Udah menjadi proyek tahunan tiap universitas di Indonesia untuk melaksanakan Ospek. Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) menurut gue sebuah kegiatan dimana para siswa SMA menjalani masa transisi untuk menjadi mahasiswa. Kebetulan kampus gue bebas Ospek, tapi ada yang namanya Penyambutan dan Pengenalan Mahasiswa Baru (PPMB). Well, beda nama tapi konsepnya sama, wkwkwk. Dan kebetulan juga kampus gue hari ini lagi melaksanakan ospek hari pertamanya. Jadi hari ini mau ngobrolin ospek.

Kebetulan saat gue menulis artikel ini gue lagi nongkrong di salah satu tempat tongkrongan yang pasti akan diincar mahasiswa baru (maba) setelah PPMB, yaitu K*C deket kampus. Setelah melihat maba-maba ini, gue jadi merasa sangat tua. Mungkin karena gue memang sudah tua. Huft.

Anyway, sedikit flashback tentang Ospek. Berdasarkan pengamatan pribadi gue, entah kenapa Ospek itu menjadi sesuatu yang menakutkan. Mungkin karena banyak cerita dimana ada maba yang sampe meninggal gara-gara bentuk Ospek yang mengerikan. Pada kenyataannya, bentuk penyiksaan seperti itu bisa saja berlangsung setelah Ospek. Jadi hal pertama yang harus sama-sama kita luruskan: jangan salahkan Ospeknya!Salahkan panitianya yang sableng bikin konsep sampe bikin maba modar. Dan salahkan juga pengawas mereka yang juga sableng untuk meluluskan konsep yang bikin nyawa melayang. Walaupun (mungkin) bukan selalu salah panitia dan penanggungjawabnya juga. Mungkin juga ada tuntutan dari orang yang berpengaruh disana kenapa harus bikin konsep kayak gitu (contoh: alumni, senior {yang gak lulus-lulus dan tiba-tiba menguasai kehidupan kampus}, sekelompok orang yang punya power, dan oknum-oknum lainnya). Intinya, apabila ada kejadian seperti itu bisa jadi musibah, bisa jadi memang ada oknum yang ngga bener. Pada akhirnya kematian itu gak cuman menjemput di Ospek doang, bukan? Bisa juga setelah anda membaca artikel ini, anda meninggal. Just kidding!

Back to topic, walaupun Ospek itu (mungkin) dinilai melelahkan dan membuang-buang waktu, tapi sadar nggak, sih? Bahwa Ospek itu adalah tempat dimana kita bisa kenalan sama orang-orang yang sudah mendiami kampus itu lebih lama dari kita. Memang ketika Ospek, sebagian dari mereka menggunakan 'topeng' untuk melancarkan ospek tersebut. Ada yang sok galak, sok modus (atau modus beneran), bahkan pura-pura baik. Tapi dibalik kegalakan mereka saat itu, mereka juga manusia yang punya hati, yang mungkin pernah terluka semasa hidupnya dan menitihkan air mata . Sehingga, mereka juga manusia yang pastinya unik dan punya cerita yang bermanfaat untuk kita dengar. Karena mereka (baca: senior) sudah punya pengalaman hidup di kampus tersebut daripada kita. Tentunya kita perlu belajar dari pengalaman mereka untuk mempersiapkan diri kita bertahan hidup di kampus kita tercinta. Trust me, kampus bisa menjadi 'hutan' yang bebas dan bila kalian nggak belajar apa saja dinamika lingkungan kampus kalian, bisa-bisa kalian gak punya filter untuk menilai mana yang baik dan mana yang buruk untuk kalian. Pintar-pintarlah pilih senior untuk dijadikan panutan.

Nggak cuman sekedar kenalan aja, tetapi di Ospek juga lah maba akan diajarkan bagaimana hidup menjadi seorang pencari ilmu pada tingkat universitas. Hal-hal apa saja yang mungkin akan dihadapi, dan bekal apa saja yang harus dipersiapkan, seharusnya hal tersebut lah yang ada di dalam Ospek. Apa saja kesempatan yang bisa seorang mahasiswa dapatkan, dan apa saja hambatan yang mungkin akan dialami mahasiswa tersebut. Kemudian, bagaimana caranya untuk memaksimalkan kesempatan dan menghadapi hambatan. Semua itu 'harusnya' ada dalam Ospek. Sehingga Ospek bukanlah sebuah ajang pengenalan saja, tetapi juga pembekalan untuk bisa memaksimalkan potensi si mahasiswa itu sendiri.

By the way, untuk menunjukkan seberapa 'beruntungnya' kalian mahasiswa baru, gue mau ajak kalian main. Let's do a little math. Tahun lalu, manusia berusia 19-28 tahun yang sedang 'menikmati' bangku kuliah berjumlah 17,92% dari total semua manusia yang seusianya[1]. Berarti, masih ada 82,08% manusia di Indonesia yang tidak (atau belum) memilih kuliah sebagai jalan hidupnya. Bisa jadi karena sudah kerja, belom ada kesempatan, lagi males aja, dan lain sebagainya. Coba bayangkan gimana banyaknya rakyat Indonesia yang tahun 2013 diperkirakan mencapai 250 juta jiwa dengan jumlah kelahiran bayi yang tinggi (karena hobi beranak) dengan penduduk muda yang dominan[2]. Dan bayangkan lagi, berapa banyak dari penduduk itu yang berjumlah 19-28 tahun. Yup, you're the 17,92% of the population who taste what's it like in a college.

Bangga? Harus. Tapi inget, jadi mahasiswa itu bukan gaya-gayaan doang. Dan juga bukan sekedar kuliah - dapet gelar - kerja nyaman - nikah - kimpoi - punya anak - dan life goes ondoang.

Karena lo adalah 17,92% dari populasi, maka lo punya tanggung jawab untuk 'membesarkan' Indonesia. Lo adalah calon cendekiawan yang mana karya-karya lo akan mengangkat diri lo, keluarga lo, tempat lo kuliah, masyarakat lo, dan yang pastinya bangsa lo. Kemajuan ilmu dan teknologi bersandar kepada para cendekiawan ini yang menyerap pendidikan ilmiah kemudian menterjemahkannya menjadi sesuatu yang baru dan/atau bermanfaat. Dan Indonesia bisa maju dengan sumbangsih ilmu yang lo miliki.

Makanya, untuk para mahasiswa baru yang masih fresh from the oven, seperti yang gue bilang sebelumnya: ambil kesempatan! Belajar apapun yang bisa lo pelajari. Cobalah hal-hal baru yang positif, yang bisa mengembangkan diri lo. Dorong diri lo untuk melihat seberapa jauh batasan lo dalam berkarya. Ikutan organisasi, bawa nama kampus untuk ikut berbagai macam lomba, dan cobalah belajar meneliti dan menjadi asisten dosen lo. Dan yang paling penting, carilah teman sebanyak-banyaknya di perkuliahan; siapa tau mereka nanti yang akan menjadi partner bisnis lo, atau bahkan pendamping hidup lo. Itulah segelintir hal yang bisa lo cari di perkuliahan. Sayangnya gue sadar akan hal ini di akhir masa-masa gue kuliah, sehingga sudah terlambat bagi gue untuk mencari lagi kesempatan itu. Gue udah harus bergerak ke tahap kehidupan selanjutnya.

Dan untuk para panitia yang sedang berusaha diluar sana, yang siang-malem rapat ngegodok konsep untuk menyambut mahasiswa baru, semangat! Karena gue sudah merasakan gimana 'mantep'nya ngurus Ospek, hehehe. Dan inget! Mereka anak orang yang masih sangat 'hijau'. Bimbinglah mereka dengan baik, didiklah mereka, ajarkan apapun yang mau lo ajarkan kepada mereka. Tapi jangan jadikan mereka seperti lo. Bukalah 'mata' mereka terhadap kehidupan dan biarkan mereka memilih sendiri jalan yang ingin dilaluinya. Hargai keputusan apapun yang mau mereka ambil, karena mereka sudah mulai besar dan gak perlu disuapin, sudah saatnya mereka belajar bertanggung jawab atas pilihan hidup mereka masing-masing.

Dan untuk manajemen kampus, honor panitianya ditambahin ya, pak/bu. Hehehe...

Artikel ini, bukannya untuk menggurui lho, ya.. Tapi cuman mengajak aja, kok. Semua terserah mahasiswa baru mau kalian apakan ilmu kalian bila sudah dikuasai nanti. Dan terserah juga kepada panitia mau bikin konsep Ospek yang kayak gimana. Gue mah apa atuh..

Untuk menutup artikel kali ini, satu hal yang perlu kita semua ingat: menurut gue, kesuksesan tidak selalu datang dari kuliah. Toh hidup ini pada akhirnya bukan seberapa banyak uang yang lo timbun, seberapa tinggi jabatan yang lo raih, atau seberapa berkuasanya elo. Pada akhirnya, hidup ini hanya soal seberapa sering lo tersenyum menikmati hidup, dan seberapa banyak lo memberikan senyum terhadap orang lain.