Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mawar.mewangiAvatar border
TS
mawar.mewangi
[Menyambut Natal Gan....] Kisah tentang Toleransi


Mereka saling menjaga. Saling tolong menolong, damai berdampingan, meski berbeda

Dream - Matahari belum sepenuhnya terbangun. Pandangan masih samar. Dan banyak orang masih mengantuk. Tapi suara takbir itu seperti tak lelah mengangkasa. Melafalkan kebesaran namaNya. Takbir itu sudah bergema semenjak petang kemarin.

Pada dingin subuh yang menusuk tulang itu, warga mulai berdatangan. Susul menyusul. Hari itu, Minggu 5 Oktober 2014, jamaah bersiap sholat Idul Adha. Hamparan sajadah sudah memenuhi pelataran Masjid. Barisan jamaah menyemut. Hingga tak ada lagi ruang tersisa.

Dan jarum jam terus berderap ke bilangan 6 lewat 30 menit. Gelombang jamaah terus mengalir. Tak ada lagi tempat. Ruas jalan harus dipakai. Dan terpaksa jamaah lalu meluber hingga jalan.

Gelombang 30 ribu jamaah pagi pagi itu tetap saja tidak tertampung. Padahal sudah bersesakan. Daya tampung Masjid Jami itu memang cuma 3.000 orang. Lalu jalur depan jalan Gereja GPIB itu pun dijadikan tempat sholat. Kini, jamaah sudah menemukan tempat.

Lantunan takbir lambat laun semakin pelan. Lalu, Ketua Takmir Masjid Agung Jami, Zainuddin A. Muhit naik mimbar. Ucapan selamat datang dan pujian meluncur dari pensiunan dosen ini. Dia menyampaikan ucapan dirgahayu kepada TNI, yang hari itu merayakan hari jadi. "Saya juga berterimakasih dan saya meminta maaf kepada GPIB Emmanuel,” kata pria berusia 75 tahun ini.

Zainudin merasa harus meminta maaf kepada umat Kristen GPIB. Ribuan jamaah salat Idul Adha yang meluber ke jalan itu membuat jadwal kebaktian di gereja itu molor. Jalan tak bisa dilewati. Lazimnya mereka merayakan kebaktian pukul 8 pagi.

"Bukan masalah banyak atau sedikit umat, saya pribadi andaikan merasa terganggu juga harus meminta maaf," ujar Zainudin yang telah aktif di masjid itu semenjak 1980-an.

Sesudah salat pagi itu, takbir kembali bergema, dan permintaan maaf Zainudin bergema di media sosial, dunia maya yang dihuni jutaan orang Indonesia. Media massa online menulis kisah ini dengan penuh sanjungan.

Pada Fan Page Facebook sebuah laman lokal di Surabaya, artikel ini disukai 34 ribu orang. Di-share 2.776. Dan semua itu terjadi dalam tempo yang sangat singkat. Dalam hitungan hari, jagat maya ramai dengan permintaan maaf ini.

*****

Kisah yang menyejukan seperti ini sesungguhnya sudah sering terjadi di tengah masyarakat. Saling tolong, saling menjaga. Pada beberapa kali perayaan agama Kristen, misalnya, entah Natal atau Paskah, sejumlah Ormas Islam juga ikut menjaga keamanan.

Lihatlah yang terjadi di Majalengka. Sejumlah anggota Ormas Islam di sana, pernah ikut membantu aparat kepolisian menjaga keamanan kebaktian Natal. Bantuan yang sama juga pernah diberikan oleh Ormas Islam di Makasar, Sulawesi Selatan.

Kisah sejumlah Ormas Islam yang ikut membantu pengamanan Natal, bukanlah cerita baru. Di Jakarta, Ormas Islam seperti Banser, sudah rutin ikut menjaga keamanan acara Natal di sejumlah gereja. “Secara rutin ormas-ormas turut membantu,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Rikwanto, pada Natal 2013 lalu.

Di Jawa Timur, Banser bahkan mengerahkan 25 ribu anggotanya untuk mengamankan Natal pada 2013 lalu. “Kami berkordinasi dan memerintahkan semua personel Banser untuk terjun langsung menjaga gereja-gereja yang tersebar di Jawa Timur,” kata Ketua GP Ansor Jatim, Alva Isnaeni, Desember 2013 lalu.

Di berbagai daerah lain di Indonesia, sejumlah Ormas Islam juga turun menjaga keamanan hari raya sejumlah agama. Di Semarang, Jawa Tengah, di Yogyakarta dan beberapa daerah lain.

Selain sikap spontan warga, banyak juga tokoh agama yang mendorong sikap saling tolong menolong seperti ini.

Dan bukan cuma di Indonesia, di banyak Negara, sikap saling tolong itu juga muncul di tengah masyarakat. Dan pada jaman digital seperti ini, sikap itu cepat menyebar ke seantero bumi lewat sosial media.

Lihatlah kisah dari Negeri Kanguru ini. Di tengah ancaman rasial, yang muncul setelah aksi penyanderaan di sebuah Café di Sydney, aksi kemanusiaan dan tolerasi muncul secara spontan di tengah masyarakat.

Jagat maya ikut membawa pesan kedamaian melewati ambang negara. Hastag #Illridewithyou menjadi trending topik di dunia. "....tiba-tiba wanita muslim yang duduk disampingku di sebuah kereta pelan-pelan melepaskan hijabnya," ujar Rachel Jacobs, seorang wanita yang juga menumpang kereta itu.

Rachel adalah seorang wanita biasa di kota. Warga Australia, yang jauh dari hinggar binggar politik. Dia tak tega melihat wanita itu melepas hijabnya. "Saya berlari mengejarnya di stasiun kereta. Saya berkata, pakai kembali hijabmu. Saya akan berjalan denganmu. Perempuan itu mulai menangis dan memelukku selama satu menit," begitu dia menulis di lini masanya di Twitter.

Aksi Rachel itu ditangkap oleh penguna social media yang lain, Tessa Kum, seorang warga keturunan China. Dialah yang menciptakan hastag #Illridewithyou. Hastag itu dengan segera menjadi trending topic di dunia.

Warga yang lain, Stephani Speirs, kemudian menciptakan pin bertuliskan #Illridewithyou itu. Ribuan pin itu disebar di stasiun kereta. Gerakan ini dengan cepat menyebar. Ribuan orang di jalanan memakai pin itu.

*****

Toleransi di sejumlah tempat memang menjadi barang langka. Di banyak Negara, termasuk di Negara-negara barat. Bahkan di Amerika Serikat yang kerap disanjung sebagai pendekar demokrasi di muka bumi ini.

Dirjen UNESCO, PBB, Irina Bokova, bahkan mengakui prinsip toleransi belakangan ini menjadi sangat relevan dibandingkan periode-periode sebelumnya, oleh karena tekanan terhadap keberagaman semakin kuat.

Sekjen PBB, Ban Ki-Moon pun mengakui jika umat manusia saat ini hidup dalam era dimana kekerasan tumbuh subur. "Saat ini lebih banyak manusia terusir akibat perselisihan dibandingkan periode-periode sebelum Perang Dunia II," tegas Ban Ki-Moon.

Meski begitu, warga dunia sesungguhnya punya cara sendiri untuk saling menjaga. Kerukunan yang ditunjukan Zainudin di Malang, sejumlah Ormas Islam yang menjaga gereja, dan spontanitas warga Australia lewat #Illridewithyou yang menjadi bukti sikap saling menjaga itu.

Sebuah Gereja National Cathedral Washington menyediakan tempatnya untuk salat Jumat bagi umat muslim Amerika Serikat pada Lebaran tahun ini. Fenomena langka dikala isu agama begitu kental usai serangan Menara Kembar, World Trade Center (WTC), 9 September silam.

Dan hari-hari ini, di Palestina –negeri yang berpuluh tahun menjadi korban keberingasan militer Israel- aparat kepolisian dan tentara berbaris menjaga keamanan, demi lancarnya acara Natal umat Nasrani.

sumber: http://www.dream.co.id/news/kisah-te...i-141222h.html

Baca juga:
1.Kisah Permintaan Maaf Pimpinan Masjid ke Gereja di Malang
2, Bila Muslim AS Shalat Jumat di Gereja Katedral
3. Kala Salat Idul Fitri di Bawah Menara Gereja

Inspiratif nih gan.....emoticon-2 Jempol2
0
2.2K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan