Hi gan. Apa agan pernah kebingungan menentukan arah kiblat ketika agan berada di tempat yang baru pertama di kunjungi dan tidak ada masjid ?
Atau agan kurang yakin arah kiblat nya ? Ane mau kasih inpoh nih buat agan, semoga membantu, tapi jangan lupa ye gan..
Berdasarkan tinjauan astronomis atau ilmu falak, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meluruskan arah kiblat diantaranya adalah menggunakan kompas, theodolit, rasi bintang, matahari dan yang paling mudah adalah saat matahari tepat di atas Ka'bah (Makkah) yang dikenal dengan istilah Istiwa A'zam (Istiwa Utama). Di kalangan masyarakat pesantren di Indonesia istilah yang cukup dikenal adalah "zawal" atau "rashdul qiblat".
Istiwa adalah fenomena astronomis saat posisi matahari melintasi meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Pada saat tertentu di sebuah daerah dapat terjadi peristiwa yang disebut Istiwa Utama atau 'Istiwa A'zam' yaitu saat posisi matahari berada tepat di titik Zenith (tepat di atas kepala) suatu lokasi dimana peristiwa ini hanya terjadi di daerah antara 23,5˚ Lintang Utara dan 23,5˚ Lintang Selatan.
Istiwa Utama yang terjadi di kota Makkah dapat dimanfaatkan oleh kaum Muslimin di negara-negara sekitar Arab khususnya yang berbeda waktu tidak lebih dari 5 (lima) jam untuk menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan matahari. Istiwa A'zam di Makkah terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 28 Mei dan 16 Juli pada tahun-tahun biasa. Sedangkan untuk tahun-tahun Kabisat dan setahun berikutnya tanggal ini kadang maju 1 hari (27 Mei dan 15 Juli).
~~~~~~~~~
Fenomena Istiwa Utama terjadi akibat gerakan semu matahari yang disebut gerak tahunan matahari (musim) sebab selama bumi beredar mengelilingi matahari sumbu bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun terlihat di bumi matahari mengalami pergeseran 23,45˚ LU sampai 23,45˚ LS. Saat nilai azimuth matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa Utama yaitu melintasnya matahari melewati zenith lokasi setempat.
Teknik penentuan arah kiblat saat Rashdul Kiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga banyak menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa Utama tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat .
RASHDUL KIBLAT
Salah satu metode penentuan arah kiblat yaitu dengan mengetahui posisi matahari (Rashdul Kiblat). Rashdul kiblat adalah ketentuan waktu dimana benda yang terkena sinar matahari mengarah ke arah kiblat. Merupakan kesempatan tepat untuk mengetahui secara persis arah kiblat saat posisi matahari berada tepat diatas ka’bah. Dan posisi matahari tepat berada diatas ka’bah terjadi ketika lintang ka’bah sama dengan deklinasi matahari, pada saat itu matahari berkulminasi tepat diatas ka’bah. Sehingga bayangan benda yang terkena cahaya matahari itu merupakan arah kiblat.
Dalam satu tahun akan ditemukan dua kali posisi matahari di atas ka’bah yang dikenal sebagai yaumir rashdil kiblat. Yaitu pada tanggal 27/28 Mei dan tanggal 15/16 Juli. Selain pada hari-hari tersebut, kita juga dapat menentukan jam rashdul kiblat setiap harinya dengan bantuan sinar matahari. Dan perlu diketahui bahwa jam rashdul kiblat tiap hari mengalami perubahan karena terpengaruh oleh deklinasi matahari.
A. Posisi matahari diatas ka’bah
Pada saat matahari mencapai titik kulminasi diatas ka’bah maka deklinasi matahari sama dengan garis lintang ka’bah. serta pada saat matahari berada pada titik kulminasi diatas ka’bah. Hal demikian terjadi pada setiap tanggal:
o Tanggal 27 mei tahun kabisat jam 11j 57m 16d LMT atau 09j 17m 56d GMT
o Tanggal 28 mei tahun basithah pada jam 11j 57m 16d LMT atau 09j 17m 56d GMT.
o Tanggal 15 juli tahun kabisat pada jam 11j 57m 16d LMT atau 09j 17m 56d GMT
o Tanggal 16 Juli tahun Basithah pada jam 12j 06m 03d LMT atau 09j 26m 43d GMT
Apabila dikehendaki dengan tempat yang lain maka waktu GMT tersebut harus dikoreksi dengan selisih waktu tempat yang diinginkan.
Misalnya :
WIB selisih 7 jam dengan waktu GMT
Tanggal 28 mei pada jam 09j 17m 56d GMT + 7j = 16j 17m 56d WIB
Tanggal 16 Juli pada jam 09j 26m 43d GMT + 7j = 16j 26m 43d WIB
Jadi pada setiap tanggal 27/28 mei jam 16:17:56 WIB atau setiap tanggal 15/16 juli 16:26:43 WIB semua bayangan benda yang berdiri tegak lurus menunjukkan arah kiblat.
LANGKAH-LANGKAH
DALAM MENENTUKAN JAM RASHDUL KIBLAT
Menentukan bujur matahari (thulus syamsi), yaitu jarak yang dihitung dari 0 buruj 0o sampai dengan matahari melalui lingkaran ekliptika menurut arah berlawanan dengan putaran jarum jam. Dengan rumus :
1. Menentukan buruj
-untuk bulan 4 s/d 12 rumusnya dikurangi 4 (-4)
-untuk bulan 1 s/d 3 rumusnya ditambah 8 (+8)
2. Menentukan derajat
-untuk bulan 2 s/d 7 rumusnya ditambah 9˚ (+9˚)
-untuk bulan 8 s/d 1 rumusnya ditambah 8˚ (+8˚)
Contoh perhitungan :
Menentukan BM pada tanggal 6 April
4buruj 6˚
-4 +9
0buruj 15˚
Jadi, BM untuk tanggal 6 April adalah 0buruj 15˚
Catatan penting untuk mengetahui SBM (Selisih Bujur Matahari) :
a. Jika BM < 90˚ rumusnya SBM=BM yang diderajatkan
b. Jika BM antara 90˚ s/d 180˚ rumusnya 180˚-BM
c. Jika BM antara 180˚ s/d 270˚ rumusnya BM-180˚
d. Jika BM antara 270˚ s/d 360˚ rumusnya 360˚-BM
Contoh : menentukan SBM pada tanggal 6 April
0buruj 15˚, masuk pada rumus a, sehingga SBM= 15˚
3. Menentukan Deklinasi Matahari
Deklinasi matahari adalah jarak posisi matahari dengan ekuator/
khatulistiwa langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu. Deklinasi sebelah utara ekuator diberi tanda positif (+) dan sebelah selatan ekuator diberi tanda negative (-).
Ketika matahari melintasi khatulistiwa, deklinasinya adalah 0˚. Hal ini terjadi sekitar tanggal 21 Maret dan 23 September. Setelah melintasi khatulistiwa pada tanggal 21 Maret, matahari bergeser ke utara sehingga mencapai garis balik utara (deklinasi +23˚ 27’) sekitar tanggal 21 Juni kemudian kembali bergeser ke arah selatan sampai pada khatulistiwa lagi sekitar tanggal 23 September, setelah itu bergeser hingga mencapai titik balik selatan (deklinasi -23˚ 27’) sekitar tanggal 22 Desember, kemudian kembali bergeser ke arah utara hingga mencapai khatulistiwa lagi sekitar tanggal 21 Maret. Demikian seterusnya.
Dengan rumus deklinasi :
Sin Deklinasi = sin SBM x sin deklinasi terjauh (23˚27’)
Shift Sin (sin 15˚ x sin 23˚27’) = shift˚= 5˚ 54’ 42.33”
Dengan ketentuan deklinasi positif (+) jika deklinasi sebelah utara ekuator, yakni BM pada 0buruj – 5buruj dan deklinasi negatif (-) jika deklinasi sebelah selatan ekuator, yakni BM pada 6buruj – 11buruj.
MENENTUKAN RASHDUL KIBLAT
Rumus I : Cotg A = Sin LT x Cotg AQ
Rumus II : Cos B = Tan deklinasi x Cotg LT x Cos A= +A
Keterangan : Rashdul kiblat Pada tanggal 6 April 2011
LT : Lintang Tempat
AQ : Azimuth Qiblat B-U
Kota Semarang :
Lintang Tempat : 07˚ 00’ LS
Bujur Tempat : 110˚ 24’ BT
Azimuth Kiblat : 24˚ 30’ 31.93”
Deklinasi : 5˚ 54’ 42.33”
Rumus I
Shift Tan ( Sin (-)07° 00’ x ( Tan 24° 30’ 31.93”)x-1 )x-1 = Shift° =
- 75° 02’ 3.38”
Rumus II
Shift Cos ( Tan 5˚ 54’ 42.33” x ( Tan (-) 07° 00’) x-1 x Cos (-)75° 02’ 3.38” = + (-) 75° 02’ 3.38” = (-) 27° 32’ 39.73” : 15 = + 12 = Shift° = 13. 50. 10.65 WH
Menjadikan Waktu Daerah : Indonesia sekarang terbagi dalam tiga waktu daerah yakni Waktu Indonesia Barat (WIB) dengan bujur daerah = 105°, Waktu Indonesia Tengah (WITA) dengan bujur daerah = 120° dan Waktu Indonesia Timur (WIT) dengan bujur daerah = 135°.
Rumus : Waktu Daerah = WH – PW + (BD-BT)
Pukul 13. 50. 10.65 – PW + ( BD – BT) : 15
= pkl. 13. 50. 10.65 – (-0j 03m) + (105˚ - 110˚ 24’) : 15
= pkl. 13. 50. 10.65 – (-0j 03m) + (-05˚ 24’ 00”) : 15
= pkl. 13. 50. 10.65 – (-0j 03m) + (-0j 21m 36d)
= pkl. 13. 50. 10.65 – (-0j 18m 36d)
= pkl. 14. 08. 46.65
Jadi Rashdul Qiblat pada tanggal 6 April adalah pada jam 14. 08. 46.65 WIB
Kemudian langkah berikutnya yang harus ditempuh dalam rangka penerapan waktu rashdul Qiblat adalah :
a) Tongkat atau benda apa saja yang bayang-bayangnya
(dijadikan pedoman hendaknya betul-betul berdiri tegak lurus pada pelataran. Saya memakai spidol cemi untuk mengetahui bayang-bayangnya
b) Semakin tinggi atau panjang tongkat tersebut, hasil yang dicapai semakin teliti.
c) Pelataran harus betul-betul datar. Ukurlah pakai timbangan air (waterpass).
d) Pelataran hendaknya putih bersih agar bayang-bayang tongkat terlihat jelas. Sehingga bayang-bayang yang terbentuk pada jam 14. 08. 46.65 WIB adalah Rashdul Qiblat.
Sehingga tepat pukul 14. 08. 46.65 WIB bayangan menunjukan arah kiblat
Demikian gan semua tentang Rashdul Kiblat yang dapat kami uraikan, semoga memberikan manfaat bagi kita dan dapat menambah khazanah keilmuan, khususnya mengenai bahasan dalam metode penentuan arah kiblat.
Ane tau masih banyak kekurangan di dalam penentuan ini, karena masih dalam tahap belajar