- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Strategi Untuk Meningkatkan Kreativitas


TS
pipic
Strategi Untuk Meningkatkan Kreativitas
Lanjutan Dari Trit Ane : Apa Semua Orang Kreatif ?
Di Copas Dari Blog ane : www.pipic.wordpress.com
STRATEGI MENINGKATKAN KREATIVITAS
Quote:
Ada 4 strategi untuk meningkatkan dan mengarahkan kreativitas seseorang atau organisasi. Keempat strategi ini ditujukan agar seluruh sumberdaya yang dimiliki dapat diberdayakan untuk meningkatkan kreatifitas.
Keempat strategi itu adalah :
1. CAPTURING
2. CHALLENGING
3. BROADENING
4. SURROUNDING
2. CHALLENGING
3. BROADENING
4. SURROUNDING
Quote:
1. CAPTURING
Proses pembentukan (Generative process) ide baru tidak pernah berhenti, bahkan ketika kita tidur. Ini berarti setiap saat kita sebenarnya kreatif, potensi kreatif kita mengejawantahkan dirinya.
Pada waktu kita masih kanak-kanak, kita memperhatikan segala macam dan pada saat itu aliran “generative” terjadi, pikiran dan ide seorang anak akan sangat bervariasi, bagaikan air yang mendidih, ide demi ide mengalir sejalan dengan stimulus yang mengelilinginya.
“Pabrik ide” ini terus berproduksi dan hasilnya sangat dinikmati oleh individu muda, mereka mengamati segala macam, menceritakan kepada siapa saja, dan menirukan serta berperilaku seperti yang dihasilkan oleh proses generative yang berlangsung pada “pabrik ide” yang beroperasi didalam kepalanya.
Sayang sekali semakin bertambah umur si balita, semakin banyak larangan diberikan kepadanya. Sopan santun melarang mereka untuk bertindak langsung atas semua apa yang dihasilkan oleh “pabrik ide”-nya, larangan orang tua, pendidikan disekolah, etika pergaulan, tekanan lingkungan sosial, semuanya secara simultan memerintahkan pada individu muda tersebut untuk mengabaikan “pabrik ide” yang terus berproduksi ini sampai akhirnya ketika menjadi dewasa individu muda tersebut menjadi tidak lagi menyadari bahwa “pabrik ide” nya masih beroperasi dan masih ada didalm kepalanya.
Strategi pertama dalam rangka peningkatan kreatifitas adalah mengembangkan kembali kemampuan untuk menyadari keberadan “pabrik ide” ini dan kemudian meningkatkan kemampuan untuk “menjerat” ide yang mengalir. Proses ini disebut proses “capturing”.
Pada beberapa orang yang dikenal dengan sebutan seniman, pengrang, investor, komposer, pelukis, penari, pelawak, dll, proses capturing ini dikuasai secara prima. Mereka secara sadar maupun tidak sadar terus menyadari adanya “pabrik ide” didalam kepalanya dan terus melatihnya menjadi ahli dalam menjerat ide yang berseliweran didalam kepalanya. Itulah sebabnya para pekerja kreatif ini sering kali berperilaku “lain” dibandingkan dengan orang pada umumnya (yang tidak merasa kreatif). Sadar atau tidak, para pekerja kreatif ini melakukan “pembangkangan” atas perintah-perintah untuk mengabaikan “pabrik ide”nya yang biasanya dilakukan oleh adat istiadat, sopan santun, etika, pendidikan dan tekanan lingkungan sosialnya. Mereka membangkang untuk menutup pabrik idenya, maka mereka tetap kreatif dan semakin bertambah kreatif, sementara yang lain, yang patuh, demi mengikuti semua aturan dan tekanan lingkungan sosialnya menjadi semakin tidak kreatif. Bahkan akhirnya mempercayai dirinya sama sekali tidak kreatif.
Proses Capturing membutuhkan kepedulian pada diri sendiri tentang apa yang berkelebat dalam pikirannya, oleh karena itu masing-masing diantara kita perlu menyediakan “alat potret instan” yang mampu menjerat ide yang bermunculan. Didalam lingkungan kerja alat-alat ini juga sangat diperlukan agar setiap individu yang didalam organisasinya dapat segera “memotret” idenya.
Berbagai macam notes, folder, kotak ide dapat digunakan sebagai tempat menyimpan hasil jepretan potret “ide” yang melintas.
Oleh karena orang cenderung terlalu takut ditertawakan idenya, maka untuk keperluan organisasi perlu juga diadakan kotak saran/ide annonym, semacam “surat kaleng” untuk ide-ide yang dianggap liar oleh pemiliknya tetapi mungkin dikemudian hari ternyata sangat berguna dan memiliki nilai inovasi tinggi. (“dapat diuangkan”).
Quote:
2. CHALLENGING
Seperti kita ketahui, ide-ide baru muncul karena ada ide-ide lama yang saling bersaing untuk dimanifestasikan menjadi perilaku (dalam bentuk aktivitas, pikiran, ide dll). Semakin banyak ide-ide yang bersaing untuk dilakukan pada saat yang sama akan semakin banyak pula kemungkinan terbentuknya ide-ide baru.
Ide-ide lama ini harus saling berbenturan sehingga tercipta kemungkinan terbentuknya pasangan atau variasi baru. Oleh karena itu semakin keras benturan atau persaingan di antara ide-ide lama akan semakin besar kemungkinan terbentuknya ide baru sebagai hasil sintesa.
Bagaimana cara membenturkan ide-ide lama?
Jawabanya adalah dengan KEGAGALAN! Bila ide-ide lama menghasilkan kegagalan, maka kita makin terjepit, makin tersiksa dan kecewa, kumpulan ide-ide lama menjadi kita abaikan, dan kita mencoba berusaha lagi atau bahkan menjadi patah semangat. “Pabrik ide” didalam kepala kita terus berproduksi tetapi hasil produksinya menumpuk karena kita terlanjur mengabaikan, menganggap tidak ada gunanya dan hanya menghasilkan kegagalan saja. Akibatnya ide-ide itu demikian menumpuk dan mendesak-desak sehingga satu sama lain saling bertumbukan. Tumbukan-tumbukan ini akhirnya akan menghasilkan kombinasi baru.
Ide baru dilahirkan!
Kesuksesan sering kali meninabobokan kita sehingga secara terus menerus pabrik ide kita menghasilkan produk yang sama. Selama hasil produksi pabrik ide ini masih dapat digunakan (karena memberikan kesuksesan) maka ide baru justru tidak akan muncul, secara otomatis ide yang digunakan adalah ide-ide lama dan kreativitas seakan-akan menjadi mandul. Pada saat inilah kita sering merasa bahwa kreativitas kita menjadi kering, padahal masalahnya bukan pada sumbernya, tetapi pada “tantangannya”. Selama tidak ada tantangan (karena masih sukses) ide lama tidak akan bersaing ketat dan tumbukan antara ide tidak terjadi.
Bayangkan anda terjebak dalam ruang tertutup dan anda tidak memiliki kunci untuk membuka pintunya.
Apa yang akan anda lakukan?
Pertama-tama anda akan mencoba lagi dengan cara lama, yakni dengan mencoba memutar handle pintu itu. Ini adalah perilaku lama yang (biasanya) berhasil/sukses dilakukan untuk membuka pintu. Tergantung pada seberapa kengototan anda, maka kegiatan mengungkat-ungkit handle pintu ini akan berlangsung.
Pada suatu saat anda akan putus asa (merasa gagal dengan cara lama ini). Mungkin anda berhenti sebentar, beristirahat dan mulai berpikir. Tergantung dari berapa banyaknya pengalaman dimasa lalu, maka anda akan mencoba lagi dengan “stock ide-ide lama” seperti : berteriak minta tolon, mengetok-ngetok pintu, mendobrak dll.
Bila semuanya tetap gagal maka akhirnya anda akan kehabisan stock dan mulai saling “membenturkan” ide-ide lama sehingga terlahir ide-ide baru.
Dengan kata lain anda menjadi lebih kreatif.
Anak buah, anak anda sendiri, team kerja anda, semua memerlukan tantangan ini. Batasan tantangan ini adalah daya tahan masing-masing individu, bila daya tahan dilampaui maka kreativitas akan berhenti berproses.
Tantangan harus selalu diberikan sebagai bahan baku proses kreatif dan menu utama adalah “kegagalan terkendali”.
Quote:
3. BROADENING
Bahan baku ide kreatif adalah ide lama yang saling berbenturan dengan sesama ide lama yang berkompetisi satu sama lain. Oleh karena itu perbendaharaan ide-ide lama ini diperlukan agar “persenyawaan” yang terjadi makin beragam, makin banyak pilihan.
Dari mana datangnya perbendaharaan ide-ide lama?
Dari pengalaman, dari latihan, dari pengetahuan. Seseorang musisi yang memiliki banyak keterampilan akan lebih subur mudah menghasilkan ide-ide kreatif dibandingkan dengan bila ia hanya memiliki satu macam keterampilan.
Oleh karena itu potensi kreatifitas akan meningkat bila :
Kita selalu menambah “ilmu” baik dalam bentuk pengetahuan maupun dalam bentuk keterampilan.
Semakin luas bidang yang kita kuasai, maka semakin unik ide kreatif yang mungkin dilahirkan.
Quote:
4. SURROUNDING
Penataan (dan rekayasa) lingkungan adalahfaktor pendorong yang akan mampu mempersubur kreativitas kita. Lingkungan harus diusahakan menciptakan “tekanan terkendali” sehingga orang tidak dengan mudah mencapai hasil. Tentu saja “tekanan” yang diberikan harus dalam kendali, kalau terlalu berat tentu akan menghambat lahirya ide-ide kreatif karena orang tersebut menjadi putus asa.
Salah satu contoh pelaksanaan strategi surrounding ini adalah misalnya menata meja kerja dengan posisi baru, menggantungkan grafik di tembok, memindah susunan file, rotasi tugas dll.
Demikian Trit Ane Agan dan Aganwati... semoga kita menjadi Bangsa Indonesia yang banyak "Karyanya"
Trit Ane Yang Lain :

Diubah oleh pipic 29-01-2015 07:53
0
2.7K
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan