lee89sivaAvatar border
TS
lee89siva
Apakah Umat Buddha Menyembah Berhala Patung? NOSARA
IZINKAN AGAMA MINORITAS BIKIN THREAD WALAU HANYA SATU ATAU DUA SAJA, JANGAN LAH DISKRIMINASI HANYA MAYORITAS SAJA YANG BOLEH



Spoiler for VISI MISI THREAD:


contoh orang yang tidak bisa menghargai perbedaan:

Quote:


Quote:


Quote:







Semasa Buddha Gautama hidup tidak pernah Beliau mengizinkan para siswa-Nya untuk membuat patung diri-Nya.
Semasa kehidupan Sang Buddha, ada seorang bhikkhu bernama Wakkali. Bhikkhu ini selalu duduk di hadapan Sang Buddha dan mengagumi keindahan ciri-ciri fisik Sang Buddha. Wakkali mengatakan bahwa ia mendapat kebahagiaan dan inspirasi yang besar dengan mengagumi keindahan Sang Buddha. Sang Buddha menjawab,

 “Engkau tidak dapat melihat Buddha yang sebenarnya dengan hanya melihat tubuh fisiknya saja.
Mereka yang melihat ajaran saya maka melihat saya”.


Seorang Umat Buddha yang sedang belajar dan mendalami ajaran Buddha (bukan sekedar di KTP) tentu paham Buddharûpam / Arca Buddha (atau Arahattarûpam) bukanlah sebagai objek pemujaan yang kepada-Nya kita: Memohon dan meminta sesuatu (apakah supaya menjadi kaya, banyak rezeki, usaha lancar, penyakit dapat disembuhkan, dll ) atau pun sebagai sasaran untuk mengadu segala keluh kesah yang kita hadapi atau sebagai tempat untuk meminta ampun atas segala kesalahan yang telah dilakukan atau pun meminta bantuan/pertolongan.

Lalu kalau begitu buat apa setiap kali umat Buddha melakukan sembah sujud di depan altar di mana di sana terdapat Buddha rupang, lilin, air, bunga dan juga dupa.

Apakah itu bukan artinya menyajikan sesajen kepada patung?


Jawabnya tidak.

Buddharûpam merupakan simbol dari bukti nyata bahwa ada seorang manusia yang telah mencapai Penerangan Sempurna yang telah membabarkan Dhamma yang mulia,  
yang indah pada awalnya,
yang indah pada pertengahannya,
dan indah pula pada pengakhirannya
(Yo Dhammam desesi âdikalyânam majjhekalyânam pariyosânakalyânam).

Beliau adalah Guru Agung umat manusia yang memiliki kebijaksanaan agung (Mahâ Paññâ), kesucian yang luhur (Mahâ Parisuddhi), dan welas asih yang universal (Mahâ Karunâ) yang telah dikembangkan dan diwujudkan dalam kehidupan-Nya. Hal tersebut dilakukan selama 45 tahun setelah Beliau mencapai Penerangan Sempurna; Nibbâna melalui pembabaran Dhamma yang dilakukan-Nya terus-menerus dengan jadwal sehari-hari yang sangat padat. Perjuangan dan pengorbanan Beliau-lah yang membuat manusia menjadikan sosok Buddha sebagai kiblat atau sebagai fokus yang diletakkan di atas altar. Buddharûpam sesungguhnya bukanlah objek yang wajib, karena tanpa Buddharûpam umat Buddha dapat melakukan aktivitas Dhamma di dalam kehidupan sehari-hari detik per detik. Praktik Dhamma adalah yang utama.

Seyogianya umat tidak melakukan permohonan atau pun permintaan apa-apa. Sesungguhnya Buddharûpam digunakan sebagai :[/[color=orange][size="5"]Seyogianya umat tidak melakukan permohonan atau pun permintaan apa-apa. Sesungguhnya Buddharûpam digunakan sebagai :[/[color=orange][size="5"]Seyogianya umat tidak melakukan permohonan atau pun permintaan apa-apa. Sesungguhnya Buddharûpam digunakan sebagai :[/[color=orange][size="5"]Seyogianya umat tidak melakukan permohonan atau pun permintaan apa-apa. Sesungguhnya Buddharûpam digunakan sebagai :

1. Lambang penghormatan sebagai tanda terima kasih dan anumodâna atas segala upaya Beliau mencapai Penerangan Sempurna sehingga sampai hari ini banyak umat yang tertolong dan terbantu dengan Dhamma yang telah Beliau uraikan.

2. Sarana atau alat/objek untuk bermeditasi karena keagungan, kemuliaan, dan cinta kasih yang universal yang Beliau pancarkan.

3. Visi kedepan umat Buddha. Buddha adalah gelar kesucian yang diberikan kepada Pertapa Gotama (adalah Pangeran Siddhattha Gotama anak dari Raja Sudodhana dan Ratu Mahâ Maya yang memerintah Kerajaan Kapilavatthu) karena Beliau telah mencapai Penerangan Sempurna di bawah Pohon Bodhi. Tujuan Pangeran Siddhattha Gotama meninggalkan istana yang megah dan penuh dengan kebahagiaan duniawi adalah untuk membebaskan diri dari dukkha karena mengalami kelahiran, kelapukan, dan kematian. Jadi dengan melihat Buddharûpam, maka dalam diri kita timbul pemahaman bahwa suatu saat nanti saya sebagai murid/siswa Beliau akan mencapai Nibbâna. Inilah sebenarnya tujuan akhir dari setiap umat Buddha. Sementara tujuan jangka pendeknya adalah hidup berbahagia di dunia ini, dan tujuan jangka menengahnya adalah meninggal dunia akan terlahir di alam Surga yang penuh dengan kebahagiaan.



Tanya Jawab Dhamma:
Bersama YM. Bhikkhu Uttamo Thera
Rupang / Patung Dalam Agama Buddha

Apakah fungsi rupang/patung dalam Agama Buddha?

Dalam konsep Buddhis, rupang adalah lambang dari kebuddhaan, oleh karena itu dalam membuat rupang biasanya memperhatikan ciri2 Sang Buddha, karena semuanya melambangkan kebuddhaan, bukan pribadinya. Rupang juga merupakan simbol Sang Guru, sehingga apabila kita mengadakan puja bakti bukanlah untuk menyembah rupang tersebut, melainkan untuk menghormati dan mengingat ajaran Sang Guru. Jadi fungsinya sebagai lambang dan kesempatan untuk merenungkan ajaran Sang Guru.

Ada umat yang meminta agar rupang/patung yang dibelinya didoain [baca:diisi] agar ‘hidup’ sehingga dapat mendengar dan melihat, bagaimana pandangan agama Buddha?

Dalam agama Buddha hal itu tidak ada, pengisian itu adalah upacara yang berkembang dalam tradisi masyarakat agar seseorang umat yang mengadakan puja bakti bisa lebih mantap. Sesungguhnya tanpa upacara itupun tidak masalah. Kemantapan dan keyakinan seorang umat Buddha akan muncul karena pengertian dan pembuktian kebenaran ajaran Sang Buddha. Sekali lagi, hal itu bukan ajaran Sang Buddha.

Ada yang mengatakan bahwa rupang tidak boleh ditempatkan didalam kamar, karena menurut mereka kamar itu kotor. Apakah itu benar?

Itu hanya perasaan kita sendiri, patungnya sendiri tentu tidak tahu kalau diletakkan di kamar. Jadi sebenarnya tidak ada masalah.

Kenapa sekarang ini ada yang membuat rupang/patung bhikkhu yang kemudian mereka disembah?

Kiranya hal itu adalah bentuk penghormatan juga, dan menyembah atau bersujud itu adalah bentuk penghormatan tertinggi dalam tradisi Timur. Bukankah Agama Buddha berasalah dari tradisi Timur? Yang penting, kita tidak meminta apa-apa dari patung tersebut, karena dengan demikian, berarti kita menyembah berhala.

Ada yang mengatakan bahwa bila kita berhasil memegang bagian tertentu dari rupang/patung di candi Borobudur, kita akan mendapat rejeki, apa itu benar ?

Itu adalah hasil tradisi, bukan ajaran Sang Buddha. Kalau memang memegang patung bisa mendatangkan rejeki maka para penduduk di sekitar Borobudur pasti sudah kaya raya. Buktinya, mereka sama saja. Dengan demikian, rejeki dan berkah bukan didapat karena memegang patung, melainkan karena menanam kebajikan.

Ada beberapa kalangan mempercayai bahwa sewaktu kita membeli rupang/patung untuk ditempatkan dialtar rumah tidak boleh menawar harga, bagaimana dengan yang satu ini?

Ada baiknya kita bersikap bijaksana karena memang patung adalah lambang, bukan mewakili pribadi, juga bukan sebagai hal-hal yang bersifat mistik. Kalau itu pribadi, memang tak ternilai, jadi tidak bisa ditawar, namun karena merupakan simbol, tentu saja kita bisa menawar. Oleh karena itu, menjadi umat Buddha hendaknya menjadi orang yang bijaksana.

Sewaktu kehidupan Sang Buddha tidak ada rupang, apakah para Sangha telah melakukan kebaktian seperti kita sekarang ini?

Kebaktian adalah pengulangan kotbah Sang Buddha yang dilakukan setelah Sang Buddha wafat. Pada jaman dahulu, penghormatan bisa langsung pada Sang Buddha dan Beliau memberikan ceramah Dhamma, ceramah inilah yang kemudian menjadi pembacaan paritta setelah Beliau wafat. Selain penghormatan kepada Sang Buddha, ada juga penghormatan kepada pohon Bodhi seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha sendiri, atau tempat duduk Sang Buddha yang melambangkan kehadiran Beliau. Setelah Beliau wafat, maka ada juga pemujaan pada stupa. Borobudur adalah merupakan stupa terbesar di dunia.



SUMBER
https://sites.google.com/site/sedeka...alah-diartikan

Quote:




Quote:






Quote:


Quote:




gini nih ya gan,

buddha waktu itu gak kasi tau, karena kalau di kasi tau bakal ada perbedaan sama agama laen, supaya ga berantem makanya ga di kasi tau, begitu pula soal tuhan nanti beda definisi bakal berantem,

makanya buddha ga kasi tau, juga kalau di kasih tau manusia dengan otak yang biasa ga akan paham bagai ikan ga akan paham daratan itu apa, begitu pula dengan manusia ga akan paham tuhan/ awal mula nya alam semesta,

untuk memahami nya harus dibutuhkan kesucian tertentu supaya tau dan mengerti misteri jagad raya ini, gitu loh gan

Quote:


baca di atas ini gan, di butuhkan kesucian tertentu untuk memahami siapa/apa Tuhan/ Jagad raya.

sebagai Buddhist ga berani mendefinisikan God Tuhan seperti apa karena belom memahami betul

Quote:


Quote:



Quote:


Quote:




CONTOH ORANG YANG MENGHARGAI PERBEDAAN PEMIKIRAN

Quote:


tergantung umat buddha nya hanya umat atau biksu, kalau biksu ga boleh, nafsu duniawi ilang ya bakal bahagia gan, ga melekat bergantung pada tekanan batin hidup mesti ini itu ini itu.

macam orang bersyukur sederhana simple ga muluk" hidup biasa aja ga mesti kaya. orang yang melekat kan menderita gan, pake motor gengsi, mau mobil, di hina dikit ngambek, mikir nya ke apa yang ga dia punya, klo orang sederhana ya happy

makin tinggi keinginan, ego, harapan makin sakit klo ga dapat, tp klo ga berharap ya ga akan pernah kecewa

sebab apa tidak mau melekat? sebab buddha tau segala yang di dunia tidak kekal ada nya...

Quote:


ada alam lain kehidupan bukan di bumi aja di alam laen surga orang bisa lahir dari teratai,.bahagia ketika keinginan terpenuhi itu berapa lama gan? agan seneng ada mobil? setaon lagi? sama lima taon lagi seneng nya apa masi sama? terus apa mobil itu kebahagiaan sempurna? kalau di curi? kalau tabrakan
Diubah oleh lee89siva 18-09-2014 11:10
monkeydfarly
monkeydfarly memberi reputasi
1
104.8K
1.6K
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan