Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ainalizaAvatar border
TS
ainaliza
PSK Kalijodoh Digaji per Bulan Mainnya Hanya di Dalam Kandang

Nama pramuriaan Kalijodoh semakin hari kian mentereng. pramuriaan kelas menengah bergaya mewah ini memberikan pelayanan yang terjangkau. Menariknya, penghuni (pramuria) Kalijodoh ada yang mendapat gaji bulanan layaknya pegawai kantoran.

Tinggal di Jakarta yang penuh hingar bingar tak menutup adanya prostitusi di dalamnya. Geliat pembangunan yang kian meningkat, membuat warganya harus bertahan di tengah gempuran. Termasuk bagi mereka masyarakat urban.

Hal itu seperti yang dirasakan pekerja seks komersil (PSK) di Kalijodoh, di bilangan Penjaringan, Jakarta Utara. Sebut saja namanya Intan. Wanita berbadan sintal ini sudah setahun terakhir menjajakkan diri di pramuriaan kelas menengah tersebut.

Memakai tanktop merah ketat yang membuat dadanya menonjol, Krisna menggoda mata para lelaki hidung belang. Dia duduk berjejer di bangku plastik bersama kawan satu profesinya.

Untuk sekali main, ia mematok tarif Rp 200 ribu. Sambil menghisap rokok rasa mentol, Intan sesekali memancing hasrat pria dengan mengedipkan matanya.



Terlena akan tubuh sintal dan dadanya yang menyembul, Krisna pun siap memberikan pelayanan terbaiknya. Memasuki kamar di lantai tiga terlebih dahulu, para pelanggan akan diarahkan oleh seorang germo. “Langsung ke atas saja, bang,” ujar sang germo bertubuh kurus itu.

Tiba kamar berukuran 2×2 meter, Intan pun menyambut dengan senyuman. Walaupun ruangannya kecil, namun di dalamnya terdapat pendingin ruangan dan kamar mandi kecil tanpa atap dan pintu untuk membersihkan diri sebelum maupun usai ‘tempur’.

Di dalam kamar, Intan pun langsung memadamkan lampu sehingga tampak remang-remang. “Dicuci dulu itunya. Di situ ada sabunnya juga,” ucapnya.

Usai pelanggan membersihkan alat kelaminnya, gantian giliran dia juga melakukan hal yang sama. Bila sudah dirasa siap, Intan langsung melepas seluruh pakaiannya dan siap memuaskan para pelanggan. Untuk tarif segitu, Intan hanya memberi waktu 40 menit.

Setelah memberi layanan ke pelanggannya, Intan pun kembali ke tempat semula. Duduk manis sembari menunggu tamu berikutnya. Bagi Krisna, penampilan seksi dengan baju serba minim, adalah modal utama. Para PSK Kalijodoh memang selalu siap membuat para pria penikmat nafsu menjadi lemas. Tubuh sintal dan dada menyembul menjadi pancingan guna meraup rupiah.

Intan mengaku sudah setahun terakhir berkelana di dalam dunia pramuriaan. Tarif Rp 200 ribu sekali main, bagi Intan sudah sangat murah. Sebab mirisnya, sebagai PSK dia hanya mendapat tak sampai setengahnya dari tarif yang dipatok. Sisanya, dia mengaku untuk pengelola tempatnya.

“Harga segitu paling saya cuma dapat Rp 90 ribu. Sisanya ya buat di dalam,” kata Intan.

Perempuan asal Bandung itu menceritakan, walaupun dikelola oleh tempat pramuriaan, sayangnya untuk urusan makan atau lainnya dia harus membeli. Sedangkan, pengelola hanya menyiapkan tempat tinggal.



Kamar seluas 2×2 meter, menjadi tempat peraduan nasibnya. Tidak hanya untuk beristirahat, ruangan tersebut juga menjadi saksi Intan melayani nafsu bejat lelaki hidung belang. Mungkin, sudah ratusan pria pernah mencicipi kasur empuknya itu.

“Kalau tidur ya di sini. Emang mau di mana lagi? Tapi kalau mau beli lainnya atau makan ya di luar. Soalnya enggak boleh masak di dalam, takut kebakaran,” ujarnya.

Puas melayani nafsu, Intan pun langsung dibayar di kamar. Sayangnya, tidak semua lembar rupiah itu bisa dinikmatinya.

Ogah main di luar kandang
Di antara kerlap-kerlip lampu dan musik disko dangdut Kalijodoh, malam itu puluhan perempuan seksi duduk berjajar rapi seraya memamerkan kemolekan tubuhnya. Nama Kalijodoh makin hari makin tersohor. Tempat ini kian tersohor lantaran harganya yang bisa dikatakan terjangkau, sekitar Rp 150 ribu- Rp 200 ribu untuk sekali main.

Salah seorang PSK Kalijodo, Risna (bukan nama sebenarnya), mengaku sudah nyaman bekerja sebagai pelayan nafsu birahi setahun terakhir. Meskipun terbilang kecil keuntungannya dari tiap tamunya, namun dirinya tetap menikmati pekerjaannya ini.

Wanita asal Kebumen, Jawa Tengah ini pun ogah bila ada tamunya mencoba mengajaknya bercinta di luar kandangnya, sekalipun di hotel berbintang. Sebab, dia takut terjadi sesuatu yang buruk nantinya.

“Enggak bisa main di luar, harus di dalam kandang. Walaupun bayarannya lebih besar kata orang-orang, tapi kan namanya orang (laki-laki) beda di mulut sama di kamar. Bisa saja bayar segitu bilangnya cuma sekali, tau-taunya lebih,” kata Risna.

Dia melanjutkan, kalau di tempat pramuriaannya ini semua sudah diurus. Bila ada sesuatu hal buruk yang menimpa, bisa cepat minta bantuan. Terutama segi keamanannya.

Selain itu, wanita yang baru setahun menjadi PSK ini masih enggan menerima pekerjaan lain. Alasannya, tempat yang mengelolanya sebagai PSK ini sudah nyaman.

“Kalau jadi SPG rokok gitu kan cape, panas-panasan, maksa-maksa orang buat beli rokoknya, cape,” ungkapnya.
Menjadi seorang PSK bagi sebagian orang mungkin dianggap pekerjaan hina. Terlebih, mereka yang menjajakan dirinya di tempat kelas bawah.

Cuma Risna tidak menganggapnya seperti itu. Selama setahun belakangan menjual tubuh sintalnya kepada pria penikmat nafsu, Risna mengaku mendapatkan hasil yang lumayan banyak. “Saya bisa mengirim uang ke desa,” ungkapnya.

Di balik pekerjaan kelamnya, ternyata dia sudah memiliki seorang kekasih. Bahkan pria yang sedang menjalin hubungan dengannya tahu bahwa Risna merupakan seorang PSK.

“Sudah punya (pacar). Orang sini juga kok. Dia tahu apa pekerjaan aku,” aku Risna meringis.

Wanita ini enggan memberitahu apa profesi yang dikerjakan pacarnya itu. Hanya saja Risna mengaku sejauh ini pacarnya sudah mengingatkan agar berhenti sebagai pemberi layanan seks.

Namun, permasalahan mendasar membuatnya urung berhenti dari lembah hitam ini. Terlebih, pujaan hatinya itu dilihatnya masih kurang mapan untuk menghidupinya.

“Mau sih berhenti. Tapi nanti bagaimana aku hidup. Dia (pacarnya) saja masih belum cukup (keuangannya),” ucapnya manja.

Walau demikian, dalam hati kecilnya berharap suatu saat mempunyai pekerjaan yang lebih layak. Tetapi, hal itu masih sulit diwujudkan dalam waktu dekat ini. Terlebih saat ini hatinya sudah terpatok kepada sang pujaannya itu.

“Kalau mau cari yang lain juga susah. Mendingan dia saja, sudah tahu profesi aku. Dari pada sama orang lain yang baru kenal dan nggak tahu profesi aku,” ungkapnya.

Digaji per bulan
Menariknya dari lokalisasi Kalijodoh ini, beberapa waktu lalu ada dua germo di tempat itu, DU dan SU, keduanya memiliki delapan gadis cantik masih belia asal Cianjur, Jawa Barat. Para gadis itu dipekerjakan di Cafe Mawarsari, Kalijodoh, Jakarta Barat.

Cara kerja delapan gadis Cianjur itu tak hanya menjadi pelayan kafe tapi juga memuaskan berahi pria hidung belang yang datang ke tempat itu.

“Setiap hari mereka kami pekerjakan dari pukul 19.00 WIB sampai pukul 03.00 WIB,” ujar DU.

Mau tidak mau, kata DU, mereka harus melayani nafsu pria hidung belang, namun pembagian hasil kencan tidak seimbang dengan perbuatan korban.

“Kami yang mengatur pembagian hasil. Untuk kami mendapatkan 75 persen, sedangkan mereka 25 persen,” lanjut SU.

Sedangkan untuk tarif sekali kencan, lanjutnya, gadis-gadis itu mendapat Rp150 ribu, dan apabila sudah menerima uang, mereka harus menyetorkan ke pelaku sebesar Rp100 ribu dan Rp50 ribu untuk pramuria.

“Tapi, keuntungan yang didapatkan korban akan dibayarkan tiga bulan sekali,” tutupnya.

Transaksi seks antara pramuria dan pelanggan di Kalijodoh memang tak ubahnya orang kantoran. Para pramurianya ada yang dibayar atau digaji bulanan. Tetapi cara kerja mereka hanya di malam hari. Yah, meski mereka dibayar layaknya orang kantoran, tetapi kerja mereka sangat hina. Mereka bukan tidak mungkin telah menjadi korban perdagangan manusia (trafficking). Memang dunia ini semakin aneh, kok ada pramuria digaji per bulan. Ya di mana lagi kalau bukan di Kalijodoh.

Sementara itu penertiban PSK selalu menjadi dilema lantaran berkelindan dengan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis esek-esek ini.

Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, mengatakan terlalu banyak tangan yang bermain dalam “bisnis lendir” tersebut.

“Jadi kalau selama ini pengakuan para PSK karena terhimpit masalah ekonomi lalu mereka terjun ke bisnis seks, menurut penelitian yang saya lakukan, ada hal lebih ketimbang masalah materil,” kata Devie.

Pernyataan Devie ini terkait dengan rencana penertiban yang dilakukan Pemprov DKI di kawasan Kalijodoh, sebagai solusi banjir dengan melakukan normalisasi bantaran Kanal Banjir Barat (KBB).

Diakui Devie, Pemprov dihadapkan pada situasi yang cukup sulit dalam mencarikan solusi bagi para PSK. Bahkan, Devie ragu Dinas Sosial DKI mampu menyelesaikan masalah itu.

“Karena banyak mafia yang beredar di lingkungan para PSK itu sendiri. Motifnya sangat beragam, mulai dari memberikan pinjaman pada keluarga mereka di kampung halaman dengan bunga yang sangat tinggi. Sehingga mereka mau tidak mau menuruti apa yang dimau para mafia itu, akhirnya ‘jualan’ lagi. Sebab itulah saya merasa Dinsos tak mampu bekerja sendirian untuk megatasi masalah ini,” bebernya.

Karena itu, Devie menyarankan agar aparat penegak hukum terlebih dulu menangkap para “mafia lendir” ini, baru kemudian Dinsos turun tangan untuk memberikan pelatihan agar mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.

“Apa yang dilakukan mafia itu, sudah masuk ke ruang hukum. Jadi polisi harus tegas dalam memberantas mereka sebelum PSK beralih profesi yang lebih baik,” tandasnya.

sumber: http://www.siagaindonesia.com/2014/0...-dalam-kandang
Diubah oleh ainaliza 22-06-2014 20:52
0
25K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan