Ranim dengan suara tercekat.



Ranim mengerahkan saudara dan tetangganya untuk membantu mencari anaknya tersebut, namun nihil. Sampai akhirnya empat hari kemudian Ranim dibawa ke RSCM untuk mengenali salah satu mayat yang diketemukan pasca kerusuhan. Tak ada mayat yang utuh, semuanya gosong dan sudah sulit dikenali.



Ranim mengingat satu hal, ia memeriksa rahang dan posisi gigi mayat untuk mengetahui putranya. Menurut pengakuannya, ia sempat mencabut gigi anaknya karena sering mengeluh sakit.

Tak disangka, Ranim mendapati sesosok mayat yang posisi gigi tanggalnya mirip dengan gigi putranya. "Saya langsung pingsan dan sudah tak ingat apa-apalagi," kata Ranim dengan mata berkaca-kaca. Keesokannya, pemakaman masal pun dilakukan, Ranim pasrah kalau nyatanya putranya menjadi salah satu korban kerusuhan yang makamnya pun tak bisa dicantumkan namanya sendiri.

Tragedi Mei ‘98 menjadi salah satu sisi kelam sejarah Indonesia. Banyak orang tewas akibat kerusuhan yang terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia, terbanyak di DKI Jakarta. Ribuan jenazah yang tidak terindentifikasi menjadi korban.



Pembakaran terhadap sejumlah gedung, pusat perbelanjaan, dan kawasan tempat tinggal terjadi hampir di seluruh wilayah. Berdasarkan laporan Tim Relawan untuk Kemanusiaan, tercatat ada 1.217 jiwa yang meninggal. Sebagian besar dimakamkan di makam massal TPU Pondok Ranggon. Selain itu tercatat ada 91 orang luka dan 31 orang hilang.



AISHA SHAIDRA

Source:
http://www.tempo.co/read/news/2015/0...san-tanpa-Nama

emoticon-Hot News emoticon-Hot News emoticon-Hot News
0
13.5K
201
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan