Ketika Nelayan Bertengkar dengan Menteri Susi di Hadapan Jokowi
TS
sadjar
Ketika Nelayan Bertengkar dengan Menteri Susi di Hadapan Jokowi
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
JAKARTA, KOMPAS.com— Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berjalan terburu-buru saat keluar dari Istana Negara, Rabu (8/4/2015) sekitar pukul 12.40. Raut wajah Susi terlihat "masam". Tak seperti biasanya, Susi pun tampak tak ramah saat diwawancarai.
"Tanya saja sana sama nelayannya!" kata Susi kepada wartawan yang menanyakan pembahasan yang dilakukan nelayan bersama Presiden Joko Widodo.
Pertanyaan ini dilontarkan lantaran pertemuan itu tertutup dan tidak masuk dalam jadwal kegiatan resmi Presiden. Meski mendapat pertanyaan lagi, Susi tak menghentikan langkahnya menuju lapangan parkir.
Sekitar 45 menit kemudian, sejumlah pria berkemeja batik pun berbondong-bondong keluar dari Istana Negara. Mereka ternyata berasal dari Front Nelayan Bersatu yang datang dari kawasan Rembang dan Brebes.
Quote:
Koordinator Front Nelayan Bersatu, Bambang Wicaksana
Koordinator Front Nelayan Bersatu, Bambang Wicaksana, pun bercerita bahwa pertemuan tadi cukup sengit.
Gara-garanya ialah para nelayan mengeluhkan kebijakan Susi yang melarang semua nelayan pantura menggunakan cantrang (alat untuk menangkap ikan tanpa pemberat) mulai bulan September.
Susi menganggap penggunaan cantrang itu layaknya penggunaan trawl yang akan merusak kelestarian biota laut.
"Pemberlakuan Permen 2/2015 tentang pelarangan alat tangkap ikan, salah satunya cantrang, sangat mematikan ekonomi nelayan kami. Terpaksa berbagai upaya kami lakukan, mulai dari Ombudsman, DPR RI, berdemo, tetapi tidak ada tanggapan dari Ibu Susi sehingga terpaksa kami menghadap Bapak Presiden," ucap Bambang.
Dia mengatakan, nelayan sebenarnya hanya meminta agar pelarangan itu ditunda sampai tiga tahun mendatang. Sebab, apabila dalam jangka waktu yang sempit nelayan harus berhenti melaut, mereka tidak bisa membayar kredit yang diajukan. Jika nelayan harus mengganti alat tangkap ikan, biaya yang harus dikeluarkan sangat besar.
Dia menuturkan, untuk menggunakan cantrang, hanya dibutuhkan Rp 300 juta. Namun, untuk mengganti dengan alat lain, nelayan harus menghabiskan Rp 1 miliar. Jumlah itu belum ditambah lagi dengan biaya penggantian kapal dan pelatihan nelayan.
Akan tetapi, Bambang mengaku Susi bersikeras dalam rapat itu. Meski tak memberikan solusi, Susi juga tidak mau melunak dan meminta nelayan untuk tidak menggunakan cantrang mulai September. "Kalau tidak, kami akan ditangkap patroli laut," ucap dia.
Karena sama-sama bersikeras, rapat itu pun berlangsung alot. Susi akhirnya meninggalkan ruangan sebelum rapat berakhir.
"Bertengkar, enggak ada titik temu, terus Bu Susi pamit. Kita bertengkar di depan Pak Presiden," ucap Bambang.
Bambang mendengar Susi yang berada di samping Presiden Jokowi dibisiki oleh orang nomor satu negeri ini. Jokowi, sebut Bambang, meminta Susi untuk meninggalkan ruangan karena keadaan memanas.
"Pak Jokowi bilang, Bu Susi keras, tidak boleh dihadapi dengan keras juga. Tapi, setelah selesai, Presiden menjanjikan insya Allah akan menyelesaikan masalah ini dengan baik," ujar dia.
Original Posted By VIAMODEM►Kasih waktulah setahun dua tahun utk adaptasi, dan menyiapkan modalnya
Quote:
Original Posted By aak..►
menurut saya paling solusinya kemudahan kredit lagi
Quote:
Original Posted By wong.edan.utd10►Solusi dari gue nih
Kerjasama ama menkop ukm, kasih dana bantuan dalam hal solar bukan dana tunai
Nah hasil tangkapan mereka dikumpulkan di ukm/ koperasi nelayan, untuk mengatasi penangkapan ikan2 kecil, kalau ada hasil ikan kecil yang ditangkap berikan denda semacam gak boleh dapat subsidi solar sehari, kalau masih ngeyel 3 hari selanjutnya seterusnya
Ikan2 tersebut hargain sekitar 75% dr harga jual pasar
Untuk masalah nangkap pakai cantrang, gue sendiri kurang paham yah
Tapi nelayan di natuna sepertinya pakai pancingan biasa cmiiw
Quote:
Original Posted By orang.hutan►
300 juta angka yang normal koq. Klo ngga mau pake jala dan ramah lingkungan di Skandinavia sana sudah pake electronic jigging (klo di Asia rata2 biasanya dipake buat mancing cumi-cumi), itu ajah satunya harganya sekitar 60 juta belum strippernya, dan biasanya 1 kapal kecil (dibawah 15 meter) dipasang 5 unit, jadi kisarannya 500 jutaan dengan stripper, terkadang bisa sampe 1 Miliar, dan itu baru alat pancingnya doank. Itu solusi buat Bu Susi klo ngelarang cantrang dan alat pancing dengan jala, mau ngga ibu Susi kasih subsidi. Jangan bisanya bakar kapal doank sambil larang nelayannya tanpa kasih solusi.
Ini contoh alatnya
Spoiler for electronic jigging:
Quote:
Original Posted By kalisengge►
ya kalo tangkapan dikit gak pantes disebut nelayan tapi pemancing, kemaren2 kayaknya ada berita petani dimodalin traktor dah, knp sekarang gak di subsidi alat2 untuk nelayan.. Minimal kredit dgn bunga ringan untuk nelayan beli peralatan mencari ikan
Perikanan tangkap itu lumayan mahal, apalagi budidaya, jadi sebenarnya industri ini juga padat modal klo mau maju.
Contoh di Indonesia klo gw lihat kapal2 kelas menengahnya baru pake echosounder atau fish finder biasa buat ngedeteksi keberadaan ikan yang ada di bawah kapal. Sedangkan di luar sudah pake searchlight sonar ataupun omni sonar yang bisa ngedeteksi ikan untuk jarak sekian mile. Memang initial costnya mahal, tapi operational cost bisa jadi lebih murah, karena nelayan ngga perlu menghabiskan solar lebih banyak buat ngider2in/ngobok2 laut buat nyari keberadaan ikan. Seperti electronic jigging itu, alatnya kelihatan kecil, tapi untuk daya tangkap yang sama dengan purse seine biaya operationalnya lebih murah 30% (dari segi manpower dan electric/hydraulic power).
Jadi klo cuma sekadar melarang tanpa adanya solusi yang jelas, sama ajah koar2 ngga jelas.
Quote:
Original Posted By joeliayam►Tahapan penerapan suatu peraturan:
1. Sosialisasi, dengan adanya sosialisasi maka rakyat yang akan terkena dampak peraturan tersebut akan mengerti bahwa sekarang ada peraturan baru. sosialisasi membutuhkan waktu lebih kurang 1 tahun.
2. Pilot project, fungsinya untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa peraturan tersebut akan berlaku seperti apa, dimana, dan apa manfaatnya. Ini juga butuh waktu sekitar 1 tahun.
3. Penerapan solusi hasil guna, nah ini diharapkan dapat memberikan solusi-solusi yang bisa menjadi alternatif bagi masyarakat. Bisa dalam bentuk sarana dan prasarana atau pengalokasian tenaga kerja ke bidang lain. Bagusnya sih solusi diberikan dalam bentuk sarana dan prasarana karena kalau kita telaah sudah banyak sekali kontribusi nelayan untuk devisa negara. Untuk tahapan ini bisa memakan waktu 1-2 tahun karena akan melibatkan departemen lainnya.
4. Penerapan sanksi ringan, disini program monitoring dimulai untuk memantau hasil penerapan solusi hasil guna. Kalau masih ditemukan penyelewengan maka sebaiknya diberi peringatan terlebih dahulu. Tapi apabila terjadi berulang kali maka bisa ke poin 5. Yah semacam SP1 SP2 kalau di tempat kerja. Poin 4 ini membutuhkan waktu 1 tahun juga.
5. Penerapan saksi berat, apabila semua poin 1-4 diatas sudah dilaksanakan tapi masih ada penyimpangan di lapangan maka boleh diterapkan jalur hukum untuk pelaku.
Itulah tahapan yang benar dalam penerapan sebuah aturan. Tahapan ini juga sering digunakan negara lain dalam menerapkan sebuah peraturan bahkan organisasi sekelas UN selalu menggunakan tahapan ini.
Kalau sekarang yang terjadi kan tidak mengikuti tahapan-tahapan ini. Ada beberapa peraturan yang telah dilakukan oleh Bu Menteri kita secara mendadak:
1. Pelarangan penangkapan lobster ukuran kecil
2. Pelarangan penangkapan kepiting ukuran kecil
3. Pelarangan penangkapan rajungan ukuran kecil
4. Pelarangan penggunaan alat tangkap jaring tertentu
5. Dll
Bahkan ada cerita eksportir kepiting kita yang merugi sangat besar dari penerapan peraturan ini. Jadi pada saat peraturan ini dikeluarkan tanpa melalui tahapan tadi maka pihak karantina kebingungan karena mereka belum dibekali cara penyusunan kepiting yang benar sehingga tidak akan mati sampai tujuan. Sedangkan semua barang yang akan diekspor harus dibongkar tiap bok. Alhasil penyusunan kembali setelah pengecekan jadi acak-acakan dan kepiting yang dikirim akan banyak yang mati.
Ini sekedar saran ya. Sorry kalau kepanjangan...
Diubah oleh sadjar 09-04-2015 08:21
0
9.3K
Kutip
122
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru