Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

frogie11Avatar border
TS
frogie11
SEUMUR HIDUP KUPING TAK PERLU DIBERSIHKAN !!
maaf klo ini repost dan berantakan
tujuan ane cuma ingin berbagi info saja ... :-D :-D


Beberapa bulan yang lalu saya mengalami kejadian yang tak disangka-sangka. Lebih tepatnya yang
mengalaminya anak dari adiknya kakek saya yang
kini sudah meninggal. Awal penyebab meninggalnya
simpel, dia punya kebiasaan “ngileni” atau mengorek
telinga dengan ujung bulu ayam. Kebiasaan yang
seolah-olah tak berbahaya sama sekali.
KRONOLOGINYA
Awalnya, paman saya hanya merasakan sakit di
salah satu telinganya hingga tak tahan. Bukan
karena sakitnya, tapi risih dengan rasa sakit kecil
yang dirasakan berhari-hari. Dia diperiksakan ke
dokter umum dan sakitnya hilang. Dua minggu
kemudian, sakitnya timbul lagi. Kali ini harus
dirawta oleh dokter spesialis THT dan harus
menjalani perawatan pembersihan telinga seminggu
dua kali. Karena menyepelekan nasehat dokter,
paman saya enggan periksa setelah perawatan
kedua. Ia merasa sudah sehat dan tak merasakan
sakit lagi. Dua minggu kemudian, tiba-tiba ia
pingsan selama beberapa menit dan setelah sadar
ia tak bisa diajak berkomunikasi selama beberapa
jam.
Pada hari itu juga, paman dibawa ke RS di Klaten
dan harus menjalani rawat inap. Kondisinya
memburuk dan harus dirujuk ke RS di Jogja yang
peralatannya lebih lengkap. Setelah diperiksa
dokter, diputuskan harus dioperasi otaknya
karena “kuman” infeksi dari telinga itu sudah
masuk ke otak. Persiapan operasi itu diperkirakan
butuh waktu satu bulan, namun baru dua minggu
dirawat paman sudah tak tertolong dan akhirnya
meninggal.
Dari pengalaman buruk itu, saya mencari-cari
informasi, apakah benar mengorek telinga bisa
menyebabkan infeksi dan infeksinya bisa menjalar
ke otak. Dan inilah info yang saya dapatkan.
SUSUNAN TELINGA
Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan
keseimbangan. Agar kedua fungsi tersebut
berjalan, telinga harus dijaga. Sayang, banyak
orang yang kadung salah dalam hal menjaga
kebersihan telinga. Misalnya, mengorek telinga.
Telinga terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam.
Ketiga bagian ini bekerjasama menangkap
gelombang suara dan menjadikannya bunyi yang
nyata. Awalnya, gelombang suara diterima oleh
telinga luar. Telinga luar sendiri terdiri dari daun
dan liang telinga. Daun telinga menampung suara,
yang kemudian disalurkan ke liang telinga. Dari liang
telinga, suara kemudian masuk ke telinga tengah
melalui gendang telinga. Di belakang gendang
telinga, terdapat tulang pendengaran yang
bentuknya menyerupai rantai. Tulang-tulang ini
saling berhubungan pada sendi dan berfungsi
mengantarkan gelombang suara hingga
menggetarkan gendang dan sampai ke telinga
dalam.
Di telinga dalam terdapat alat penerima yang
disebut rumah siput. Di dalam rumah siput terdapat
ujung-ujung saraf, cairan, dan organ yang
mengambang. Gelombang suara yang diantarkan
gendang dan tulang telinga akan menggetarkan
cairan dalam rumah siput, sehingga membuat organ
yang mengambang bergerak dan menyentuh ujung-
ujung saraf pendengaran. Proses yang tadinya
menggunakan tenaga mekanik kemudian diubah
menjadi tenaga listrik, dan disampaikan ke otak
sehingga kita mendengar suara.
Sementara sebagai alat keseimbangan, prosesnya
lebih kompleks. Proses terjadi di telinga dalam.
Telinga bekerjasama dengan organ lain seperti
mata, sendi-sendi, otak dan lainnya. Jika ada dua
organ yang tidak berfungsi, maka keseimbangan
kita pun akan hilang.
BAHAYA MENGOREK
Bentuk telinga dirancang untuk mengantisipasi
masuknya kotoran. Liang telinga yang bersudut
membuat kotoran, seperti debu atau serangga,
sulit menembus bagian yang lebih dalam. Tugas
menghalau kotoran juga dilakukan kelenjar rambut
yang terdapat di bagian depan setelah liang
telinga. Di sini juga diproduksi getah telinga yang
bernama serumen. Kita lebih mengenalnya sebagai
tai telinga atau getah. Tai telinga inilah yang akan
menangkap kotoran dan dengan sendirinya
membersihkannya.
Orang sering salah kaprah menyangka tai telinga
sebagai kotoran. Padahal, fungsinya sangat
penting untuk membersihkan kotoran yang masuk.
Secara alamaiah, kotoran yang masuk akan kering
dan keluar sendiri. Tai telinga tidak usah dibuang,
kecuali jika menggumpal dan menyumbat liang telinga
sehingga menghalangi masuknya gelombang suara
ke telinga dalam. Lagipula, tak banyak kasus orang
yang mengalami penggumpalan getah ini.
Dalam kadar normal, tai telinga hanya menutupi
permukaan dinding telinga. Jika dibersihkan, getah
akan diproduksi lagi. Maka, telinga sebaiknya tidak
dibersihkan dengan cara dikorek. Cukup bersihkan
bagian luar saja, yaitu daun dan muara liang
telinga. Bagian lebih dalam dari itu, seumur hidup
pun tak perlu dibersihkan.
Salah satu yang sering dilakukan orang adalah
mengorek telinga. Tak banyak yang tahu, mengorek
telinga justru akan mengakibatkan terdorongnya
getah telinga ke bagian yang lebih dalam yang
bukan tempatnya. Jika getah ini dibersihkan, maka
getah akan diproduksi lagi. Jika pengorekan
dilakukan terus-menerus, getah yang
terdorong akan menumpuk dan menyumbat,
sehingga pendengaran pun menurun karena
gelombang suara tak bisa disalurkan dengan baik.
Mengorek telinga juga bisa mengakibatkan
perbenturan sebab telinga kita bentuknya
bersudut. Perbenturan ini akan mengakibatkan
pembengkakan atau perdarahan. Pengorekan yang
terlalu keras atau dalam juga bisa mengakibatkan
trauma, ditambah dinding telinga kita mudah
berdarah.
Masih ada lagi, mengorek telinga juga bisa bikin
kolaps. Anda mungkin pernah mengalami batuk-
batuk saat mengorek kuping. Nah, hal ini
disebabkan adanya refleks saraf pagus yang
terdapat di dinding telinga. Saraf epagus
membentang ke tenggorokan, dada sampai perut.
Batuk-batuk adalah refleks yang ringan. Refleks
yang berat dan berbahaya bisa mengakibatkan
kolaps.
MUKA TAK SIMETRIS
Mengorek telinga juga bisa menyebabkan infeksi.
Infeksi yang berat dan berada di tempat yang
sensitif bisa menyebabkan kualitas pendengaran
menurun, bahkan membuat muka jadi mencong (tak
simetris).
Salah satu saraf yang terdapat di telinga adalah
saraf facialis. Saraf ini berada di belakang liang
telinga. Fungsinya menggerakkan otot muka dan
sebagai bagian yang menunjang pendengaran. Meski
saraf ini dilindungi tulang, namun jika infeksi atau
gangguan lain sudah mengenainya, maka bisa
mengakibatkan muka menjadi mencong, mata tak
bisa ditutup, dan lainnya, yang disebut kelumpuhan
saraf facialis.
Infeksi akibat mengorek terlalu keras bisa
berbentuk seperti bisul yang bernanah. Infeksi bisa
terjadi di liang telinga, kelenjar rambut, bahkan
sampai ke bagian telinga tengah di belakang
gendang. Selain karena mengorek, infeksi telinga
tengah yang disebut congek bisa pula disebabkan
oleh adanya infeksi di saluran nafas, yang berasal
dari belakang hidung lalu merambat ke saluran tuba
eskafius yang menghubungkan rongga di belakang
hidung dengan telinga tengah. Jika produksi nanah
semakin banyak, maka gendang bisa pecah atau
bocor. Akibat selanjutnya, pendengaran akan
terganggu.
Di dalam telinga terdapat banyak sekali saraf.
Itulah kenapa telinga sangat sensitif. Ketika kita
sakit amandel, sakit gigi atau radang tenggorokan,
telinga juga terasa sakit, karena telinga kita
dilalui saraf perasa. Saraf ini akan mengalihkan
rasa sakit di daerah lain sampai ke telinga.
HINDARI MUSIK KERAS
Banyak hal bisa menjadi penyebab menurunnya
kualitas pendengaran. Dalam gangguan taraf
ringan, orang hanya akan mampu mendengar bunyi
dengan kapasitas 25 – 40 desibel saja, taraf
sedang 40 – 60 desibel, dan jika lebih dari 60
desibel berarti berada dalam taraf berat.
Kita sering merasa tak pernah mendengarkan
musik keras-keras. Namun punya kebiasaan
mendengarkan musik dari HP atau MP3 player
dengan headset atau earphone. Sekalipun alat itu
kecil, karena penggunaannya yang ditempelkan di
telinga menyebabkan tingkat kekerasan suaranya
mengalahkan suara bising kereta api. Kerusakan
penurunan pendengaran karena hal ini bersifat
permanen dan tak bisa disembuhkan.
Penyebabnya beraneka ragam, mulai kelainan di
telinga luar hingga dalam. Kelainan di telinga luar
bisa disebabkan adanya penyumbatan oleh getah
telinga, benda asing, bisul, atau tumor. Gangguan di
telinga tengah seperti gendang pecah, perdarahan
akibat benturan pada kecelakaan, terputusnya
rantai tulang pendengaran atau keluarnya cairan
karena alergi.
Sementara di telinga dalam, gangguan berupa
“pingsan” atau matinya sel rambut yang mengubah
getaran mekanik jadi listrik lalu menyampaikannya
ke otak. “Pingsan” atau matinya sel rambut
disebabkan trauma bising, misalnya mendengar
terlalu lama dan sering bunyi-bunyian yang amat
keras, infeksi yang menjalar dari telinga tengah
atau karena keracunan obat. Melalui peredaran
darah, racun dari obat bisa sampai ke telinga
dalam.
Penyakit seperti darah tinggi dan diabetes juga
bisa mengurangi pendengaran. Pasalnya, penyakit
ini bisa sebabkan rusaknya pembuluh darah.
Akibatnya, telinga dalam sebagai terminal tak mendapat makanan yang cukup,” ujar Darnila.
Sejumlah makanan juga bisa menyebabkan
penurunan pendengaran jika menyebabkan
penyempitan pembuluh darah. Contohnya garam,
lemak dan rokok. Turunnya pendengaran karena
darah tinggi, diabetes dan keracunan obat bisa
menyerang dua belah telinga. Sementara penyebab
lainnya hanya menyerang telinga yang mengalami gangguan.
Perlu diingat, gangguan di satu telinga tidak menjalar ketelinga yang lain.
Kebanyakan gangguan yang terjadi di telinga luar dan telinga tengah bisa diatasi. Sedangkan jika mengenai telinga dalam agak sulit. Kalau sel rambut di telinga dalam hanya “pingsan”, misalnya akibat mendengarkan musik disko selama dua jam saja, maka pendengaran akan kembali setelah beberapa lama menghindar musik keras ini. Namun, jika terlalu sering mendengar musik atau bunyi-bunyian yanga mat keras, bisa saja sel rambut itu patah dan akhirnya kualitas pendengaran rusak berat.
Umumnya hal ini tak bisa diperbaiki.
Pendengaran menurun yang permanen juga bisa ditemukan pada bayi dengan kelainan bawaan. Biasanya pada mereka bisa dilakukan tes refleks. Tes ini bisa dilakukan oleh orang tua yang merasa curiga anaknya tidak bisa mendengar. Caranya dengan membunyikan sesuatu di tempat tersembunyi, yang tidak bisa lihat matanya. Lihat saja, apakah saat mendengar bunyi ia langsung memberi respon atau tidak?

sumber--> http://nekaneka.wordpress.com/2010/04/08/telinga/
Diubah oleh frogie11 11-01-2014 02:18
0
2K
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan