- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal "Solenodon", Si Tikus Raksasa Berbisa Yang Sangat Langka


TS
adamyordan
Mengenal "Solenodon", Si Tikus Raksasa Berbisa Yang Sangat Langka
Welcome To My Thread
Quote:
Solenodon merupakan jenis mamalia berbisa satu-satunya dari keluarga Solenodontidae. Mereka adalah binatang nokturnal yang tinggal di dalam liang dan pemakan serangga. Dan mereka adalah mamalia yang memiliki karakter primitif yang konon spesies ini sudah ada di akhir era dinosaurus.
Spoiler for Pict:
Pict

Spoiler for Pict:
Pict

Quote:
Solenodon adalah satu dari dua spesies dari family Caribbean soricomorphs. Masih belum jelas apakah family Nesophontidae yang punah pada masa Holocene memiliki hubungan dekat dengan Solenodon atau tidak.
Ada dua spesies Solenodon yang masih hidup saat ini yaitu Cuban solenodon (Solenodon cubanus),dan Haitian Solenodon atau Hispaniolan solenodon (Solenodon paradoxus). Dua spesies Solenodon yang lain sudah punah selama masa Quarternary.
Penampilan Solenodon menyerupai sosok tikus yang sangat besar. Moncong panjangnya fleksibel, dan pada Haitian Solenodon terdapat ball-and-socket joint di bagian bawah mereka untuk meningkatkan mobilitas. Hal ini memungkinkan mereka untuk menlisik celah-celah sempit tempat mangsa mereka biasanya bersembunyi.
Panjang tubuh Solenodon sekitar 28 hingga 32 cm diukur dari ujung hidung hingga pantat. Berat badan Solenodon sekitar 0,7 hingga 1 kg. Binatang langka ini terbilang sangat mudah gelisah, sehingga mereka rawan menggigit bahkan dengan gangguan yang sangat minim dan tanpa disengaja.
Solenodon memiliki beberapa sifat yang cukup menarik, dua diantaranya adalah puting susu pada Solenodon betina posisinya sangat dekat dengan pantat, dan liur solenodon yang keluar dari dua gigi taringnya ternyata beracun.
Gejala yang diakibatkan dari terkena racun Solenodon antara lain depresei, susah bernafas, kejang-kejang, dan lumpuh. Bahkan dalam sebuah pengujian menggunakan tikus percobaan, jika terkena racun Solenodon dalam jumlah besar dapat mengakibatkan si tikus mengalami kematian.
Makanan utama Solenodon adalah serangga, cacing tanah, dan beberapa binatang tak bertulang belakang. Mereka juga memakan bangkai binatang bertulang belakang, dan beberapa ada yang memangsa binatang bertulang belakang yang masih hidup seperti reptil kecil, dan amfibi.
Solenodon memiliki indera penciuman yang bagus yang digunakannya untuk menemukan mangsanya. Setelah menemukan mangsanya, Solenodon akan menggunakan kedua kaki depannya untuk mematikan langkah kiri-kanan si mangsa, lalu menggerakkan kepalanya untuk memangsa mangsanya tersebut. Solenodon juga memiliki cakar yang tajam yang akan membantunya dalam berburu mangsa.
Solenodon melahirkan anaknya di dalam sarang. Biasanya dalam sekali persalinan mereka akan melahirkan satu atau dua ekor anakan. Anakan Solenodon akan bersama induknya selama kurang lebih 7 bulan, dan biasanya mereka akan menggantung pada puting susu induknya yang panjang. Dan ketika sudah dewasa, Solenodon adalah binatang soliter, mereka sangat jarang berkomunikasi dengan yang lain kecuali untuk kimpoi.
Kedua spesies Solenodon saat ini dalam status terancam punah akibat dimangsa oleh musang, khususnya musang jenis Herpestes javanicus auropunctatus yang pada masa kolonial dilatih untuk berburu ular dan tikus seperti kucing dan anjing..
Cuban solenodon sempat dianggap sudah punah, sebelum pada tahun 2003 ditemukan spesies mereka yang masih hidup. Hispaniolan solenodon juga sempat dinyatakan punah karena populasi mereka yang sangat sedikit, serta perilaku mereka yang masih belum terlalu dipahami.
Pembangunan manusia di Kuba dan Hispanola juga memperburuk populasi Solenodon. Habitat mereka pun menjadi terampas yang berimbas pada menyempitnya penyebaran, dan berkurangnya populasi mereka. Binatang ini pun menjadi salah satu binatang yang sangat langka.
Ada dua spesies Solenodon yang masih hidup saat ini yaitu Cuban solenodon (Solenodon cubanus),dan Haitian Solenodon atau Hispaniolan solenodon (Solenodon paradoxus). Dua spesies Solenodon yang lain sudah punah selama masa Quarternary.
Penampilan Solenodon menyerupai sosok tikus yang sangat besar. Moncong panjangnya fleksibel, dan pada Haitian Solenodon terdapat ball-and-socket joint di bagian bawah mereka untuk meningkatkan mobilitas. Hal ini memungkinkan mereka untuk menlisik celah-celah sempit tempat mangsa mereka biasanya bersembunyi.
Panjang tubuh Solenodon sekitar 28 hingga 32 cm diukur dari ujung hidung hingga pantat. Berat badan Solenodon sekitar 0,7 hingga 1 kg. Binatang langka ini terbilang sangat mudah gelisah, sehingga mereka rawan menggigit bahkan dengan gangguan yang sangat minim dan tanpa disengaja.
Solenodon memiliki beberapa sifat yang cukup menarik, dua diantaranya adalah puting susu pada Solenodon betina posisinya sangat dekat dengan pantat, dan liur solenodon yang keluar dari dua gigi taringnya ternyata beracun.
Gejala yang diakibatkan dari terkena racun Solenodon antara lain depresei, susah bernafas, kejang-kejang, dan lumpuh. Bahkan dalam sebuah pengujian menggunakan tikus percobaan, jika terkena racun Solenodon dalam jumlah besar dapat mengakibatkan si tikus mengalami kematian.
Makanan utama Solenodon adalah serangga, cacing tanah, dan beberapa binatang tak bertulang belakang. Mereka juga memakan bangkai binatang bertulang belakang, dan beberapa ada yang memangsa binatang bertulang belakang yang masih hidup seperti reptil kecil, dan amfibi.
Solenodon memiliki indera penciuman yang bagus yang digunakannya untuk menemukan mangsanya. Setelah menemukan mangsanya, Solenodon akan menggunakan kedua kaki depannya untuk mematikan langkah kiri-kanan si mangsa, lalu menggerakkan kepalanya untuk memangsa mangsanya tersebut. Solenodon juga memiliki cakar yang tajam yang akan membantunya dalam berburu mangsa.
Solenodon melahirkan anaknya di dalam sarang. Biasanya dalam sekali persalinan mereka akan melahirkan satu atau dua ekor anakan. Anakan Solenodon akan bersama induknya selama kurang lebih 7 bulan, dan biasanya mereka akan menggantung pada puting susu induknya yang panjang. Dan ketika sudah dewasa, Solenodon adalah binatang soliter, mereka sangat jarang berkomunikasi dengan yang lain kecuali untuk kimpoi.
Kedua spesies Solenodon saat ini dalam status terancam punah akibat dimangsa oleh musang, khususnya musang jenis Herpestes javanicus auropunctatus yang pada masa kolonial dilatih untuk berburu ular dan tikus seperti kucing dan anjing..
Cuban solenodon sempat dianggap sudah punah, sebelum pada tahun 2003 ditemukan spesies mereka yang masih hidup. Hispaniolan solenodon juga sempat dinyatakan punah karena populasi mereka yang sangat sedikit, serta perilaku mereka yang masih belum terlalu dipahami.
Pembangunan manusia di Kuba dan Hispanola juga memperburuk populasi Solenodon. Habitat mereka pun menjadi terampas yang berimbas pada menyempitnya penyebaran, dan berkurangnya populasi mereka. Binatang ini pun menjadi salah satu binatang yang sangat langka.
Spoiler for Video Solenodon:

Quote:
Jadi, Mengapa ane membuat Trit ini ?
Quote:
Ya Karna habis ditembaknabilah gan :
eh sorry tadi dibajak
Ane membuat trit ini karna ada suatu kejadian di Kalimantan, simak dibawah gan


Quote:
Tikus Raksasa Berbisa di Kutai Timur Diyakini Bukan Solenodon
KOMPAS.com — Jenis tikus raksasa berbisa ditemukan di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Temuan tersebut menghebohkan sebab muncul dugaan bahwa tikus itu adalah Solenodon, tikus primitif raksasa yang selama ini hanya ditemukan di Eropa dan Amerika Latin.
Diberitakan Kompas.com, Senin (25/8/2014), hewan yang menurut warga penemunya menyerupai babi tersebut bermoncong panjang, berbau menyengat, berukuran besar, dan mempunyai bulu berwarna putih serta air liur layaknya bisa yang mematikan.
Menanggapi temuan itu, Anang S Achmadi, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah beberapa kali terlibat dalam penemuan tikus, menyatakan bahwa jenis tikus yang ditemukan kemungkinan besar bukan Solenodon.
"Itu moon rat, tikus bulan," katanya saat dihubungi hari ini. Menurut Anang, yang beberapa waktu lalu terlibat dalam penemuan tikus air jenis baru di Sulawesi, tikus yang ditemukan "terlalu jauh kalau disebut Solenodon".
Tikus bulan memiliki ciri-ciri persis seperti yang diberitakan. Hewan ini mempunyai bulu warna putih, ukuran yang bisa sebesar kucing, dan air liur beracun yang digunakan untuk mematikan serangga. "Baunya memang menyengat, seperti kentut," kata Anang.
Dibandingkan Solenodon, tikus bulan sangat jauh. Solenodon jauh lebih primitif. Selain itu, Solenodon hanya ditemukan di Eropa dan Amerika Selatan. Tikus bulan sendiri adalah hewan khas Borneo.
Dari sisi status perlindungannya, Solenodon sudah termasuk golongan terancam punah. Sementara itu, tikus bulan memang sudah masuk daftar hewan dilindungi, tetapi belum dikatakan terancam punah.
Dihubungi Kompas.com hari ini, Kepala Balai Taman Nasional Kutai Erli Sukrismanto mengatakan, tikus ditemukan warga di luar kawasan taman nasional. Hingga saat ini, pihaknya masih menyelidiki dan belum melihat tikus itu.
"Saya masih minta staf saya yang ada di dekat lokasi untuk menyelidiki. Selain itu, karena bukan berada di kawasan taman nasional, nanti akan menjadi wewenang BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) untuk menindaklanjuti," ujarnya.
Anang menggarisbawahi pentingnya konfirmasi penemuan sebelum publikasi sehingga tidak terjadi kesalahan ilmu pengetahuan. Dalam hal penemuan hewan, perlu identifikasi yang akurat terlebih dahulu.
KOMPAS.com — Jenis tikus raksasa berbisa ditemukan di Sangatta, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Temuan tersebut menghebohkan sebab muncul dugaan bahwa tikus itu adalah Solenodon, tikus primitif raksasa yang selama ini hanya ditemukan di Eropa dan Amerika Latin.
Diberitakan Kompas.com, Senin (25/8/2014), hewan yang menurut warga penemunya menyerupai babi tersebut bermoncong panjang, berbau menyengat, berukuran besar, dan mempunyai bulu berwarna putih serta air liur layaknya bisa yang mematikan.
Menanggapi temuan itu, Anang S Achmadi, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang telah beberapa kali terlibat dalam penemuan tikus, menyatakan bahwa jenis tikus yang ditemukan kemungkinan besar bukan Solenodon.
"Itu moon rat, tikus bulan," katanya saat dihubungi hari ini. Menurut Anang, yang beberapa waktu lalu terlibat dalam penemuan tikus air jenis baru di Sulawesi, tikus yang ditemukan "terlalu jauh kalau disebut Solenodon".
Tikus bulan memiliki ciri-ciri persis seperti yang diberitakan. Hewan ini mempunyai bulu warna putih, ukuran yang bisa sebesar kucing, dan air liur beracun yang digunakan untuk mematikan serangga. "Baunya memang menyengat, seperti kentut," kata Anang.
Dibandingkan Solenodon, tikus bulan sangat jauh. Solenodon jauh lebih primitif. Selain itu, Solenodon hanya ditemukan di Eropa dan Amerika Selatan. Tikus bulan sendiri adalah hewan khas Borneo.
Dari sisi status perlindungannya, Solenodon sudah termasuk golongan terancam punah. Sementara itu, tikus bulan memang sudah masuk daftar hewan dilindungi, tetapi belum dikatakan terancam punah.
Dihubungi Kompas.com hari ini, Kepala Balai Taman Nasional Kutai Erli Sukrismanto mengatakan, tikus ditemukan warga di luar kawasan taman nasional. Hingga saat ini, pihaknya masih menyelidiki dan belum melihat tikus itu.
"Saya masih minta staf saya yang ada di dekat lokasi untuk menyelidiki. Selain itu, karena bukan berada di kawasan taman nasional, nanti akan menjadi wewenang BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) untuk menindaklanjuti," ujarnya.
Anang menggarisbawahi pentingnya konfirmasi penemuan sebelum publikasi sehingga tidak terjadi kesalahan ilmu pengetahuan. Dalam hal penemuan hewan, perlu identifikasi yang akurat terlebih dahulu.
1 Lagi gan
Quote:
KOMPAS.com — Tikus besar yang mengeluarkan air liur beracun ditemukan di Kutai Timur, Kalimantan Timur. Tikus itu diduga Solenodon, jenis tikus primitif raksasa berbisa yang sangat langka. Namun, kalangan ilmuwan membantahnya. Tikus itu diyakini tikus bulan (Echninosorex gymnura).
Seperti apa sebenarnya Solenodon? Mengapa tikus yang ditemukan di Kalimantan tak bisa disebut jenis Solenodon?
Anang S Achmadi, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan bahwa ada perbedaan mendasar antara Solenodon dan tikus bulan. "Solenodon itu tikus primitif," katanya.
Solenodon selama jutaan tahun tidak mengalami perubahan berarti, hidup semasa dengan dinosaurus. Mungkin, Solenodon bisa dianalogikan dengan komodo yang juga tak banyak berubah. Sementara itu, tikus bulan ialah tikus yang lebih modern.
Solenodon adalah tikus yang berbisa, aktif pada malam hari, serta memakan serangga. Solenodon sebenarnya adalah sebuah genus dari tikus.
Publikasi Critters 360 pada 24 Oktober 2010 menyebutkan, saat ini hanya ada dua spesies Solenodon yang tersisa di muka bumi. masing-masing adalah Solenodon paradoxus yang hidup di daratan Eropa serta Solenodon cubanus yang dijumpai di Kuba, Amerika Latin.
Spesies Solenodon arredondoi sebelumnya pernah dijumpai di bagian barat Kuba. Namun, spesies itu telah dinyatakan punah. Sementara itu, spesies Solenodon marcanoi yang hidup di Eropa juga bernasib sama.
Dihubungi Kompas.com, Senin (25/8/2014), Anang mengatakan, "Tidak pernah ada Solenodon yang ditemukan di Indonesia."
Jenis Solenodon cubanus sendiri sempat dinyatakan punah pada tahun 1970. Namun, karena ditemukan kembali pada 1974, status punah akhirnya dicabut dan diganti menjadi terancam punah.
Tahun 2012, seperti dipublikasikan Scientific American, 11 Oktober 2012, tim peneliti dari Ecology and Ecosystem Institute di Havanna dan Miyagi University di Jepang menemukan lagi spesies itu.
Solenodon paradoxus dan Solenodon cubanus berbeda karena tempat hidupnya. Spesies yang hidup di Kuba juga sedikit lebih besar.
Solenodon memakan serangga dan arthropoda lain, seperti lipan. Hewan ini memiliki liur yang beracun, berfungsi untuk mematikan mangsa sebelum memakannya. Meski demikian, Solenodon tak punya perlindungan ekstra untuk proteksi diri dari lawan.
Sementara itu, tikus bulan lebih kecil walaupun memiliki kesamaan karena memakan serangga serta memiliki liur beracun. Tikus bulan saat ini juga belum dikategorikan terancam punah. Ancaman utama tikus ini adalah deforestasi.
Sumur
Seperti apa sebenarnya Solenodon? Mengapa tikus yang ditemukan di Kalimantan tak bisa disebut jenis Solenodon?
Anang S Achmadi, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan bahwa ada perbedaan mendasar antara Solenodon dan tikus bulan. "Solenodon itu tikus primitif," katanya.
Solenodon selama jutaan tahun tidak mengalami perubahan berarti, hidup semasa dengan dinosaurus. Mungkin, Solenodon bisa dianalogikan dengan komodo yang juga tak banyak berubah. Sementara itu, tikus bulan ialah tikus yang lebih modern.
Solenodon adalah tikus yang berbisa, aktif pada malam hari, serta memakan serangga. Solenodon sebenarnya adalah sebuah genus dari tikus.
Publikasi Critters 360 pada 24 Oktober 2010 menyebutkan, saat ini hanya ada dua spesies Solenodon yang tersisa di muka bumi. masing-masing adalah Solenodon paradoxus yang hidup di daratan Eropa serta Solenodon cubanus yang dijumpai di Kuba, Amerika Latin.
Spesies Solenodon arredondoi sebelumnya pernah dijumpai di bagian barat Kuba. Namun, spesies itu telah dinyatakan punah. Sementara itu, spesies Solenodon marcanoi yang hidup di Eropa juga bernasib sama.
Dihubungi Kompas.com, Senin (25/8/2014), Anang mengatakan, "Tidak pernah ada Solenodon yang ditemukan di Indonesia."
Jenis Solenodon cubanus sendiri sempat dinyatakan punah pada tahun 1970. Namun, karena ditemukan kembali pada 1974, status punah akhirnya dicabut dan diganti menjadi terancam punah.
Tahun 2012, seperti dipublikasikan Scientific American, 11 Oktober 2012, tim peneliti dari Ecology and Ecosystem Institute di Havanna dan Miyagi University di Jepang menemukan lagi spesies itu.
Solenodon paradoxus dan Solenodon cubanus berbeda karena tempat hidupnya. Spesies yang hidup di Kuba juga sedikit lebih besar.
Solenodon memakan serangga dan arthropoda lain, seperti lipan. Hewan ini memiliki liur yang beracun, berfungsi untuk mematikan mangsa sebelum memakannya. Meski demikian, Solenodon tak punya perlindungan ekstra untuk proteksi diri dari lawan.
Sementara itu, tikus bulan lebih kecil walaupun memiliki kesamaan karena memakan serangga serta memiliki liur beracun. Tikus bulan saat ini juga belum dikategorikan terancam punah. Ancaman utama tikus ini adalah deforestasi.
Sumur
Quote:




Janganlupa



TS sangat menolak



Spoiler for Mampir Gan:
Diubah oleh adamyordan 26-08-2014 14:04
0
8.9K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan