Jadi cowok berambut gondrong itu seru. Rasa pedemu jadi berlipat ganda karena penampilanmu yang beda dari cowok Indonesia pada umumnya. Orang lain juga memperlakukanmu “spesial”. Banyak yang tertarik pada rambutmu, terutama kalau bagusnya nggak kalah dari rambut cewek.
Tapi, ada banyak perjuangan yang mesti kamu lalui untuk mendapatkan rambut panjang yang ideal. Memanjangkan rambut bagi cowok butuh kesabaran dan tekad luar biasa.

Agan boleh aja bermimpi punya rambut gondrong. Tapi ingat ya, kalau agan masih SMA, itu bakal cuma jadi mimpi. Sebagian besar SMA di Indonesia melarang siswa cowoknya memanjangkan rambut. Alasannya: berantakan! Kumal! Kayak orang yang gak punya uang buat cukur rambut!

Di SMA ane, rambut yang udah menyentuh daun telinga bakal langsung harus digunting. Ane Siswa-siswa yang keras kepala dan gak mau potong rambut bakal dijewer guru dan dipotong paksa rambutnya.

Kelas III SMA, Ane sama seperti anak-anak lain yang mau cepet-cepet lulus dan langsung kuliah. Tapi, motivasi Ane spesial. Ane mau cepet-cepet lulus karena udah ngebet pengen manjangin rambut. Udah muak rambut ini dipotong dengan alasan kerapian dan keseragaman!

Bahkan di sela-sela UN pun ane udah membayangkan: gondrong model apa ya rambut ini nanti? Lurus, bergelombang, keriting? Penasaran

Kata mereka yang udah pernah gondrong, sampo ini cukup manjur membuat rambut seseorang jadi lebih cepat memanjang. Mungkin sugesti mereka aja kali.

Oh ya, ternyata “METAL” itu kepanjangan dari “MErawat toTAL” ya? Alay juga ini sampo.

Mau ngubah rambut dari cepak ke gondrong? Rambut lo gak bakal langsung panjang, Braaaay! Harus sabar berbulan-bulan sebelum gondrongmu keliatan.

3 – 6 bulan pertama merupakan waktu yang paling menyiksa bagi cowok yang berusaha memanjangkan rambut. Selain risih pengen potong, selama enam bulan itu rambutmu juga bakal keliatan awut-awutan. Panjangnya masih nanggung, dan itu bikin tampangmu lusuh, gak rapi, atau dalam satu kata…jelek!

Ane memang gak pernah bilang ke keluarga kalau ane mau gondrong. Wajar aja mereka kaget begitu saya pulang dari perantauan.

Kalau agan curiga bahwa orang tuamu gak bakal setuju, jangan cerita-
cerita soal rencanamu manjangin rambut. Kalau bisa, begitu pulang rambutmu udah gondrong aja gitu. Kalau bisa sih.

Wajar kalau pacar agan protes. Soalnya, dia selalu menjadi korban sebatan rambut saya ketika kami berboncengan naik motor.

Di bayangan agan, agan bagaikan seorang kepala suku Indian yang cool dan gak banyak omong.

Harapan ane sih punya rambut gondrong ala anak-anak metalcore lurus dan hitam legam. Yah, yang tumbuh di kepala ane ternyata rambut Hagrid…

Yaudah lah. Udah capek-capek manjangin, masa’ mau langsung dibebat habis? Saya pun langsung bikin komitmen buat merawat rambut supaya lebih elok.

Shampo, kondisioner, leave-on, vitamin, cem-ceman, krimbat dan macam-macam: SEMUA DIJABANIN! Gak apa-apa, demi rambut yang sehat dan indah terawat.

Sedih lihatnya. Ada investasi besar di tiap helai rambut yang rontok. Rontoknya gak pandang tempat, lagi: bisa di atas kasur, di kamar mandi, bahkan di kampus. Gah! Dan kenapa rambut bisa bercabang, deh? That’s gross. Mungkinkah karena rambut ini gak sehat?

Kalau pernah krimbat di salon, mungkin agan bakal paham cerita Ane di bawah ini.

Atas saran teman-teman cewek, ane meng-krimbat rambut di salon agar dia terawat dan sehat. Di salon, rambut ane dicuci dan diberi krim, lalu kulit kepala saya dipijat. Gak lupa ada alat pemanas yang entah apa namanya nangkring di atas kepala. Di akhir sesi krimbat, Mbak Salon pun bertanya:

Mbak salon : “Mas, rambutnya mau di-blow gak?”

ane : (sotoy) “Oke Mbak, di-blow aja biar cepat kering!”

Saya kira “blow“ hanyalah alat blower yang ngeluarin panas dan bikin rambut cepat kering. Ternyata lebih dari itu, blow merupakan usaha untuk membuat rambut menjadi indah gemulai. Alhasil, Hagrid pun berubah menjadi Anggun C. Sasmi dalam waktu sekejap.

Rasanya malu banget pas keluar salon. Saya berusaha menggulung rambut yang terurai itu sambil berlari ke parkiran.

Kadang kesal juga sih, dipanggil sembarangan sama orang yang gak kita kenal. Paling sering tukang parkir yang begini. Mending kalau dipanggil “Mbak” atau “Non”. Ini masa’ dipanggil “Ibu”? Iba-Ibu! Ibu Kos-mu kali!!!

Terutama konser musik beraliran metal. Agan bisa headbang sesuka hati dan gak akan malu-maluin kalau rambut agan emang benar-benar panjang, soalnya muka agan gak bakal keliatan. You’re gonna be the coolest guy in the moshpit.

“Aku kesel sama kamu.”

“Lah? Kenapa?”

“Soalnya rambutmu lebih bagus dari rambutku.”

“-___-“

#HEHE

Kalau gondrong agan sudah bagus dan terawat, bukan sekali-dua kali teman-teman cewek agan akan menyatakan keirian mereka pada agan. Warnanya legam atau gelombangnya bagus, kata mereka. Kadang ada juga sih yang memuji sambil sedikit menyindir

Cewek : “Ih, rambutnya bagus banget. Ekstensi di salon mana, Mas?”

Cowok : “Ini asli, Mbak…”

Biarpun nadanya nggak enak, itu tetap pujian kok. Nikmati aja.

Rambut gondrong ane harus pergi dengan cara yang mengenaskan

Saya: “Mas, tolong potong ujung rambut saya, ya. Bercabang soalnya.”

Tukang Cukur: “Oke!”

*Ngobrol, ngobrol, ngobrol*

*Ngobrol, ngobrol, ngobrol*

Tukang Cukur: “Wah, Mas, saya motongnya kebanyakan nih. Hehehe…”

Saya: “……………..”

(Saya keluar dari tempat cukur dengan rambut cepak)

Dipanjanginnya butuh 2 tahun, dirawatnya lebih lama lagi. Dipotongnya? 10 Menit. Yaudah lah, gimana lagi? Lebih baik sabar dan menganggap bahwa ini memang waktu yang tepat untuk berpisah dengan rambut gondrong kesayangan itu.

Walaupun butuh banyak sampo, kondisioner, dan minyak cem-ceman untuk merawat rambut agan, walaupun perintah orang tua dan permintaan pacar nggak pernah lelah membombardirmu; walaupun tukang parkir sering ngira agan Ibu-Ibu bertahanlah. Rambut gondrong adalah identitas agan, dan gak ada hal yang lebih mewah di dunia ini selain kebebasan berekspresi dan menunjukkan jati diri.

Kita semua paham suka-dukanya, gan