Menjelang Pemilu 2014, nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi selalu menjadi yang terdepan dalam survei yang dilakukan beberapa lembaga survei selama kurun 2013. Banyak kalangan menilai Jokowi menjadi sosok yang tepat bagi calon pemimpin masa depan bangsa ini.

Liddle dan Mujani (2007) menyatakan, perilaku pemilih Indonesia sangat dipengaruhi elektabilitas kandidat capres yang nantinya akan berpengaruh terhadap elektabilitas partai. Terkait hal itu, dan seperti yang dibuktikan dalam hasil survei belakangan ini, ketokohan tetap dan telah menjadi faktor sangat penting dan kuat dalam menarik dukungan pemilih.

Penyebab minat publik mengetahui dan menyukai Jokowi adalah masifnya ekspos media terhadap Jokowi. Dengan kata lain, pemberitaan Jokowi di berbagai media massa juga sangat mempengaruhi preferensi publik terhadap Jokowi, selain popularitas dan elektabilitas Jokowi.

Jika kita merujuk dari data kampanye masing – masing capres hasil laman website [url=http://www.iklancapres.org,]www.iklancapres.org,[/url] total iklan kampanye Jokowi jauh lebih unggul dari pada Prabowo Subianto. Iklan kampanye Jokowi berjumlah 3.188 iklan kampanye di televisi, 1.277 iklan siaran di radio dan 255 iklan kampanye di media cetak. Sedangkan iklan kampanye Prabowo berjumlah 2.993 tayangan iklan kampanye di televisi, 408 iklan di siaran radio dan 125 iklan kampanye di media massa.

Faktor ketokohan sangat menentukan elektabilitas partai. Para pemilih, akan memilih partai bukan karena daya tarik terhadap partai dan programnya, melainkan lebih pada ketertarikan mereka kepada kandidat yang diusung partai tersebut, khususnya terkait kualitas personal kandidat bersangkutan menurut preferensi pemilih terhadap kriteria pemimpin yang diinginkan.