Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

insanitis37Avatar border
TS
insanitis37
Jokowi, Tongkat Nabi Musa, dan Drama Kabinet
Kitab suci mencatat bahwa tongkat yang diberikan Tuhan pada nabi Musa tidak hanya memiliki keajaiban tunggal namun setidaknya ada 3 kekuatan anatural yang sampai kapanpun tak akan pernah dimiliki tongkat-tongkat lainnya di dunia: membelah lautan menjadi darat, berubah menjadi ular dan bisa mengeluarkan air dari batu.

Pasca pelantikan Presiden, Indonesia dihadapkan dalam sebuah drama kenegaraan, yang seharusnya elitis dan terbatas, namun entah karena apa berubah menjadi sebuah drama rakyat yang “grass root” dan terkesan begitu sehari-hari. Presiden pilih kita Jokowi terjebak dalam kegalauan yang pelik. Ia harus berdiri sebagai kepala negara yang dapat memastikan jajaran menterinya bersih dan siap kerja agar mendapat legitimasi publik. Namun, ia pun tak dapat menghindar dari posisi lain dirinya sebagai politisi yang bertaut dan berutang pada partai dan koalisi yang mendudukannya sebagai presiden, juga yang akan mensupport berbagai kebijakannya kelak.

Sampai akhirnya Tuhan memberikan “tongkat mukjizat” pada Jokowi berupa rekomendasi dari dua lembaga kharismatik: KPK & PPATK. Dengan mendengarkan saran dari banyak pihak, termasuk ketua umumnya sendiri, Ibu Megawati, Jokowi melibatkan secara aktif kedua lembaga ini untuk melakukan screening dan memberikan rekomendasi pada dirinya terkait nama-nama kandidat menteri. Selanjutnya kita akan lihat bagaimana Jokowi tampil layaknya Musa yang piawai memainkan tongkat mukjizatnya untuk menyelamatkan dirinya secara mulus dan elegan dari berbagai serangan dan kondisi yang tak menguntungkan.

Setidaknya, rekomendasi KPK dan PPATK ini berhasil menyelamatkan Jokowi untuk beberapa kepentingan sekaligus, yaitu:
1. Membentuk citra bersih bagi pribadi dan kabinet (pemerintah) yang akan dipimpinnya,
2. Menganulir dengan cantik dan “tanpa peperangan” beberapa nama yang menurut standar etis dan profesional dirinya tidak layak menjadi menteri
3. Mengelak dengan elegan dan “lepas tangan” dari kekuatan intervensi semua ketua umum Koalisi Indonesia Hebat—tidak hanya ketua umum partai pengusung saja--serta kekuatan politik lainnya yang berkepentingan dengan formasi kabinet.

Sebut saja Muhaimin Iskandar, ketum PKB (salah satu partai pendukung Jokowi) yang sedari awal keinginannya untuk duduk menjadi menteri tidak begitu disambut positif oleh Jokowi karena tidak sesuai dengan standar etis dan professional yang dipercayainya (Jokowi tidak menginginkan menterinya rangkap jabatan dengan ketua partai). Dalam tataran wacana etis-professional ini, terlihat sekali perlawanan Cak Imin terhadap kebijakan pribadi Jokowi. Namun setelah Jokowi mengeluarkan tongkat mukjizatnya berupa rekomendasi dari KPK (konon Cak Imin masuk dalam daftar tanda merah KPK) keponakan Gus Dur yang dikenal licin ini pun mengibarkan bendera putih bahkan mendemonstrasikan sikap tanpa perlawanannya ini di akun Twitter pribadinya.

Rekomendasi dua lembaga ini pun menjelma layaknya mukjizat tongkat nabi Musa yang bahkan bisa menyelematkan dirinya dengan mulus dari intervensi partainya sendiri. Kita tahu, PDIP merekomendasikan beberapa nama kadernya untuk mengisi kursi menteri Jokowi: Puan Maharani, Tjahjo Kumolo, Pramono Anung, Eva Kusuma Sundari, Teras Narang dan Hasto Kristiyanto (kecuali Teras Narang, semua nama yang disodorkan partai asal presiden ini lolos dari tanda merah KPK).

Yang paling dramatis dari “tongkat Musa” ini adalah Rini Soemarno. Figur yang namanya tiba-tiba melejit menjadi trending karena dipercaya menjabat sebagai Kepala Staf Kantor Transisi Jokowi-JK dan dipastikan mendapat rekomendasi dari Jokowi sendiri sebagai salah satu anggota kabinet (di beberapa media Jokowi pernah ber-statement bahwa dirinya kenal secara pribadi dan percaya track record Rini), tiba-tiba tersebar kabar bahwa ia terdepak dari formasi kabinet karena disinyalir kuat mendapatkan tanda merah dari KPK. Dia diduga terlibat kasus dugaan korupsi penerbitan Surat Keterangan Lunas (SKL) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), yang kini masih dalam penyelidikan KPK.

Memang pada akhirnya Jokowi hanyalah manusia biasa, tak sesuci Musa yang di-makshum Tuhan, karena itu tak berhak mempunyai mukjizat. Dan memang rekomendasi KPK/PPATK ini pun sama sekali bukanlah tongkat Musa yang bermukjizat, karena mukjizat tak pernah meningglkan ketidaksempurnaan; seperti yang ditunjukkan jelas oleh rekomendasi ini: setelah berhasil menghantam lawan, menuntut tumbal nyawan teman. Sejarah mencatat bahwa tongkat nabi Musa hanya berubah menjadi ular untuk memakan ular-ular sihir pendukung Firaun Sang Tirani, tidak lantas memakan Harun Sang Sahabat Nabi!
Sumber: http://politik.kompasiana.com/2014/1...t--682324.html
0
1.4K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan