jokopuber999Avatar border
TS
jokopuber999
Pura Parahyangan Agung Jagatkarta (di Gunung Salak) warisan Siliwangi?
Pura Parahyangan Agung Jagatkarta ("alam dewata suci sempurna") atau sering disebut hanya Pura Jagatkarta adalah pura agama Hindu Nusantara yang terletak di Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Pura Jagatkarta adalah pura terbesar di Jawa Barat dan terbesar ke-2 di Indonesia setelah Pura Besakih di Bali, dianggap sebagai tempat persemayaman dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan para hyang (leluhur) dari Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri di wilayah Parahyangan.

Pura Jagatkarta terletak di kaki Gunung Salak, di Ciapus, Kecamatan Tamansari di Kabupaten Bogor. Pura Jagatkarta dibangun di lokasi unik di Gunung Salak karena konon Pakuan Pajajaran Sunda pernah berdiri di lokasi tersebut. Pakuan Pajajaran adalah wilayah ibukota Kerajaan Sunda Galuh,

Tata letak Pura Jagatkarta juga berdasarkan legenda bahwa titik tersebut adalah tempat di mana Prabu Siliwangi mencapai moksa bersama para prajuritnya, sehingga sebelum dibangun, sebuah Candi dengan patung macan berwarna putih dan hitam (lambang Prabu Siliwangi) didirikan sebagai penghormatan terhadap Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Hindu terakhir di tanah Parahyangan. Sebagian peninggalan Pajajaran kini tersimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Jejak kaki Prabu Siliwangi tercetak pada sebuah batu yang lalu dikenal sebagai Prasasti Ciaruteun.

Akses jalan dari kaki Gunung Salak menuju Pura Jagatkarta telah diperlebar sejak pembangunannya dirintis pada tahun 1995, sehingga kendaraan bisa mencapai Pura dengan mudah. Kini pura ini resmi menyandang nama Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Tamansari Gunung Salak. Orang menamakannya sebagai kuil Prabu Siliwangi . Mengapa begitu sebab orang hindu dari bali sengaja membangun kuil itu sebagai penghormatan kepada Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran yang dianggap telah berjasa mengembangkan agama hindu.

Inilah pura terbesar di luar Bali, setelah Pura Besakih di Pulau Bali. Dibangun diatas tanah sekitar 15 ha letaknya dikawasan lereng Gunung Salak, tepatnya di kec. Taman Sari, Kab. Bogor, daerah Ciapus. PURA terbesar secara fisik dan konsep berada di bumi suci, Parahyangan (Para Hyangan), Bogor. Di sinilah tempat petilasan Prabu Siliwangi — raja paling masyhur dan paling dipuja. Konon, pura ini merupakann istana dari Prabu Siliwangi dan seluruh leluhur Jawa Barat. Pura ini setiap minggunya banyak dikunjungi oleh peziarah baik dari Bogor, luar Bogor bahkan dari luar Provinsi Jawa Barat (terutama dari Bali).

Penyebab kuil itu dibangun di kaki gunung Salak, tepatnya di kampung warunglobok, Bogor adalah karena di tempat itu dianggap punya kekuatan magis. Nyoman radeg ,mengatakan, bahwa secara gaib, tergambarkan di tempat itu dulu berdiri sebuah bangunan kuil. Bentuknya seperti yang kini berdiri di kaki bukit itu. "Bentuk kuil itu kerap terbawa mimpi. Maka kami bikin kuil disini dengan arsitektur persis sperti di dalam mimpi," demikian tutur nyoman radeg.

Kata Nyoman ada amanat dari Prabu Siliwangi yang dia tidak boleh lupa. Apakah itu ? "Beliau memberikan amanat pada saya, bahwa seluruh keturunannya jangan dilarang bila ingin datang ke kuil ini, apapun agama dan keyakinannya," kata Nyoman radeg. Apakah itu karena himbauan Prabu Siliwangi atau bukan, yang jelas setiap hari minggu ke bukit itu banyak orang datang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan. "Tidak semua bermaksud ingin menghormati Prabu Siliwangi, Bahkan yang hanya datang karena berwisata pun kami tak larang." Ulas Nyoman radeg.

================================================
Setelah ane datang ke tempat ini, ane dan rombongan kecewa berat. Ternyata tempat ini tak lain tak bukan adalah tempat untuk ibadah agama Hindu, jadi bukan tempat yang ada hubungannya dengan sejarah Pajajaran, seperti yang selama ini disebut-sebut agar pembangunan pura ini bisa diterima oleh warga sekitar. Tidak ada nuansa Sunda Wiwitan ataupun nuansa sejarah disana, apalagi bukti sejarah. Yang ada hanya cerita dari dongeng ke dongeng yang didapat dari alam mimpi. Yang ada hanya patung macan berwarna putih dan hitam yang dimaksudkan menghormati Siliwangi, dengan cara mendompleng nama besarnya.

Teman ane yang masih ada keturunan dari Prabu Siliwangi kecewa berat, karena maksud kedatangannya ke tempat ini adalah bukan untuk ngikutin ibadah agama Hindu, melainkan menyusuri tapak sejarah leluhurnya yang katanya ada hubungannya dengan pura ini. Melalui promosi, pura ini disebut-sebut tempat petilasan Prabu Siliwangi, pernah disinggahi Prabu Siliwangi, pernah ada istana di atasnya, ada batu menyan, bahkan di titik inilah Prabu Siliwangi moksa. Ternyata, tanah disekitar situ dibeli dan dibangun oleh orang luar (Bali) untuk dibangun pura Bali. Jadi memang bukan tempat petilasan Prabu Siliwangi, bahkan TIDAK ADA KAITANNYA SAMA SEKALI DENGAN PRABU SILIWANGI yang menganut Sunda Wiwitan. Yang terkesan justru mendompleng dan bisa mengeruhkan sejarah, yang hanya jadi dianggap sebagai penghinaan secara halus.

Alangkah bijak apabila pura itu tidak lagi mengaitkan keberadaannya dengan dengan sejarah, dengan Sunda Wiwitan maupun Pajajaran, dan juga dengan situs-situs bersejarah lainnya yang tersebar di sekitar Gunung Salak, untuk dalih/alasan apapun. Pura ini pura hindu Bali. Ini bukan Sunda Wiwitan. Periksa saja nama-nama pengelolanya/pemangkunya, itu semuanya nama Bali. Jadi ini Bali, bukan Sunda Wiwitan. Atau mungkin maksud Hindu Bali mengait2kan dengan sejarah Prabu Siliwangi agar mendapatkan hati sehingga maksud untuk mendirikan pura itu bisa diterima oleh pemerintah dan masyarakat termasuk masyarakat Sunda Wiwitan? Sunda Wiwitan itu kan bukan Majapahit.
Orang-orang non Hindu yg datang kemari tentunya karena tertarik, karena disebut-sebut sebagai tempat bersejarah apalagi yg ada kaitannya dengan Pajajaran, dengan Prabu Siliwangi, dsb, karena ada rasa bangga dan menghormati leluhur orang Sunda. Tapi apa yg ditemui, jauh dari harapan. Entah ada maksud apa dibalik itu semua, yg pasti sejarah janganlah diubah-ubah.
Hanya karena tempat itu dibeli dan berdiri di kaki Gunung Salak, bukan berarti tempat itu adalah bukti sejarah yang boleh dipelihara dan dilestarikan.
Gimana menurut ente?

Thread ini ane buat bukan untuk membahas masalah agama tertentu ataupun suku tertentu, melainkan meletakkannya pada bingkai SEJARAH dan meletakkannya lagi pada tempatnya. Jika ini murni sebagai tempat ibadah umat Hindu Bali, yang memang sengaja dibangun sebagai rumah ibadah , akan sangat bisa diterima kalau tidak mencampur adukkan dengan sejarah dan kepercayaan leluhur Sunda, yang tak lain hanya akan diterima sebagai bentuk dari mendompleng dan merekayasa sejarah orang lain. Kita bisa liat di Bali, bahwa budaya Hindu Bali yang bila diletakkan pada tempatnya, berhasil terjaga kelestariannya, karena mereka berdiri di atas identitas mereka sendiri. Salut.

0
40.3K
91
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan