"Marlboro Boys" : Dokumentasi Kebiasaan Merokok Anak di Indonesia
TS
mtr27
"Marlboro Boys" : Dokumentasi Kebiasaan Merokok Anak di Indonesia
Kebiasaan merokok anak-anak di Indonesia telah menjadi perhatian dunia internasional. Fotografer Kanada, Michelle Siu, mendokumentasikan kegiatan yang merugikan kesehatan tersebut melalui seri foto berjudul ‘Marlboro Boys’. Selama bulan Februari 2014, Sui berkeliling kota di Indonesia, mulai dari Jakarta, Depok, Garut, hingga ke Sukabumi untuk mengetahui lebih jauh dan mendokumentasikan kebiasaan merokok pada anak-anak di Indonesia.
“Mereka mengisap dan mengeluarkan asap rokok seperti orang dewasa yang telah bertahun-tahun merokok,” kata Sui, seperti dikutip TIME, Selasa (18/8) Di Garut, Jawa Barat"
Sui mendokumentasikan Dihan Muhamad, bocah SD yang dalam sehari menghabiskan dua bungkus rokok. Di salah satu foto, tampak Dihan tsantai merokok di samping ibunya yang sedanf menyusui adiknya. Di Sukabumi, Jawa Barat, Sui mendapatkan, Ilham Hadi yang sudah merokok sejak usia empat tahun. Dalam sebuah foto tampak bocah kelas 3 SD itu masih berseragam dan merokok di kamarnya, disaksikan adiknya.
Di Jakarta, sejumlah siswa sekolah menengah pertama tampak asyik mengisap rokok di depan sebuah toko kelontong. Sementara itu Ilham Muhamad, anak laki-laki yang sudah merokok sejak usia lima tahun akan menangis dan mengumpat kepada sang nenek jika tidak dibelikan rokok. Miris ya gan
Spoiler for Marlboro Boys :
Ilham Hadi. Foto: Michelle Siu
Andika Prasetyo. Foto: Michelle Siu
Rian. Foto: Michelle Siu
Eman. Foto: Michelle Siu
Ompong. Foto: Michelle Siu
Illham Muhamad. Foto: Michelle Si
Ilham Hadi. Foto: Michelle Si
Pelajar SMP merokok. Foto: Michelle Siu
Pelajar SMP merokok. Foto: Michelle Siu
Dihan Muhamad. Foto: Michelle Siu
Dihan Muhamad. Foto: Michelle Siu
Dihan Muhamad. Foto: Michelle Siu
Spoiler for Soal 'Marlboro Boys' Bocah Perokok di Indonesia, Ini Tanggapan Menkes:
Jakarta, Fotografer asal Kanada mengeluarkan seri foto berjudul 'Marlboro Boys' yang menggambarkan fenomena perokok anak-anak di bawah usia 10 tahun. Lantas, bagaimana tanggapan pemerintah?
"Anak seperti itu sudah kita obati dan berhenti merokok. Memang fenomena seperti itu pernah ada, tapi anak itu kan sudah diobati dan sudah berhenti merokok," kata Menkes Nafsiah Mboi saat ditemui di kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta, Selasa (19/8/2014).
Dalam keterangan foto yang dimuat Time, disebutkan bahwa foto-foto karya fotografer Kanada, Michelle Siu, tersebut diambil pada sekitar bulan Februari 2014. Sebagian berlokasi di beberapa tempat di Jawa Barat, sebagian lagi di sudut-sudut kota Jakarta.
Terkait dengan Pictorial Health Warning (PHW) yang hanya muncul sesekali khususnya di iklan televisi hingga kurang efektif menyampaikan bahaya rokok, dikatakan Menkes pengawasan seluruhnya bukan hanya tugas kementerian kesehatan.
"Masyarakat juga harus ikut mendidik sesama masyarakat untuk patuh UU. PHW kan masuk dalam UU kesehatan juga. Sudah ada itu. Nggak bisa semua orang diancam untuk masuk penjara," kata Menkes.
"Orang-orang yang nggak mengikuti UU itu yang nggak becus. Nggak bisa semuanya (di-handle) Kemenkes karena banyak hal kesehatan yang lebih urgent daripada itu," tegas Menkes.
Terkait fenomena perokok anak di Indonesia, direktur eksekutif Lentera Anak Indonesia Hery Chariansyah mengatakan iklan menjadi salah satu akses langsung industri rokok kepada anak-anak. Menurut Hery, PHW di kemasan rokok sudah efektif, hanya saja pada tayangan iklan justru kurang efektif.
Kemudian, patut menjadi perhatian soal lemahnya regulasi tentang pengendalian rokok. "Aturan sudah ada, tapi tidak ada sanksi bagi yang melanggar," kata Herry.
Spoiler for Soal Fenomena 'Marlboro Boys', Kak Seto: Setop Total Promosi Rokok!:
Jakarta, Fenomena Marlboro Boys yang dipotret oleh fotografer asal Kanada seharusnya menjadi perhatian semua pihak. Tindakan pencegahan secara keras harus dilakukan oleh pihak terkait, termasuk pemerintah selaku pembuat dan penegak peraturan.
Pemerhati anak Seto Mulyadi mengatakan bahwa fenomena Marlboro Boys yang ditampilkan di TIME merupakan efek dari ketidaktegasan pemerintah dalam menegakkan peraturan. Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto ini, banyaknya anak-anak yang merokok merupakan hasil dari promosi besar-besaran yang dilakukan oleh industri rokok.
"Di mal kan banyak acara anak-anak, kegiatan olahraga, tari-tarian, musik atau hal-hal lain yang mengedepankan kebudayaan Indonesia. Tapi akan percuma jika acara-acara tersebut disponsori oleh produk rokok," tutur Kak Seto kepada detikHealth, Selasa (19/8/2014).
Ia menjelaskan bahwa dengan munculnya nama produk rokok di acara-acara tersebut, masyarakat dan anak-anak akan melihat rokok sebagai barang yang netral alias tidak memiliki efek negatif. Untuk itu ia menyarankan agar pemerintah segera melakukan pelarangan total pada seluruh kegiatan promosi rokok yang ada di Indonesia.
"Harus ada pelarangan total bagi kegiatan promosi rokok. Caranya? Dengan segera mengaksesi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) gagasan WHO," sambungnya lagi.
Dijelaskan Kak Seto bahwa dalam FCTC, ada pasal-pasal yang menyangkut soal pelarangan promosi rokok di jalan raya, mal, atau tempat-tempat publiknya. Pelarangan tersebut bukan hanya berupa penyetopan penerimaan iklan dari rokok, namun juga pelarangan iklan rokok ditayangkan di media termasuk televisi, radio, surat kabar, majalah dan intenet.
Tak sampai di situ, jika FCTC diratifikasi, maka kegiatan penjualan rokok per batang atau ketengan juga akan dilarang. Meski sudah tercanmtum dalam PP 109 tahun 2012 tentang Pengendalian Tembakau, nyatanya hingga kini masih banyak ditemukan warung-warung yang menjual rokok ketengan pada anak usia sekolah.
"Ke depannya, semoga pemerintah yang baru nanti mau dan mampu menegakkan peraturan ini secara total. Juga harapan saya adalah pemerintah baru mau menandatangani FCTC, jika sampai nanti di akhir pemerintah sekarang belum juga ditandatangani," pungkasnya.
Semoga tidak ya gan, ane hanya ingin berbagi informasi karena suramnya generasi penerus bangsa Indonesia, menurut pribadi ane sih faktor utama nya ada di Keluarga, keluarga yg baik tidak akan menjerumuskan salah satu anggota nya ke jalan yang salah, dan ini sudah keterlaluan, diluar batas kewajaran. dan faktor yg kedua adalah faktor lingkungan dimana anak tersebut tinggal, mungkin lingkungannya banyak perokok juga sehingga anak tersebut jadi penasaran dan ingin tau, tapi di sisi lain ya kembali lagi ke faktor keluarga, miris ane gan