Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pojotakbertuanAvatar border
TS
pojotakbertuan
“Susahnya jadi Presiden RI……….” kata Jokowi.
Jadi pemimpin memang tidak mudah. Apalagi jadi presiden sebuah negara dengan jumlah penduduk 250 juta yang tersebar di 17 ribu lebih pulau lebih. GNP kita belum nyampe 2000 dollar Amerika. SDM kita dilihat dari persebaran pendidikan, masih rendah, bahkan ditingkat Asean, masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Pertumbuhan ekonomi tidak merasa; banyak orang kaya, tapi yang miskin jauh lebih banyak.

Soeharta berkuasa selama 32 tahun, tapi tidak meletakkan dasar yang kuat pada bidang-bidang tersebut. Berbeda dengan apa yang Lee Kuan Yue di Singapura dan Mahathir Muhammad di Malaysia. Ketiganya sama-sama lama jadi presiden, tapi “bekas” yang ditinggalkan berbeda. Memang Singapura dan Malaysia tidak sebesar negara Indonesia, tapi tidak ada yang menyangkal bahwa sumber daya alam Indonesia juga lebih banyak.

Setelah masa reformasi, di tengah euforia berdemokrasi, presiden datang dan pergi. Mulai Habibie, Gus Dur, Megawati, lalu selama 10 tahun dipimpin oleh SBY. Seharusnya, setelah 32 tahun Soeharto gagal meletakkan dasar yang kuat hampir di semua bidang, masa-masa SBY harusnya bisa lebih baik. Tapi “kekacauan politik” dengan segala efeknya yang terjadi selama 10 tahun ini belum menghasilkan situasi seperti yang diharapkan banyak masyarakat. Memang terjadi peningkatan di bidang ekonomi dan di bidang hukum dengan terbentuknya KPK. Tapi fakta menunjukkan bahwa kehadiran KPK tidak membuat kasus hukum yang menjerat pejabat negara menjadi lebih sedikit.

Terpilihnya Jokowi adalah manifestasi dari sebuah mimpi besar sebagian rakyak Indonesia akan terciptanya bangsa yang makmur, aman, dan sejahtera. Banyak yang berharap mimpi besar itu menjadi nyata, the dreams come true. Tapi banyak juga ( dengan alasan masing-masing) yang berharap Jokowi akan gagal. Jika mau jujur, Jokowi terpilih jadi presiden di tengah keadaan yang dilakukan “amburadul” di segala bidang;

Jokowi dibesarkan oleh partai yang dianggap punya track record kurang baik. Jokowi dikelilingi oleh orang-orang yang lebih ingin “mengambil” daripada :memberi”. Jokowi dikelilingi oleh orang-orang yang ingin “mempolitikkan" semuanya, termasuk memilih menteri, kapolri, jaksa agung. Jokowi memerintah di saat politik menjadi raja yang seolah mampu memecah bangsa ini untuk mengelompokkan seseorang menjadi KMP atau KIH, Panastak atau Panasbung, Lovers atau haters.

Oleh media pendukung Jokowi sudah terlanjur digambarkan dan menggambarkan diri sebagai “manusia super” yang bisa mengubah semua keamburadulan itu. Bahkan, kalau perlu dalam waktu sekejab. Oleh media penentang Jokowi digambarkan sebagai sosok penipu, jongos, mencla-mencle, dan hanya boneka orang-orang di sekelilingnya.

Apapun alasannya, saat ini Jokowi yang jadi presiden. Jokowi memang harus belajar bahwa ternyata lebih mudah memecahkan masalah di atas kertas daripada di lapangan. Jokowi harus belajar bahwa dari semua yang susah, yang paling susah adalah membuat puas semua orang. Jokowi harus belajar, memang lebih mudah bicara daripada merealisasikannya.

Dan kita sebagai rakyat, juga harus belajar sabar, belajar memahami, dan belajar menyadari jika nanti kenyataannya kita salah memilih, kita berharap terlalu banyak pada orang yang tidak tepat.

Dan kita sebagai rakyat, juga harus belajar menghargai bahwa nanti hasil yang sedikitpun tetap lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

Saat ini, kita masih bermimpi.....
0
6.2K
85
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan