triiasAvatar border
TS
triias
kisah sedih penjaga sekolah diputus kontrak yang cuma makan garam
KISAH sedih dunia pendidikan di Kota Bekasi masih panjang.


Selain Maman Supratman yang bikin heboh media massa karena mendadak dikunjungi Mendikbud Anies Baswedan karena 74 tahun jadi pegawai honorer,
Kali ini kisah yang lebih memprihatinkan dialami penjaga SMP Negeri 16 Narogong,
Kota Bekasi bernama Suprapto yang di sekolah akrab disapa Pak Kowo.
Sejak honorarium dari Pemkot diputus tanpa sebab yang jelas setahun lalu, kehidupannya benar-benar memprihatinkan. emoticon-Berduka (S)

Pak Kowo bersama istri lebih sering makan hanya ditemani garam karena ketiadaan uang untuk beli lauk.
“Sehari, seminggu atau sebulan mungkin masih bisa kita anggap sebagai cobaan. Namun, ini sudah setahun, saya sudah lebih dari cukup untuk bersabar,” keluh Pak Kowo ketika ditemui di samping ruang office boy sekolah tersebut baru-baru ini.

Yang menjadi pertanyaan besar Pak Kowo, sekolah tempatnya mengabdi hampir 20 tahun ini, terkesan tidak ada upaya untuk memperjuangkan hak-hak honorarium sebagai TKK (tenaga kerja kontrak).
Badannya kurus-kering, namun sehari-hari Pak Kowo dikenal sebagai pegawai yang rajin.
Malah sering ketika badan sedikit sakit, ia tetap memaksakan diri untuk bekerja.
Karena kalau tidak kerja, ia tak tahu akan dapat uang dari mana lagi.
Selain itu, kalau ia tidak masuk, entah akan seperti apa kondisi kebersihan di SMPN 16 tempatnya mengabdi selama ini.
Dalam kondisi apa pun ia sudah harus datang ketika orang lain belum datang.

Ia menyapu kelas, halaman, lapangan sekolah, bahkan bersih-bersih WC. Ia baru bisa pulang ketika semua sudah pulang.“Biasanya selepas maghrib ketika semua sudah pulang saya baru pulang,” tegasnya.
Sehari-hari praktis waktunya sekitar 13 jam harus dihabiskan di sekolah. Ia begitu sedih ketika pengabdiannya yang tulus dan ikhlas ini ternoda oleh imbalan yang tanpa sebab yang jelas tiba-tiba diputus begitu saja.

Pak Kowo mengaku sudah menanyakan masalah ini pada kepala sekolah dan kepala TU. Namun, mereka selalu kompak menjawab, “Ini kebijakan Pemda. Itu saja,” katanya menirukan.
Pria berkacamata tebal ini juga sudah mencoba mencari tahu ke sana kemari, namun hasilnya masih nihil.
Sebuah sumber menyebut honorarium Pak Kowo dihentikan karena faktor usia yang kini sudah 53 tahun.
Namun, benarkah hanya itu? emoticon-Berduka (S)

Bila merujuk pada petugas seperti dirinya yang bertugas di sekolah yang sama dan usianya jauh lebih tua, namun tidak mengalami nasib seperti dirinya, ia merasa ada ketidakadilan yang menimpa dirinya.
Terlebih, kalau merujuk pada nasib guru honorer seperti Maman Supratman dari SMPN 17 Pondok Gede yang ternyata masih mendapatkan penghargaan dari Pemda.
Yang menjadi pertanyaan berikut, kenapa pemutusan honorarium itu tidak disertai secuil surat keterangan? Merujuk ketika dirinya diangkat menjadi TKK (tenaga kerja kontrak) di Pemkot Bekasi dan ada Surat Keputusan (SK)-nya, ia yakin kalau memang benar dirinya ‘dipecat’ pasti juga ada selembar SK-nya.
Penyebab pemecatan itu pun tentu disertakan.

Sejauh ini sebenarnya Pak Kowo tidak pernah menuntut macam-macam, apalagi berharap diangkat jadi PNS. Baginya, diangkat menjadi TKK dengan honorarium Rp1,1 juta/bulan ia sudah bersyukur karena bisa menopang hidup keluarganya.

Namun, diakuinya, sejak pemutusan honor dari Pemkot Bekasi itu ia benar-benar terpukul. Ia tidak punya penghasilan tetap lagi di sekolah. Satu-satunya harapan hanya dari belas kasihan para guru yang meminta bantuannya membeli makanan atau fotokopi.
Beban hidupnya semakin berat karena satu-satunya harta yang dimiliki hanya sebuah sepeda angin butut yang dibeli dari hasil menabung istrinya.
Ia pernah ‘bermimpi’ bisa kredit motor dan beli rumah sendiri. Namun, kini harapan itu benar-benar tinggal harapan kosong.

“Dulu ketika dapat honor aja bingung membaginya untuk biaya hidup, apalagi sekarang nggak dapat honor Pemda lagi,” katanya.

Kini, ia juga tak bisa mengharapkan apa-apa lagi dari istrinya yang hanya jadi kuli cuci-gosok dengan penghasilan yang tidak menentu. Yang terpenting baginya tiap bulan ia masih bisa bayar sewa rumah.

“Sekarang masih bisa bayar, tapi nggak tahu besok gimana kalo nggak ada lagi buat ngontrak,” kata Pak Kowo yang mengontrak rumah kecil di dekat sekolah Rp500 ribu/bulan.

Demi perjuangannya agar tidak diusir pemilik rumah kontrakan, Pak Kowo dan istri begitu sering makan nasi hanya ditemani garam. Menurut kerabat di sekolah, Pak Kowo sering bisa makan enak kalau ada makan bareng di sekolah.
Itu pun kalau ada yang merasa iba dengan ekonominya yang senin-kemis itu. Sebab, lebih sering pegawai kecil seperti dirinya -- terlebih masih honor -- hanya dipandang sebelah mata pihak sekolah. emoticon-Berduka (S)

“Soal itu, saya nggak terlalu peduli. Yang saya inginkan hanya agar hak-hak saya harus dikembalikan. Itu saja,” katanya.Melihat kasus Kowo, Jumat (5/12) pagi saat melakukan ‘sidak’ di SMPN 16 Kota Bekasi, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi meminta kepada Kepala SMPN 16 Kota Bekasi,Siti Roro Suryasih, secepatnya menyesaikan masalah ini.
“Paling lama seminggu lagi laporannya sudah saya terima,” pinta Wali Kota.

Pak Kowo yang sehari-hari jarang makan siang karena ketiadaan uang itu pun, siang itu mendadak sumringah.
Setidaknya, ada sedikit harapan dirinya kembali mendapat honorarium yang selama ini entah nyasar ke mana. Semoga... emoticon-Berduka (S)(b-1)


Sumber : [url]http://bekasipos.com/index.php/metro-bekasi/pendidikan/1963-kisah-pilu-enjaga-smpn-16-kota-bekasi--hoor-diputus-makan-cuma-pakai-garam.html [/url]
Diubah oleh triias 08-12-2014 15:45
0
8K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan