Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

WarungDJAvatar border
TS
WarungDJ
[SHARE] MINYAK DUNIA TURUN , MENGAPA BBM NAIK ??
WELCOME to my thread

Tanpa Basa-Basi , kita langsung mulai saja


Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa harga
BBM sudah naik ke angka 8,500 rupiah per liter untuk
bensin premium dan 7,500 rupiah untuk solar.
Berbeda dengan proses kenaikan BBM di era SBY, di
pemerintahan Jokowi jumlah pro dan kontra nyaris
sebanding. Dinamika partai politik pengusungpun tak
sepenuhnya bulat mendukung kenaikan. Entah apakah
by design atau memang murni aspirasi pribadi,
beberapa politisi pendukung Jokowi menyuarakan
menolak kenaikan.

Atmosfir pilpres masih kental seolah kampanye belum
usai. Pendukung Jokowi hampir semuanya mendukung
kenaikan BBM, sementara yang tidak memilih Jokowi
pada pilpres lalu punya kesempatan untuk menyindir
atau nyinyir, sekedar menyampaikan kekesalan pada
rekan-rekan pendukung Jokowi.


Di balik drama kenaikan BBM ini, ada bumbu penyedap
berupa isu yang membentuk opini publik bahwa
sebenarnya pemerintah tidak perlu menaikkan BBM.
Wakil mentri keuangan Malaysia, Ahmad Maslan
diberitakan oleh banyak media di Indonesia terkait
komentarnya, bahwa beliau akan mengemukakan
rencana penurunan harga BBM.
Sontak berita tersebut disambut meriah, mungkin
karena kita terlalu sering mendengar berita negatif jika
berhubungan dengan Malaysia. Entah berita tersebut
benar atau tidak atau apakah ada berita yang
disampaikan sepotong, namun yang jelas jauh sebelum
berita ini mencuat, 'rakyat oposisi' di Malaysia sudah
memprotes dan menuntut penurunan harga BBM.
Namun perdana mentri Najib Tun Razak seolah tidak
mendengar pertanyaan tersebut dan mentri
perdagangan dalam negeri, Hasan Malek menyatakan
tidak bisa menurunkan harga BBM. Harga RM 2.30 (8,500
rupiah) akan tetap berlaku setidaknya sampai Juni 2015.
Jadi sebenarnya komentar Ahmad Maslan terlalu
didramatisir oleh media dalam negeri dengan judul
"Malaysia bersiap turunkan BBM". Padahal kalau mau
jujur, komentarnya tak beda jauh dengan politisi
pendukung Jokowi yang menolak kenaikan BBM.

Persis seperti saat Jokowi masih sedang kampanye,
Perdana Mentri Malaysia memang tidak bisa
menjanjikan BBM turun meski rakyat pendukungnya
banyak menginginkan hal tersebut. Malah Najib Tun
Razak secara terbuka menyampaikan akan menaikkan
harga BBM secara bertahap 20 sen setiap 6 bulan sekali.
Walaupun sainganya Anwar Ibrahim sudah dengan
berani menyatakan "hari ini partai oposisi menang,
besok BBM dan tol turun" tetap saja tidak bisa
mengalahkan partai pemerintah dan Najib tun Razak
secara otomatis tetap menjadi Perdana Mentri Malaysia.
Ini berbeda dengan Prabowo yang tetap rasional saat
kampanye. Beliau juga sempat menyatakan akan
menaikkan harga BBM di atas 10,000 bahkan beberapa
media mencatat 12,000 rupiah sebagai angka ideal. Tapi
saat Jokowi menaikkan harga BBM menjadi 8,500,
masyarakat yang tidak mendukungnya seolah lupa
bahwa siapapun yang jadi presiden, menaikkan BBM
adalah keniscayaan di negara importir.
Politik tanah air yang sedemikian dinamis menimbulkan
banyak polemik. Mungkin kita juga masih ingat ketika
banyak 'orang atas' menginginkan SBY untuk menaikkan
harga BBM. Tentu dengan bebagai alasan. Namun SBY
dengan gagahnya menolak dan bahkan seolah
'memprovokasi publik' bahwa ada intervensi dari
kalangan luar istana.

Kejadian tersebut menjadi menarik karena Malaysia
menaikkan harga BBM pada 2 Oktober lalu. Mungkin ini
juga enggan dibahas oleh media kita, karena hanya ingin
memberitakan sesuatu yang bombastis dan terkesan
membodohi. Malaysia justru menaikkan BBM saat harga
minyak dunia sedang dalam tren menurun secara
berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir.
Beban menjadi rakyat Malaysia tidak hanya 'hadiah
buruk' kenaikan BBM, karena tidak lama sebelum
menaikkan BBM Perdana Mentri Malaysia menetapkan
bahwa GST 6% (Goods and Services Tax) akan
diberlakukan pada April 2015. Sedikit tentang GST,
barang-barang yang terlibat tentunya adalah RON95,
Diesel, LPG, listrik di atas 300kwh, buah lokal dan impor,
roti, teh, kopi, mie, 30 jenis penyakit dan bahkan koran
serta media.

Jika difahami secara menyeluruh, selain berencana terus
menaikkan BBM Malaysia juga berencana meningkatkan
pendapatan negara melalui GST. Berhubung rencana
pemerintah Malaysia menetapkan harga BBM RM 2.30
(8,500 rupiah) sampai Juni 2015 maka memang ada
kemungkinan BBM kembali dinaikkan menjadi RM 2.50, 2
bulan setelah GST diberlakukan. Jadi selain kenaikan
harga barang pokok yang termasuk dalam GST,
pemerintah Malaysia masih ada kemungkinan kembali
mengurangi subsidi BBMnya yang secara 'adat' akan
menaikkan harga barang.
Dari kalkulasi sederhana, bisa kita lihat sebenarnya
Malaysia juga kewalahan untuk menaikkan harga BBM.
Namun karena ingin ada variasi, kemudian
diberlakukanlah GST. Meskipun rencana ini sudah
direncanakan akan berlaku sejak 2011, namun baru bisa
dilaksanakan pada 2015. Ya ini hanya logika pribadi saya
saja.


Keputusan pemerintahan Jokowi menaikkan BBM saat
ini justru sebenarnya adalah keputusan yang terlambat.
Meski memang keputusan SBY tetap menahan agar BBM
tidak naik di akhir jabatanya juga tidak bisa dibilang
kesalahan. Secara psikologi, hal ini dilakukan untuk
menjaga stabilitas emosi masyarakat karena selain masa
pilpres, karena saat itu kita sedang menyambut hari
besar idul fitri dan tahun ajaran baru. Tapi menarik
untuk menyimak pernyataan Faisal Bashri bahwa dalam
9 tahun terakhir subsdidi BBM kita lebih besar dari
defisit APBN. Secara tidak langsung bisa dikatakan
subsidi BBM kita didapat dari hutang pemerintah. Bisa
dibaca pada tulisanya berjudul "memaknai tim
pemberantasan mafia migas" di kompasiana.


Dukungan dan harapan rakyat yang sangat besar
terhadap Jokowi bisa dijadikan alasan mengapa seolah
pemerintah terburu-buru menaikkan BBM, padahal
mereka baru saja menjabat. Selain faktor psikologis,
pastinya ada 'hitung-hitungan' berupa angka-angka yang
bisa membuat tulisan ini menjadi beberapa episode.
Tapi sebelum kita sama-sama pusing dan harus
membuka buku-buki tebal, saya akan coba menjelaskan
sesederhana mungkin mengapa BBM justru naik
padahal harga minyak dunia turun? Pertanyaan ini juga
banyak diperbincangkan oleh rakyat Malaysia yang
sayangnya mereka lebih suka menghujat daripada
berpikir. Ya sama lah seperti kita.

Jelas kita tidak bisa mengabaikan harga minyak dunia
yang turun, meski sebagian pendukung Jokowi terkesan
acuh dengan dalih bahwa harga minyak dunia bukanlah
harga BBM di negeri ini, karena saat ini kita disubsidi.
Kalau kata bung Rhoma, gali lobang tutup lobang. Walau
bagaimanapun sejarah mencatat harga minyak dunia
tersebut selalu menjadi alasan -atau katakanlah kambing
hitam- dari naiknya harga BBM dalam negeri.

Berikut ini catatan kenaikan BBM di Indonesia.
●Maret 2005, premium 1,810-2,400
●Oktober 2005, premium 2,100-4,500
●2008, premium 4,500-6,000
●2009-2012, premium kembali ke 4,500
●2013, premium 4,500-6,500

Jika dilihat dan dibandingkan dengan chart harga minyak
dunia, tentu saja ini sangat berkaitan. Bahkan saat SBY
menurunkan harga BBM kembali pada 4,500 sebenarnya
bukan hal yang wah. Malah sebuah kewajaran yang
seharusnya bisa lebih rendah dari itu. Alasan mengapa
Indonesia sangat bergantung pada harga minyak dunia
adalah karena kebutuhan konsumsi BBM meningkat
sementara cadangan minyak kita menurun. Dalam kurun
waktu 12 tahun terakhir, impor BBM Indonesia
meningkat 11 kali lipat. Mungkin kita perlu menggaris
bawahi kata impor tadi.

Harga minyak ini sebenarnya mirip sekali dengan emas
dan harga komuditas lainya. Dimana harganya akan
selalu naik dari tahun ke tahun. Orang-orang desapun
pasti tau kalau mereka membeli emas, beberapa tahun
setelahnya tidak akan pernah rugi jika dijual lagi. Dalam
istilah bursa saham, hal ini disebut sebagai trend line
dimana trenya sudah dipatenkan serta dipastikan untuk
selalu naik. Tidak seperti komuditas yang bisa dibudidaya
atau dikembangkan, emas dan minyak tidak bisa dicipta
sehingga secara teori ekonomi dimana harga barang
akan pasti naik karena permintaan meningkat sementara
persediaan terbatas.

Dari logika sederhana ini kemudian bisa kita simpulkan
bahwa tidak akan ada faktor penyebab yang bisa
membuat harga minyak turun, kecuali hanya 'ritual
wajib' dari dinamika pasar.

Untuk tau apakah harga minyak akan naik atau turun,
tentu saja tak perlu analisa fundamental dan teknikal
ataupun ragam warna indikator, karena sekali lagi trend
line harga minyak dipastikan akan terus naik. Sehingga
titik-titik terendah sebuah harga dari waktu ke waktu
hanya akan membentuk garis vertikal menanjak. Hal
inilah yang kemudian secara sepihak saya sebut sebagai
ritual wajib dari dinamika pasar, dimana harga turun
hanya untuk membentuk titik support yang lebih tinggi
dari periode sebelumnya. Setelah itu akan kembali
berjalan ke titik resistance dan mencipta resistance yang
baru, itu artinya harga akan berada di titik yang lebih
tinggi dari rekor yang pernah dibuat.
Beda minyak dan emas adalah pada fungsi dan
kebutuhan. Setiap hari kita membutuhkan minyak,
sehingga tidak bisa seenaknya untuk menaikkan atau
menurunkan harga mengikuti dinamika pasar seperti
halnya jual beli emas di toko. Penyesuaian harga BBM
dengan menaikkan atau menurunkan harga akan
berdampak secara menyeluruh kepada ekonomi serta
stabilitas keuangan sebuah negara. Sehingga sedikit saja
salah menentukan harga, maka anggaran negara untuk
BBM akan menjarah banyak alokasi dana untuk sektor
lain. Sebab walau bagaimanapun pemerintah harus
menjamin ketersediaan BBM karena dibutuhkan setiap
hari, sementara harga bergerak dinamis.

Untuk itu pemerintah harus 'berhitung' tentang harga
minyak dunia, berikut analisa prediksi dan
kemungkinanya, barulah kemudian bisa menetapkan
harga BBM. Kemudian juga melihat kondisi sosial
masyarakat, serta kebutuhan BBM yang kebetulan juga
memiliki trend line menanjak tanpa titik support.
Jelas sebuah kesalahan jika terus menahan harga BBM
dan baru dinaikkan tahun depan. Sebab tidak lucu juga
jika pemerintah 'menunggu' Januari karena di sana ada
event nasional dan tutup tahun. Sementara menunggu
hingga April atau Juni bisa saja harga minyak dunia
sudah naik. Sementara popularitas, dukungan dan
tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan
Jokowi bisa saja sudah menurun sehingga beresiko
terjadi penolakan yang sangat besar.
Jadi untuk menghindari semua itu, pemerintah
menaikkan -atau istilah mereka mengalihkan subsidi-
BBM, karena masyarakat masih bersemangat dengan
pemerintah yang baru dan sekalipun ada demo atau
penolakan, tidak akan terlalu besar. Dari sisi prasangka
buruk, mereka yang berdemo 'didanai' oleh elit parpol
atau sebagai eksistensi.


Sementara dari kacamata analisa harga, angka USD 75
perbarel saat ini sudah cukup ideal bagi pasar untuk
kembali naik pada beberapa bulan ke depan. Meski
menurut saya yang belum pakar ini, ada kemungkinan
harga akan menyentuh pada angka USD 65 sebulan dua
bulan mendatang. Baru setelah itu bergerak naik.
Menaikkan harga BBM saat ini bisa dijadikan sebagai
pembentukan mental masyarakat dan pasar agar tidak
terlalu kaget jika nantinya harga minyak dunia kembali
naik, sementara dana subsidi yang sebelumnya
digunakan untuk anggaran BBM bisa dialokasikan untuk
sektor lain seperti pembangunan ifrastruktur dan
sebagainya yang bisa meningkatkan pendapatan negara.
Tentu tidak lucu jika kita baru mau menaikkan harga
BBM saat sudah naik, kemudian saat itu pendapatan
negara belum juga membaik. Sehingga jika itu terjadi,
bisa saja kita akan meniru Malaysia yang tidak cukup
dengan menaikkan BBM tapi juga menerapkan GST
untuk menaikkan pendapatan.

Masih banyak lagi hal yang ingin saya tuliskan, tapi
rasanya ini sudah terlalu panjang. Meski sangat singkat,
semoga bisa difahami.
Sedikit tambahan. Menarik membaca kompasianer
Zulham yang pernah terlibat diskusi mewakili Ioa State
University untuk membahas rencana transportasi kota.
Pada tulisanya "demonstrasi mahasiswa, perlukah
dihilangkan?". Jika kebijakan-kebijakan pemerintah bisa
didiskusikan dengan perwakilan mahasiswa dari seluruh
universitas, dan mentri atau pakar 'menantang'
mahasiswa tersebut untuk menyampaikan aspirasi dan
diskusi atau debat terbuka secara live, pastinya bisa
mengurangi aksi-aksi demo. Karena selama ini mahsiswa
hanya bisa turun ke jalan untuk menyampaikan
aspirasinya. Juga sebagai pembelajaran kepada
masyarakat agar kita semua tambah pintar, bukan malah
digiring oleh berita-berita propaganda dan artikel
'membodohi' hanya karena kepentingan dan perbedaan
pilihan politik.

Mungkin anda masih ingat, Ahok pernah menjawab
langsung 'aspirasi' mahasiswa yang berdemo face to
face sebelum menaiki mobilnya. Dan dengan muka
kebingungan mahasiswa tersebut tidak tau mau
menjawab apa. Bisa saja ini menggambarkan realitas
mahasiswa yang berdemo bukan? Jadi daripada
dibiarkan terus berdemo, ayolah mentri atau pejabat
terkait agar mau sosialisasi turun ke kampus untuk ikut
mencerdaskan. Agar publik juga tau tentang 'beban'
negara ini.


~~~Semoga bermanfaat~~~

Maaf jika thread ane tidak ada pic dan tidak menarik emoticon-Big Grin
Mohon maklum , karna ane ngASKUS melalui browser handphone emoticon-Big Grin

Yang berkenan , boleh diberi :RATE .
Yang setuju boleh kasih ane :Cendol




» Thanks For Looking «
0
2.2K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan