ainalizaAvatar border
TS
ainaliza
[foto] BPJS ogah2an biayai kesembuhan bayi ryuji, inilah wajah indonesiaku kawan


Nasib Ryuji Marhaenis Kaizan (5 bulan), bayi penderita Atresia Bilier atau kelainan hati saat ini membutuhkan biaya Rp1,2 miliar untuk operasi.

Sementara respon pemerintah tidak nampak pada kasus bayi Ryuji. Ini sangat disayangkan pihak Persatuan Wartawan Jakarta (PWJ).

Menurut Divisi ‎Advokasi PWJ, Rani Stones Sanjaya, pemerintah seperti tak mempedulikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

“Sampai saat ini respon pemerintah masih nihil. Mungkin mereka buta atau merem sejenak tanpa batas, sehingga nggak melihat kesusahan rakyat yang ada didepan mata,” kata Rani, Jumat (13/2).

“Presiden malah lebih sibuk dengan urusan blusukan dan komentar tidak tegasnya soal kisruh KPK-Polri, yang sampai sekarang nggak selesai juga,” tambahnya.

Akan tetapi, menurut Rani, PWJ akan melakukan apapun bahkan mendesak pemerintah, agar bayi Ryuji mendapat pengobatan dan kesembuhan atas penyakit yang dideritanya.

“Tapi kita PWJ akan terus berjuang demi kesembuhan bayi Ryuji, termasuk mendesak pemerintah, karena apapun yang terjadi harusnya negara wajib memberikan jaminan kesehatan terhadap rakyatnya,” imbuhnya.

Hingga detik ini PWJ terus turun ke jalan demi mendapatkan dana untuk pengobatan Ryuzi. Hasil penggalangan dana sementara, kata Rani, pihak PWJ telah mengumpulkan dana hingga Rp18 juta lebih.

“Sampai saat ini hasil penggalangan dana, baik dengan ngecrek ataupun rekening baru terkumpul Rp18 juta 500 ribu lebih,” ungkapnya.

Rani menjelaskan uang Rp18 juta lebih tersebut didapatkan dari penggalangan di tiga tempat. “Itu (dana Rp18 juta lebih) kita dapat dari ngecrek di Parlemen (DPR RI), Bundaran HI saat Car Free Day, dan di depan Istana Merdeka kemarin saat PWJ melakukan aksi damai,” sambung dia.

Sebelumnya, bayi Ryuji harus bersabar menunggu proses operasi transplantasi hati yang urung dilakukan. Pasalnya, biaya operasi cangkok hati sebesar lebih dari Rp1,2 miliar belum juga jelas. Padahal, biaya itu ditanggung oleh negara.

Ayah Ryuji, Ferry Yunizar yang merupakan wartawan Jurnalsatu.com mengungkapkan, anaknya adalah salah satu peserta BPJS Kesehatan Non Penerima Bantuan Iuran (non PBI). Namun, terkait biaya operasi yang cukup besar, pihak BPJS kesehatan terkesan enggan membiayai.

“Saya sudah melakukan komunikasi dengan pihak BPJS Kesehatan. Mereka enggan membiayai operasi anak saya. Bahkan, mereka mengatakan kalau biaya itu telah melewati batasan biaya yang ditentukan,” ujar Ferry di Jakarta.

Dia mengaku kecewa terhadap pernyataan dari pihak BPJS Kesehatan tersebut. “Buat saya, pernyataan itu sangat inkonstitusional. Semua orang tahu dan jelas tahu jika biaya yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan untuk para peserta atau pun orang yang sakit menerima bantuan iuran tidak terbatas,” ujarnya.

Dirinya juga mengungkapkan, pihak BPJS Kesehatan pernah menghubungi dirinya terkait masalah pendanaan untuk biaya operasi anaknya. Sungguh di luar dugaan, kabar yang disampaikan oleh pihak BPJS itu sangat menyakiti perasaannya.

“Mereka mengatakan kepada saya bahwa biaya yang bisa dikeluarkan hanya sebesar Rp 230 juta hingga Rp 250 juta. Ini menurut saya sangat keterlaluan sebagai sebuah institusi negara yang membidangi kesehatan,” katanya.

Sebelumnya Direktur Utama RSCM, Dr Czeresna Heriawan Soejono mengatakan, meski pasien Ryuji diduga menderita Atresia Bilier namun terlalu dini untuk menentukan apakah pasien benar-benar menderita penyakit itu dan akhirnya menjalani operasi cangkok hati.

“Karena banyak tahap yang harus dilalui sebelum menjalani operasi transplantasi. Pertama, pasien harus menjalani biopsi hati,” katanya saat konferensi pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia menyebutkan, biopsi mutlak harus dijalani pasien karena ada beberapa penyakit yang ciri-cirinya mirip dengan Atresia Bilier.

Ia menyontohkan, penyakit yang mirip dengan kelainan fungsi hati ini adalah Progressive Familial Intrahepatic Cholestasis (PFIC) tipe ketiga. Selain itu, gejala Atresia Bilier juga mirip dengan Sindrom Alagille. “Nah, ketika pasien di biopsi maka lebih jelas perbedaannya,” ujarnya.

Tahap kedua, setelah menjalani biopsi dan ternyata pasien benar-benar mengalami Atresia Bilier maka, keluarga Ryuji harus bertemu dengan Komisi Etik Rumah Sakit untuk menentukan bisa dioperasi atau tidak. Baru setelah itu Ryuji bisa dioperasi. Namun, kata dia, pasien hingga sekarang belum di biopsi karena masih mengalami penumpukan cairan di perut.

“Ada syarat-syarat sebelum dilakukan biopsi seperti apakah ada masalah di darah atau tidak, ada infeksi, sampai penumpukan cairan di perut,” ujarnya.

Untuk menghilangkan cairan di perut, kata dia, butuh proses tergantung kondisi pasien. Tak hanya itu, nutrisi dalam tubuh bayi malang itu juga harus ditingkatkan dan menaikkan berat badan Ryuji menjadi minimal 10 kilogram (kg). Saat ini, beratnya masih sekitar 5 kilogram.

“Namun, kondisi Ryuji sekarang ini lebih baik dibandingkan saat baru pertama kali masuk RS tujuh hari lalu. Mencret, muntah, dan syok yang dia derita berkurang,” katanya.

Bagi Anda yang ingin memberikan sumbangan ke Ryuji bisa menyalurkan bantuan ke rekening BNI 0334075193 atas nama Feri Yunizar Arifin. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, donatur yang telah dan akan menyumbangkan dana bisa melakukan konfirmasi ke Rani Sanjaya, Kadiv Advokasi PWJ di nomor telepon 081382284515.

sumber

0
11.4K
169
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan