- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
desa sukadia 3


TS
sukevin
desa sukadia 3
[Berhubung lumayan banyak yang baca ane tambahin deh ceritan si Putihnya, biar tambah penasaran. Hehehe]
jangn di blok ya?!
Ari keluar dari kamar untuk istirahat dari kegiatan menulisnya. Ari meregangkan tubuh dan diakhiri dengan menghela napas panjang. Duduk di depan layar monitor sejak sore cukup membuat tubuhnya kaku.
Beberapa novel Ari sudah diterbitkan oleh Penerbit di kota dan ia masih melanjutkan novel kesekiannya untuk mengisi kesendiriannya tanpa si Putih.
Selama ini, Ari tidak menyadari keberadaan Putih di rumah Bibi penjaga pemakaman yang memperhatikan kesehariannya.
Ari sendiri kerap mendengar cerita orang desa tentang penampakan Putih di rumah Bibi, tapi Ari tidak pernah melihatnya langsung. Padahal tidak jarang Ari melewati rumah Bibi untuk bersantai di sungai desa.
Walau terkadang ia masih merindukan Putih, tapi Ari tidak pernah ingin dengan sengaja untuk mendapati penampakan Putih. Ia tidak begitu percaya dengan omongan orang desa. Ari membiarkan cerita dari orang desa tidak lebih dari sekedar cerita.
Ari mengangkat mug kopi susunya dari atas meja makan. Ari melihat isi mug hampir kosong.
Ari menyesap sisa-sisa kopi dengan heran. Ia merasa meninggalkan mug ketika masih terisi setengah, kini isi mug hampir kering.
Ari menengok untuk melihat kucing milik warung langganannya tertidur di kursi panjang ruang tamu.
“Jangan-jangan kopi gue diminum si Kevin lagi.” bisik Ari curiga.
Belakangan, si kucing yang bernama lengkap Sukevin itu sering datang ke rumahnya, dan tidak jarang si kucing menjilati wedang kopi yang Ari buat. Si kucing suka pada kopi susu Ari yang lebih kuat aroma dan rasa susunya daripada kopi.
Ari meletakkan mug ke atas meja untuk kembali ke kamar.
Ari menatap layar pentium empatnya dengan mata jenuh. Tanpa kafein, Ari kehilangan mood melanjutkan prosesi penulisan novel.
“Heran, kucing bisa doyan kopi susu. Mau jadi apa dunia ini?” Ari tidak terima kopi terakhirnya kandas.
Satu keuntungan Ari dengan hadirnya Sukevin, setidaknya ia tidak sendirian ketika malam datang. Jika saja Ari tahu Si Putih diam-diam pernah menemaninya, mungkin ia tidak begitu membutuhkan kehadiran Sukevin.
Ari mematikan layar pentium empatnya. Ari memutuskan pergi ke warung langganannya. Warung Bu Soleh yang terletak tidak jauh dari gapura gang makam.
gimana gan, kasih komen lah sikit sikit. biar semangat postingnya!
...
lanjutannya besok ya....



Ari keluar dari kamar untuk istirahat dari kegiatan menulisnya. Ari meregangkan tubuh dan diakhiri dengan menghela napas panjang. Duduk di depan layar monitor sejak sore cukup membuat tubuhnya kaku.
Beberapa novel Ari sudah diterbitkan oleh Penerbit di kota dan ia masih melanjutkan novel kesekiannya untuk mengisi kesendiriannya tanpa si Putih.
Selama ini, Ari tidak menyadari keberadaan Putih di rumah Bibi penjaga pemakaman yang memperhatikan kesehariannya.
Ari sendiri kerap mendengar cerita orang desa tentang penampakan Putih di rumah Bibi, tapi Ari tidak pernah melihatnya langsung. Padahal tidak jarang Ari melewati rumah Bibi untuk bersantai di sungai desa.
Walau terkadang ia masih merindukan Putih, tapi Ari tidak pernah ingin dengan sengaja untuk mendapati penampakan Putih. Ia tidak begitu percaya dengan omongan orang desa. Ari membiarkan cerita dari orang desa tidak lebih dari sekedar cerita.
Ari mengangkat mug kopi susunya dari atas meja makan. Ari melihat isi mug hampir kosong.
Ari menyesap sisa-sisa kopi dengan heran. Ia merasa meninggalkan mug ketika masih terisi setengah, kini isi mug hampir kering.
Ari menengok untuk melihat kucing milik warung langganannya tertidur di kursi panjang ruang tamu.
“Jangan-jangan kopi gue diminum si Kevin lagi.” bisik Ari curiga.
Belakangan, si kucing yang bernama lengkap Sukevin itu sering datang ke rumahnya, dan tidak jarang si kucing menjilati wedang kopi yang Ari buat. Si kucing suka pada kopi susu Ari yang lebih kuat aroma dan rasa susunya daripada kopi.
Ari meletakkan mug ke atas meja untuk kembali ke kamar.
Ari menatap layar pentium empatnya dengan mata jenuh. Tanpa kafein, Ari kehilangan mood melanjutkan prosesi penulisan novel.
“Heran, kucing bisa doyan kopi susu. Mau jadi apa dunia ini?” Ari tidak terima kopi terakhirnya kandas.
Satu keuntungan Ari dengan hadirnya Sukevin, setidaknya ia tidak sendirian ketika malam datang. Jika saja Ari tahu Si Putih diam-diam pernah menemaninya, mungkin ia tidak begitu membutuhkan kehadiran Sukevin.
Ari mematikan layar pentium empatnya. Ari memutuskan pergi ke warung langganannya. Warung Bu Soleh yang terletak tidak jauh dari gapura gang makam.
gimana gan, kasih komen lah sikit sikit. biar semangat postingnya!


lanjutannya besok ya....

Diubah oleh sukevin 08-03-2015 12:20
0
1.1K
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan