- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Cerita Pejalan Mancanegara
[FR] GO SHOW MALAYSIA
TS
PriNx
[FR] GO SHOW MALAYSIA
Quote:
Ini merupakan trip iseng iseng untuk mengisi waktu libur lebaran. Mengingat harga tiket mudik dari Banda Aceh - Bandung cukup menawan. Rencana awal adalah AA BTJ-KUL-PEN-KNO, rencana kedua adalah AA BTJ-KUL dan Luftansa KUL-CGK. Piknik saya kali ini adalah "go show" jadi tidak ada rencana akan kemana, menginap dimana, makan apa dan mau ngapain. Sangat tidak saya sarankan untuk menerapkan hal tersebut dalam sebuah perjalanan. Saya hanya berbagi cerita tidak bermaksud menggurui, mari saling berbagi
Quote:
Banda Aceh, Jumat 25 Juli 2014
Perjalanan kali ini hanya tiket keberangkatan yang sudah saya pesan jauh jauh hari. Nyaris IDR 400K untuk AA BTJ - KUL. Tiba di bandara Sultan Iskandar Muda 2 jam sebelum keberangkatan. Nilai tukar ringgit saat itu di money changer airport IDR 3.700-. Proses check in hingga ke imigrasi semuanya berjalan lancar. Ruang tunggu bandara ini tidak begitu luas karena hanya ada 2 rute internasional, Kualalumpur dan Penang saja. Boarding dan flight hari itu sangat ontime. Nyaris 2 jam lamanya mengudara dengan wewangian makanan yang lalu lalang menghantarkan tidur saya hingga ke Kualalumpur. Baru Kualanamu dan Sepinggan saja yang membuat saya berdecak kagum akan kemegahan bandara. Sekali ini bolehlah saya berdecak kagum akan kemegahan KLIA2. Cocok untuk kawan kawan yang senang hunting pesawat. Sayangnya tak banyak jenis pesawat yang mendarat disini. Interior bandara ini cukup asyik, sayangnya lorong menuju imigrasi sangat dingin. Jadilah saya bergegas menuju kesana. Maklum gan, saya orang kampung gak biasa kena air conditioner. Sempat bingung karena melihat etalase minuman berjajar rapih dekat tempat pengambilan bagasi. Cuma membaca cerita sepuh sepuh dimari, yakinlah bahwa rambu penunjuk jalan di Malaysia sangat jelas dan informatif. Jadilah saya keluar imigrasi dengan selamat. Belum lagi keluar bandara, saya sudah disuguhkan dengan counter-counter layaknya BIP atau BSM di Bandung sana. Sebenarnya sudah ada provider DIGI yang menawarkan paket data 19RM untuk 1Giga selama sepekan, sialnya tidak juga saya ambil karena saya pikir Malaysia ini adalah negara maju, tidaklah sulit mencari Paman Wifi seperti di Bumi Serambi Mekkah. Mengikuti papan penunjuk jalan maka saya menuju lantai dasar. Mampir membeli air mineral dan sepucuk roti nyaris 4RM. Maaf bila nantinya saya terlupa menyebutkan biaya karena sebenarnya uang banyak keluar untuk membeli air mineral Memperhatikan lalu lalang orang di depan ticketing bus, maka saya putuskan ikut ikut mengantri dan saya dapatkan selembar tiket 10RM menuju KL Sentral. Secara fisik bus ini tidak begitu cantik, hanya body saja yang terlihat berbeda. Mungkin karena terbiasa menggunakan bus cantik di Aceh sana jadinya gamang memilih bus ini. Bus menuju lintasan dengan tenang, memasuki arena jalan tol, tetap berada di jalur, sesekali memotong kendaraan di depan, dan saya tidak merasakan lubang ataupun tikungan yang berarti. Ah iya saya sudah di Malaysia ternyata. Lagu-lagu India mengiringi perjalanan hingga saya terhenyak menyaksikan sepeda motor yang melintas di jalan tol. Agar terlihat tenang setiba di KL Sentral maka saya putuskan untuk menjelajahi seluruh lantai bangunan megah ini.
Perjalanan kali ini hanya tiket keberangkatan yang sudah saya pesan jauh jauh hari. Nyaris IDR 400K untuk AA BTJ - KUL. Tiba di bandara Sultan Iskandar Muda 2 jam sebelum keberangkatan. Nilai tukar ringgit saat itu di money changer airport IDR 3.700-. Proses check in hingga ke imigrasi semuanya berjalan lancar. Ruang tunggu bandara ini tidak begitu luas karena hanya ada 2 rute internasional, Kualalumpur dan Penang saja. Boarding dan flight hari itu sangat ontime. Nyaris 2 jam lamanya mengudara dengan wewangian makanan yang lalu lalang menghantarkan tidur saya hingga ke Kualalumpur. Baru Kualanamu dan Sepinggan saja yang membuat saya berdecak kagum akan kemegahan bandara. Sekali ini bolehlah saya berdecak kagum akan kemegahan KLIA2. Cocok untuk kawan kawan yang senang hunting pesawat. Sayangnya tak banyak jenis pesawat yang mendarat disini. Interior bandara ini cukup asyik, sayangnya lorong menuju imigrasi sangat dingin. Jadilah saya bergegas menuju kesana. Maklum gan, saya orang kampung gak biasa kena air conditioner. Sempat bingung karena melihat etalase minuman berjajar rapih dekat tempat pengambilan bagasi. Cuma membaca cerita sepuh sepuh dimari, yakinlah bahwa rambu penunjuk jalan di Malaysia sangat jelas dan informatif. Jadilah saya keluar imigrasi dengan selamat. Belum lagi keluar bandara, saya sudah disuguhkan dengan counter-counter layaknya BIP atau BSM di Bandung sana. Sebenarnya sudah ada provider DIGI yang menawarkan paket data 19RM untuk 1Giga selama sepekan, sialnya tidak juga saya ambil karena saya pikir Malaysia ini adalah negara maju, tidaklah sulit mencari Paman Wifi seperti di Bumi Serambi Mekkah. Mengikuti papan penunjuk jalan maka saya menuju lantai dasar. Mampir membeli air mineral dan sepucuk roti nyaris 4RM. Maaf bila nantinya saya terlupa menyebutkan biaya karena sebenarnya uang banyak keluar untuk membeli air mineral Memperhatikan lalu lalang orang di depan ticketing bus, maka saya putuskan ikut ikut mengantri dan saya dapatkan selembar tiket 10RM menuju KL Sentral. Secara fisik bus ini tidak begitu cantik, hanya body saja yang terlihat berbeda. Mungkin karena terbiasa menggunakan bus cantik di Aceh sana jadinya gamang memilih bus ini. Bus menuju lintasan dengan tenang, memasuki arena jalan tol, tetap berada di jalur, sesekali memotong kendaraan di depan, dan saya tidak merasakan lubang ataupun tikungan yang berarti. Ah iya saya sudah di Malaysia ternyata. Lagu-lagu India mengiringi perjalanan hingga saya terhenyak menyaksikan sepeda motor yang melintas di jalan tol. Agar terlihat tenang setiba di KL Sentral maka saya putuskan untuk menjelajahi seluruh lantai bangunan megah ini.
Spoiler for Sultan Iskandar Muda International Airport:
Spoiler for KLIA2 - KL SENTRAL:
Spoiler for Bus Malaysia:
Spoiler for Interior kemudi:
Quote:
Kuala Lumpur, Jumat 25 Juli 2014
Berdasarkan pengamatan sepintas maka tidak saya temui kedai makanan yang pas di lidah. Jadilah saya mampir ke sebuah kantin (saya lupa namanya) untuk membeli sekotak nasi yang berbungkus plastik. Saya lupa harganya, tapi tak sampai 10RM bertemankan segelas Teh Kosong. Mulai bosan karena tak dapatkan OM Wifi maka saya putuskan membeli Kartu Data Malaysia. 39RM harganya, mahal tentunya, tapi cukup membantu untuk dapatkan informasi yang saya butuhkan menggunakan kartu ini selama di Malaysia (alibi ) Sudah selesai acara bingung-bingungnya maka saya ikut-ikutan orang untuk belajar membeli tiket kereta menuju KLCC. 1RM kalau tidak salah. Jadilah saya terdampar di KLCC jam 20.00an karena ternyata Malaysia lebih cepat 1 jam dari Nanggroe Aceh Darusallam. Masih dengan episode terbelalak karena stasiun saya keluar nyaris sama dengan stasiun di Chatucak, Bangkok sana. Cuma bedanya ketika di Bangkok kita keluar menuju taman, bila di KLCC akan bertemu mall ada tamannya juga tentunya. Jadilah saya berada di pintu keluar KLCC Suriah (maap kalau typo). Saya baru berpikir bahwa oh ini yang namanya twin tower itu ya. Sialnya saya malah lebih tertarik melihat Bus Go KL yang free tersebut. Belumlah malam jadi masih sempat rasanya putar-putar naik bus gratis yang ber AC pulak. Malam ini Kualalumpur tak jauh beda dengan Jalan Dago, bedanya tak ada yang menerobos lampu merah. Liat di hp butut bahwa saya sudah memasuki area Bukit Bintang. Masih dalam rangka bingung saya pandangi ke langit malam itu tidak ada bintang sama sekali. Asa beda pisan jeng Bukit Bintang di Dago nya. Berjalan kesana kemari nyaris 1 jam lamanya untuk menentukan apakah malam ini tidur atau tidak. Karena saya yakini malam akan gelap maka saya putuskan menginap di Hotel Putra 65RM single bed, sebuah tv, toilet, shower, seperangkat AC. Selepas mandi saya putuskan kembali berputar area ini. Didapatlah nasi briyani ayam 10 RM, Teh Tarik saya lupa harga, dengan Es Kosong nyaris 3RM. Kemudian berputar putar menikmati malam Khaosan Road, eh bukan ding, karena nyaris mirip sih. Membeli air mineral besar 3RM dan sekaleng bir 7RM. Jadilah larut saya kembali ke penginapan. Untuk kalian lelaki kesepian, hati-hati banyak tawaran menarik dari pramuria di seputaran hotel saya.
Berdasarkan pengamatan sepintas maka tidak saya temui kedai makanan yang pas di lidah. Jadilah saya mampir ke sebuah kantin (saya lupa namanya) untuk membeli sekotak nasi yang berbungkus plastik. Saya lupa harganya, tapi tak sampai 10RM bertemankan segelas Teh Kosong. Mulai bosan karena tak dapatkan OM Wifi maka saya putuskan membeli Kartu Data Malaysia. 39RM harganya, mahal tentunya, tapi cukup membantu untuk dapatkan informasi yang saya butuhkan menggunakan kartu ini selama di Malaysia (alibi ) Sudah selesai acara bingung-bingungnya maka saya ikut-ikutan orang untuk belajar membeli tiket kereta menuju KLCC. 1RM kalau tidak salah. Jadilah saya terdampar di KLCC jam 20.00an karena ternyata Malaysia lebih cepat 1 jam dari Nanggroe Aceh Darusallam. Masih dengan episode terbelalak karena stasiun saya keluar nyaris sama dengan stasiun di Chatucak, Bangkok sana. Cuma bedanya ketika di Bangkok kita keluar menuju taman, bila di KLCC akan bertemu mall ada tamannya juga tentunya. Jadilah saya berada di pintu keluar KLCC Suriah (maap kalau typo). Saya baru berpikir bahwa oh ini yang namanya twin tower itu ya. Sialnya saya malah lebih tertarik melihat Bus Go KL yang free tersebut. Belumlah malam jadi masih sempat rasanya putar-putar naik bus gratis yang ber AC pulak. Malam ini Kualalumpur tak jauh beda dengan Jalan Dago, bedanya tak ada yang menerobos lampu merah. Liat di hp butut bahwa saya sudah memasuki area Bukit Bintang. Masih dalam rangka bingung saya pandangi ke langit malam itu tidak ada bintang sama sekali. Asa beda pisan jeng Bukit Bintang di Dago nya. Berjalan kesana kemari nyaris 1 jam lamanya untuk menentukan apakah malam ini tidur atau tidak. Karena saya yakini malam akan gelap maka saya putuskan menginap di Hotel Putra 65RM single bed, sebuah tv, toilet, shower, seperangkat AC. Selepas mandi saya putuskan kembali berputar area ini. Didapatlah nasi briyani ayam 10 RM, Teh Tarik saya lupa harga, dengan Es Kosong nyaris 3RM. Kemudian berputar putar menikmati malam Khaosan Road, eh bukan ding, karena nyaris mirip sih. Membeli air mineral besar 3RM dan sekaleng bir 7RM. Jadilah larut saya kembali ke penginapan. Untuk kalian lelaki kesepian, hati-hati banyak tawaran menarik dari pramuria di seputaran hotel saya.
Spoiler for Suria KLCC:
Spoiler for Bus Gratis:
Quote:
Kuala Lumpur, Sabtu 26 Juli 2014
Tidak terbiasa dengan AC membuat pagi ini hadir begitu cepat. Sementara cek baru saja tidur 3 jam yang lalu. Sialnya bahwa Bukit Bintang masih gelap saat pukul 6pagi menjelang. Sengaja keliling lagi area seputaran. Masih saja banyak kupu-kupu malam yang menanti Fajar Pagi. Saya putuskan kembali ke kamar dan tidur lagi meski sudah mandi. Jam 9 pagi saya putuskan check out dan berjalan menuju halte bus. Kembali mencari suasana gratisan dengan naik bus GO KL. Hingga akhirnya saya terdampar di Pasar Seni. Berjalan kesana kesini hingga nyasar ke dalam sebuah kuil ibadah. Berjalan lagi hingga sampai ke Petaling Street. Saya sebenarnya tidak yakin bahwa ini yang dikatakan orang orang tentang Petaling Street. Hanya saya mari kita yakini bersama meski nantinya salah. Banyak merchandise khas Kualalumpur dijajakan disini. Berjalan hingga ke ujung dan kembali saya putuskan untuk sarapan di Mixed Rice. Hati hati dengan makanan tidak halal di Restoran China yang satu ini. 5,5 RM untuk sepiring nasi, daging goreng, sayur tahu, es kosong. Ada beberapa gantungan kunci 5RM isi 6 pcs. Belum lagi bosan berjalan maka saya kembali ke Stasiun kereta Pasar Seni untuk merapat ke KL Sentral.
Layaknya orang orang yang pesiar ke KL, kurang lengkap bila tak singgah ke Batu Chaves. Maka saya putuskan untuk naik kereta kesana. Tidak jauh dari perhentian kereta api ada patung besar didapati. Sudah jelas berarti lokasi wisata ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Ada rasa geli yang terpancar ketika saya harus membawa ransel dengan beban berkilo kilogram hingga ke tangga puncak. Tak perlu juga saya sebutkan berapa anak tangga yang sudah saya jejaki. Intinya cape bro. Apalagi trauma tarik tarikan tas dengan kera di Nol KM Sabang masih ada. Sudah melihat ini itu di puncak saya pikirkan tak elok bila tak turun. Biarlah sekali waktu lainnya kemari lagi untuk masuk lebih dalam Batu Chaves ini. Sempat terpikir disini haruskah selfie selfie an seperti kebanyakan orang
Sebelum bosan hilang dan letih pergi maka saya putuskan kembali ke tempat dimana burung burung merpati berkumpul. Indah memang dimana manusia dan hewan bisa bersatu padu. Hingga saya kembali ke KL Sentral pukul 14.00an. Mencoba jenis makanan lain di KL Sentral karena emak kantin tutup. Sepotong burger king dan minuman soda, rasanya kurang dari 10RM. Masih dalam rangka ingin ikut ikutan kebanyakan orang lain, saya tanyakan tiket menuju Genting. Ternyata tidak dijual untuk PP karena musim liburan. Penjaga loket tidak menjamin ketersediaan tiket kepulangan. Maka saya putuskan untuk menuju Terminal Bersepadu Selatan menggunakan Kereta Api. Sebagai pengingat saja, saya tidak memperhatikan apa jenis kereta apinya. Yang penting mengingat warna pada peta, dan menuju lokasi penjualan tiket untuk menikmatinya. Bukan tidak penting, tapi menurut saya bukanlah hal yang genting untuk naik apa kemana mana selama di Malaysia, karena tak serumit angkutan umum di Indonesia. Hanya beberapa stasiun saja saya sudah sampai Tasik, eh iya beneran ada Tasik nya nama stasiun ini. Keluar dan bergegas mencari toilet. Rupanya toilet bersembunyi di lantai dasar. Dari stasiun kereta ini tidaklah sulit menuju Terminal Bus. Ada koridor yang menghubungkan keduanya. Awalnya saya tak yakin bahwa ini adalah sebuah terminal bus, sejatinya dia berbentuk mall seperti bangunan di Pasar Baru. Menjejakkan kaki ke dalamnya dengan percaya diri seolah olah kerap kemari. Ikut-ikutan orang mengantri. Dari loby kita bisa memandang luas. Bagian kanan antrian loket tiket, depan pintu masuk ruang tunggu, lantai atas adalah foodcourt. Tepat di sebelah kanan saya mengantri adalah loket penukaran tiket online. Semua loket dapat melayani penjualan tiket seluruh armada yang masuk ke terminal ini. Paten kali ya kan wak? Sebagai lelaki bingung saya pesan rute terdekat dengan jadwal keberangkatan tercepat. Selembar tiket Melaka Sentral seharga 13,5RM segera mendarat di tangan. Syaratnya adalah menyodorkan tiket, pilih keberangkatan dan nomor kursi di monitor dan terakhir adalah bayar. Lekas saya masuk ruang tunggu dan di muka ada petugas pemeriksa. Ruang tunggu terminal ini cukup nyaman. Lagi lagi ber AC ratusan kursi berjajar rapih, ada ruang merokok sempit seperti di Polonia dulu, beberapa penjual makanan ringan yang kita harus mengambil sendiri kemudian bayar di kasir. 5menit sebelum berangkat kami sudah diminta check in. Keren ya seperti mau naik pesawat. Pengguna jasa layanan bus ini memasukkan tasnya sendiri ke bagasi. Teng jam 3 sore bus berangkat. Bosan sungguh 2 jam dalam perjalanan karena bus melaju stabil. Beberapa kali dipotong oleh bus lainnya. Secara tidak sadar melihat spedometer bahwa jarum meter mencapai 110km/jam. Bakbudik, sudah seperti Kereta Malamnya Bus Harapan Indah di Aceh sana. Sampailah saya di Melaka dengan sedikit kebosanan yang berkurang.
Tiba di stasiun Melaka Sentral saya tanyakan kepada petugas informasi bagaimana cara menuju Tanah Merah. Rupanya saya salah, Bangunan Merah bukan Tanah Merah. Jadilah naik Rapid KL kurang dari 2RM (saya lupa). Ini mungkin air mineral dari botol kesekian yang saya beli hari itu. Sangat wajar karena Malaysia cukup panas. Sesekali kagum saya pada kota ini, beberapa bangunan lawas masih terjaga. Hingga bule di depan saya turun dengan ransel besarnya. Sudah barang tentu mereka akan ke Jonker. Kami turun tepat di samping Gereja Melaka yang terkenal itu. Kemudian melangkahkan kaki menuju Jonker Street. Ramai benar sore itu, banyak penjual makanan yang memakan badan jalan. Sesak saudara saudara. Ada kaos, ada makanan, ada jajanan, yang tak ada cuma kamu di Melaka sore itu. Sembari menyontek google maps tentang penginapan di Melaka. Dari beberapa yang saya datangi hasilnya nihil. Bahkan ada penginapan ternama di era nya saja sudah tak ada lagi sekarang. Sedikit menyesal ketika saya tak mengambil sebuah penginapan seharga 100RM. Mahal sih menurut saya. Tapi namanya juga iseng iseng, jadi sekalian saja kita piknik di Melaka ini.
Seperti pada kalimat sebelumnya saya katakan bahwa saya kagum akan bangunan-bangunan di Melaka ini. Maka saya kagum juga akan kultur masyarakat meski sekilas saja. Kali itu saya melihat ada panggung besar yang tampaknya dipersiapkan untuk sebuah perayaan. Beberapa kursi terpajang rapi di hadapannya. Ratusan meja berjajar menghiasi tepi jalanan. Hiruk pikuk penikmat kuliner saling berinteraksi dengan para penjaja. Rasanya seperti berada di Pecinan. Berjalan kesana kesini sangatlah rugi jika tak mencicipi makanan daerah setempat. Entah karena rayuan penjual maka saya singgah ke Baba Fred Nyonya. Disuguhkan nasi berbentuk bola kasti. Rasanya betulan nasi dengan saus ayam yang lembut. Ayam yang saya pesan diris panjang nyaris seperti ikan laut. Putih bersih seperti bukan ayam. Tidak saya sarankan makan kemari, selain murah, nanti bisa ketagihan. Selepasnya saya berjalan ke kanan jalan menikmati irigasi besar yang memisahkan daratan. Ada beberapa meriam di seberang sana dan dari jauh sepintas sebuah kapal besar dengan kondisi menepi. Saya tidak tahu apa nama lokasi ini, yang jelas di sudut kiri ada kantor pariwisata yang tak berpenghuni.
Berjalan ke luar arena jonker menikmati Melaka Church. Sudah senja rupanya. Burung burung bertengger sesekali membuang kotorannya dari atas pepohonan. Bukan waktu yang tepat untuk berada disini. Sehingga saya putuskan untuk melangkahkan kaki ke arah lainnya. Mungkin ini tadi kapal besar yang saya lihat. Seonggok besar yang dijadikan sebuah museum. Tapi berbeda sekali dengan PLTD Apung di Banda Aceh sana. Benar benar kapal kayu, cantik rupawan. Karena berpikir tidak akan menginap disini maka saya putuskan naik taksi ke Melaka Sentral 20RM. Setibanya saya pesan tiket menuju KL Sentral. Karena gadget nyaris padam maka saya putuskan membeli adapter charger 15RM. Air mineral 1RM, ke toilet 20cent, 13,5RM tiket ke Melaka, 1RM untuk smooking room terminal. Sedikit letih dan kantuk membuat saya langsung tertidur sejak bus keluar dari terminal.
Masih dalam kondisi kantuk terdengar sayup suara keramaian. Ternyata sudah sampai di Kualalumpur. Mungkin ini namanya yang disebut amatiran. Saya harus keluar stasiun dan membeli tiket lagi padahal bisa saja tadi tinggal transit dari terminal Puduraya menuju Pasar Seni. Sedikit letih melangkahkan kaki menuju Petaling Street. Enggan mencari penginapan lain maka saya putuskan untuk masuk ke hotel pertama yang terlihat di Petaling Street. 60 RM untuk malam ini. Setelah mandi saya nikmati seporsie mie yang saya tak tahu nama menu nya. 8RM include es kosong saja. Sebelum tidur mampir ke minimarket untuk sebotol mineral besar 3RM dan sekaleng minuman 8RM.
Tidak terbiasa dengan AC membuat pagi ini hadir begitu cepat. Sementara cek baru saja tidur 3 jam yang lalu. Sialnya bahwa Bukit Bintang masih gelap saat pukul 6pagi menjelang. Sengaja keliling lagi area seputaran. Masih saja banyak kupu-kupu malam yang menanti Fajar Pagi. Saya putuskan kembali ke kamar dan tidur lagi meski sudah mandi. Jam 9 pagi saya putuskan check out dan berjalan menuju halte bus. Kembali mencari suasana gratisan dengan naik bus GO KL. Hingga akhirnya saya terdampar di Pasar Seni. Berjalan kesana kesini hingga nyasar ke dalam sebuah kuil ibadah. Berjalan lagi hingga sampai ke Petaling Street. Saya sebenarnya tidak yakin bahwa ini yang dikatakan orang orang tentang Petaling Street. Hanya saya mari kita yakini bersama meski nantinya salah. Banyak merchandise khas Kualalumpur dijajakan disini. Berjalan hingga ke ujung dan kembali saya putuskan untuk sarapan di Mixed Rice. Hati hati dengan makanan tidak halal di Restoran China yang satu ini. 5,5 RM untuk sepiring nasi, daging goreng, sayur tahu, es kosong. Ada beberapa gantungan kunci 5RM isi 6 pcs. Belum lagi bosan berjalan maka saya kembali ke Stasiun kereta Pasar Seni untuk merapat ke KL Sentral.
Spoiler for Kepagian:
Spoiler for Kuil:
Spoiler for Nyasar di Stasiun Pasar Seni:
Spoiler for Mixed Rice:
Layaknya orang orang yang pesiar ke KL, kurang lengkap bila tak singgah ke Batu Chaves. Maka saya putuskan untuk naik kereta kesana. Tidak jauh dari perhentian kereta api ada patung besar didapati. Sudah jelas berarti lokasi wisata ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Ada rasa geli yang terpancar ketika saya harus membawa ransel dengan beban berkilo kilogram hingga ke tangga puncak. Tak perlu juga saya sebutkan berapa anak tangga yang sudah saya jejaki. Intinya cape bro. Apalagi trauma tarik tarikan tas dengan kera di Nol KM Sabang masih ada. Sudah melihat ini itu di puncak saya pikirkan tak elok bila tak turun. Biarlah sekali waktu lainnya kemari lagi untuk masuk lebih dalam Batu Chaves ini. Sempat terpikir disini haruskah selfie selfie an seperti kebanyakan orang
Spoiler for Batu Chaves:
Spoiler for Batu Chaves:
Sebelum bosan hilang dan letih pergi maka saya putuskan kembali ke tempat dimana burung burung merpati berkumpul. Indah memang dimana manusia dan hewan bisa bersatu padu. Hingga saya kembali ke KL Sentral pukul 14.00an. Mencoba jenis makanan lain di KL Sentral karena emak kantin tutup. Sepotong burger king dan minuman soda, rasanya kurang dari 10RM. Masih dalam rangka ingin ikut ikutan kebanyakan orang lain, saya tanyakan tiket menuju Genting. Ternyata tidak dijual untuk PP karena musim liburan. Penjaga loket tidak menjamin ketersediaan tiket kepulangan. Maka saya putuskan untuk menuju Terminal Bersepadu Selatan menggunakan Kereta Api. Sebagai pengingat saja, saya tidak memperhatikan apa jenis kereta apinya. Yang penting mengingat warna pada peta, dan menuju lokasi penjualan tiket untuk menikmatinya. Bukan tidak penting, tapi menurut saya bukanlah hal yang genting untuk naik apa kemana mana selama di Malaysia, karena tak serumit angkutan umum di Indonesia. Hanya beberapa stasiun saja saya sudah sampai Tasik, eh iya beneran ada Tasik nya nama stasiun ini. Keluar dan bergegas mencari toilet. Rupanya toilet bersembunyi di lantai dasar. Dari stasiun kereta ini tidaklah sulit menuju Terminal Bus. Ada koridor yang menghubungkan keduanya. Awalnya saya tak yakin bahwa ini adalah sebuah terminal bus, sejatinya dia berbentuk mall seperti bangunan di Pasar Baru. Menjejakkan kaki ke dalamnya dengan percaya diri seolah olah kerap kemari. Ikut-ikutan orang mengantri. Dari loby kita bisa memandang luas. Bagian kanan antrian loket tiket, depan pintu masuk ruang tunggu, lantai atas adalah foodcourt. Tepat di sebelah kanan saya mengantri adalah loket penukaran tiket online. Semua loket dapat melayani penjualan tiket seluruh armada yang masuk ke terminal ini. Paten kali ya kan wak? Sebagai lelaki bingung saya pesan rute terdekat dengan jadwal keberangkatan tercepat. Selembar tiket Melaka Sentral seharga 13,5RM segera mendarat di tangan. Syaratnya adalah menyodorkan tiket, pilih keberangkatan dan nomor kursi di monitor dan terakhir adalah bayar. Lekas saya masuk ruang tunggu dan di muka ada petugas pemeriksa. Ruang tunggu terminal ini cukup nyaman. Lagi lagi ber AC ratusan kursi berjajar rapih, ada ruang merokok sempit seperti di Polonia dulu, beberapa penjual makanan ringan yang kita harus mengambil sendiri kemudian bayar di kasir. 5menit sebelum berangkat kami sudah diminta check in. Keren ya seperti mau naik pesawat. Pengguna jasa layanan bus ini memasukkan tasnya sendiri ke bagasi. Teng jam 3 sore bus berangkat. Bosan sungguh 2 jam dalam perjalanan karena bus melaju stabil. Beberapa kali dipotong oleh bus lainnya. Secara tidak sadar melihat spedometer bahwa jarum meter mencapai 110km/jam. Bakbudik, sudah seperti Kereta Malamnya Bus Harapan Indah di Aceh sana. Sampailah saya di Melaka dengan sedikit kebosanan yang berkurang.
Spoiler for Stasiun Tasik Selatan:
Spoiler for Terminal Bersepadu Selatan:
Spoiler for Tiket:
Tiba di stasiun Melaka Sentral saya tanyakan kepada petugas informasi bagaimana cara menuju Tanah Merah. Rupanya saya salah, Bangunan Merah bukan Tanah Merah. Jadilah naik Rapid KL kurang dari 2RM (saya lupa). Ini mungkin air mineral dari botol kesekian yang saya beli hari itu. Sangat wajar karena Malaysia cukup panas. Sesekali kagum saya pada kota ini, beberapa bangunan lawas masih terjaga. Hingga bule di depan saya turun dengan ransel besarnya. Sudah barang tentu mereka akan ke Jonker. Kami turun tepat di samping Gereja Melaka yang terkenal itu. Kemudian melangkahkan kaki menuju Jonker Street. Ramai benar sore itu, banyak penjual makanan yang memakan badan jalan. Sesak saudara saudara. Ada kaos, ada makanan, ada jajanan, yang tak ada cuma kamu di Melaka sore itu. Sembari menyontek google maps tentang penginapan di Melaka. Dari beberapa yang saya datangi hasilnya nihil. Bahkan ada penginapan ternama di era nya saja sudah tak ada lagi sekarang. Sedikit menyesal ketika saya tak mengambil sebuah penginapan seharga 100RM. Mahal sih menurut saya. Tapi namanya juga iseng iseng, jadi sekalian saja kita piknik di Melaka ini.
Spoiler for OTW PANTURA eh Melaka:
Seperti pada kalimat sebelumnya saya katakan bahwa saya kagum akan bangunan-bangunan di Melaka ini. Maka saya kagum juga akan kultur masyarakat meski sekilas saja. Kali itu saya melihat ada panggung besar yang tampaknya dipersiapkan untuk sebuah perayaan. Beberapa kursi terpajang rapi di hadapannya. Ratusan meja berjajar menghiasi tepi jalanan. Hiruk pikuk penikmat kuliner saling berinteraksi dengan para penjaja. Rasanya seperti berada di Pecinan. Berjalan kesana kesini sangatlah rugi jika tak mencicipi makanan daerah setempat. Entah karena rayuan penjual maka saya singgah ke Baba Fred Nyonya. Disuguhkan nasi berbentuk bola kasti. Rasanya betulan nasi dengan saus ayam yang lembut. Ayam yang saya pesan diris panjang nyaris seperti ikan laut. Putih bersih seperti bukan ayam. Tidak saya sarankan makan kemari, selain murah, nanti bisa ketagihan. Selepasnya saya berjalan ke kanan jalan menikmati irigasi besar yang memisahkan daratan. Ada beberapa meriam di seberang sana dan dari jauh sepintas sebuah kapal besar dengan kondisi menepi. Saya tidak tahu apa nama lokasi ini, yang jelas di sudut kiri ada kantor pariwisata yang tak berpenghuni.
Spoiler for Becak Melaka:
Spoiler for Melaka:
Spoiler for Melaka:
Spoiler for Melaka:
Spoiler for Melaka Church:
Spoiler for Melaka:
Spoiler for Melaka:
Berjalan ke luar arena jonker menikmati Melaka Church. Sudah senja rupanya. Burung burung bertengger sesekali membuang kotorannya dari atas pepohonan. Bukan waktu yang tepat untuk berada disini. Sehingga saya putuskan untuk melangkahkan kaki ke arah lainnya. Mungkin ini tadi kapal besar yang saya lihat. Seonggok besar yang dijadikan sebuah museum. Tapi berbeda sekali dengan PLTD Apung di Banda Aceh sana. Benar benar kapal kayu, cantik rupawan. Karena berpikir tidak akan menginap disini maka saya putuskan naik taksi ke Melaka Sentral 20RM. Setibanya saya pesan tiket menuju KL Sentral. Karena gadget nyaris padam maka saya putuskan membeli adapter charger 15RM. Air mineral 1RM, ke toilet 20cent, 13,5RM tiket ke Melaka, 1RM untuk smooking room terminal. Sedikit letih dan kantuk membuat saya langsung tertidur sejak bus keluar dari terminal.
Spoiler for Back to KL:
Masih dalam kondisi kantuk terdengar sayup suara keramaian. Ternyata sudah sampai di Kualalumpur. Mungkin ini namanya yang disebut amatiran. Saya harus keluar stasiun dan membeli tiket lagi padahal bisa saja tadi tinggal transit dari terminal Puduraya menuju Pasar Seni. Sedikit letih melangkahkan kaki menuju Petaling Street. Enggan mencari penginapan lain maka saya putuskan untuk masuk ke hotel pertama yang terlihat di Petaling Street. 60 RM untuk malam ini. Setelah mandi saya nikmati seporsie mie yang saya tak tahu nama menu nya. 8RM include es kosong saja. Sebelum tidur mampir ke minimarket untuk sebotol mineral besar 3RM dan sekaleng minuman 8RM.
Diubah oleh PriNx 19-08-2014 04:55
tata604 memberi reputasi
1
8.5K
Kutip
36
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan