Selamat siang agan-agan sekalian. Ini pertama kalinya ane posting thread di sini. Semoga dalam thread ane kali ini, saya bisa belajar dari agan-agan semua.

Awalnya saya dipertemukan dengan dia (cewe ane) tahun 2013. Dicomblangin sama salah satu temen ane SMA hehehheh, yang kebetulan juga teman seprofesinya yaitu guru. Dan ane cuma karyawan perusahaan swasta. Awal perkenalan biasa aja, nothing special. Tetapi, yang special adalah dia mau ikut setiap kali ane mau riding kelayapan .

Ane skip langsung. Selama perjalanan pacaran kami, yang hampir mencapai 2 tahun. Ane cukup tau karakter dia. Dan selama perjalanan kami pun saya sering sekali mendengarkan keluhan-keluhan dia sebagai guru. Jujur disini ane juga kurang mengerti secara detil systemnya gimana. Jadi ane pelajari secara perlahan dari setiap keluhan-keluhan dari dia dan temanya (mak comblang ane gan)

Calon bini (cabin) cuma seorang guru honorer gan, di sebuah Mts swasta di daerah Tangerang. Yang kebetulan deket sama kos-kosanya. Alhamdulillah, dia termasuk guru ber-sertifikasi (bukan sombong ya gan ) dari Kementrian Agama (klo ga salah ya gan). Menurut dia, sertifikasi dibagi jadi 2, 1 dari kemenag dan 1 lagi dari Diknas (CMIIW). Keduanya sama, bedanya hanya dalam rentang waktu pemberian “gaji Negara” saja gan. Kalo ga salah, untuk sertifikasi, syaratnya harus ikut tes dan harus memiliki jam ngajar 24 jam (CMIIW). Jadi kalo dari satu sekolah ga cukup jamnya, harus nyari jam kosong di sekolah lain gan.

Ane skip lagi gan. Dari setiap keluhan-keluhannya, ane sangat tau apa yang dirasakannya. Hasil jerih payah selama berbulan-bulan, yang diingin-inginkan, ternyata dia harus RELA “BERBAGI” dengan orang lain. Kenapa saya bilang “BERBAGI”? Karena cabin harus “menyetorkan” sejumlah nominal (500rb – 800rb)ke Kepala Yayasan tempat dia ngajar. Mungkin buat orang lain nilai segitu wajar. Tapi buat dia ( dan temen2 guru lainnya) pasti sangat besar. Ingat gan, menurut dia “setoran” ini bukan hanya dia, teman-teman guru yang lain juga.

Ane sempat panas gan. Ane bilang, “ga usah dikasih, itu hak kamu kok”. Dia bilang “ ga bisa mas. Kepala sekolah ngancem ga akan tanda tangani berkas pemberkasannya nanti”. Gggggrrrrr….gemes ane gan!!!

Dan ada satu lagi gan, guru ada semacam “tunjangan” (ane lupa bahasanya pas ngetik ini. Antara intensif, ato apa gitu). Cabin harusnya memang dapet tunjangan itu, tapi lagi-lagi dijegal sama Kepala Yayasan. Menurut kepala yayasan versi cabin, “ibu kan dah dapat sertifikasi, bagi-bagi yang lainlah”. Ane ga ada masalah dengan bagi-bagi yang lain, tapi menurut ane itu ga pas aja. Caranya itu loh. Kenapa? Perlakuan barusan Cuma dialami sama cabin+1 guru laki disana. Menurut cabin, “apa karena aq sama dia bukan orang pribumi situ ya?”. Fyi…cabin dan teman laki-laki itu orang jawa gan (sama sekali ga bermaksud SARA ya gan ). Apakah ini ada unsur diskriminasi diskriminasi?

Ane cm speechless sampe disini gan. Bingung juga. Ane juga sempet tanya-tanya sm temen kantor yang punya sodara/kolega guru. Ternyata memang sebagian besar memang mereka dapat perlakuan yang sama kayak cabin ane.

Ane sempet usulin untuk ngaduin ke pihak terkait, tapi cabin takut gan. Maklum, perantauan. Disini ga ada sanak saudara. Takut kenapa-napa. Dan ane pikir, sama-sama ngedipin mata (if you know what i meant) Akhirnya Cuma bisa ngikhlasin. Plus pinter-pinter manage keuangan.

Menurut agan-agan sekalian giman? Apa yang harus kami lakukan? Ato dari agan-agan ada yang mengalami hal yang serupa? Trs apa yang agan lakukan untuk ngadepin hal kayak gini?

Terima kasih buat agan-agan udah baca curhat ane. Dan maaf ane ga bisa kasih foto pendukung dan sumber terpercaya. . and trust me, it's real. Soalnya saat ane ngetik ini, sebenernya ane lagi bantu cabin buat ngurus pemberkasannya.

Semoga ini bisa jadi share pengalaman buat kita semua.

Updated:

* terima kasih saranny agan qwerbom buat edit judulnya
** pagi-pagi bangun tidur dapet kabar ga ngenakin