crophopperAvatar border
TS
crophopper
MENGIRIM SANG "DEWA LAUT" KE TIMUR
cerita ini hanya fiksi belaka, kesamaan nama, alamat, waktu, dan organisasi hanyalah merupakan sebuah kebetulan belaka.

MENGIRIM SANG "DEWA LAUT" KE TIMUR

Pagi-pagi, tanggal 11 Agustus 2014, sang Dandim sudah stand by di jalan propinsi yang melalui kota Nganjuk. Kapolres berada disampingnya dengan wajah cemas. hari ini, sebuah operasi besar berlangsung di kota kecil itu, sebuah operasi yang tak kalah dahsyat dibandingkan operasi Alpha era 80an...

Sudah sejak lama TNI-AL mendambakan kekuatan pemukul dari udara, terutama sejak Pesawat pembom IL-28 Beagle dan Fairey Gannet dipensiunkan. Hanya saja, terkait urusan klasi (BACA: DANA), selama ini PENERBAL harus puas dengan Alutsista "kelas dua" seperti Nomad dan NC-212 Searchmaster juga heli , yang hanya bisa berfungsi untuk mendeteksi kapal permukaan.

Tentu saja ini menyebabkan PenerbanganTNI-AL ini iri dengan saudara-saudara lainnya, terutama satuan kapal selam yang memiliki kapal selam jenis Kilo dan satuan kapal pengawal yang memiliki 50 peluncur Rudal Yakhont yang ditakuti tetangga tetangga ASEAN.

Namun penantian panjang setengah abad itu berakhir sudah. Pada akhir masa jabatan kabinet Indonesia Bersatu jilid dua ini, Penerbal mendapatkan banyak alutsista baru yang akan membuat Penerbal menjadi kembali bertaji di ASEAN.

Alutsista pertama yang dipesan adalah CN-235 MPA yang asli buatan Indonesia. dengan kedatangan CN-235 MPA/ASW ini, maka kekuatan Patroli maritim TNI-AL jadi berlipat ganda, terlebih CN-235 MPA/ASW kita ini adalah varian tercanggih dari CN-235 MPA/ASW, bahkan diatas milik Turki dan USCG.

Selain itu kedatangan Panther yang dirahasiakan dengan Dauphin bermarking BASARNAS (dan tiba tiba membuat kejutan dengan melakukan demo menjatuhkan torpedo di depan Presiden SBY serta membuat geger Asia Tenggara dengan Pesawat SAR tiba tiba jadi MPA) membuat taji Penerbal tidak kalah dengan TLDM dengan Lynx dan RSN dengan Seahawk nya.

Namun itu tidak membuat puas Penerbal. Pembenahan dan pengadaan alutsista terus berjalan. Dan target mereka berikutnya dalah "pesawat patroli maritim sekelas P-8 Poseidon"

Hibah F-16 dan C-130 ke TNI-AU tidak ketinggalan disambut oleh Penerbal. Perwakilan Penerbal ikut melakukan nego dengan US DoD, terkait hibah MPA ke Indonesia. Awalnya pesawat P-3 Orion ditawarkan oleh US DoD, tetapi ditolak oleh Penerbal dengan alasan "Orion sudah terlalu tua dan kemampuan tidak jauh berbeda dengan CN-235MPA Upgrade"

Tim yang meninjau langsung ke AMARC langsung terkesima melihat ada beberapa airframe di depan kumpulan airframe Orion bekas, sebuah pesawat dengan fuselage persis pesawat komersial Boeing 737. Ada Poseidon di AMARC?

Gayung bersambut, setelah nego alot, US bersedia menghibahkan airframe tersebut ke TNI-AL, dengan biaya yang harus dibayar untuk mengisi kembalo airframe tua itu dengan avionics setara Poseidon baru.

Hanya saja satu permasalahan terjadi, yaitu ToT yang harus dilakukan untuk memenuhi peraturan pemerintah. Mengingat kondisi pesawat ini baru dan masih sangat layak terbang, satu-satu nya jalan adalah pesawat ini harus dikerjakan di Indonesia untuk mendapatkan local content.

Hanya saja kerikil lagi menghadang, pemindahan pesawat tidak bisa sembarangan, mengingat kawasan bisa bergejolak kalau US menghibahkan Poseidon ke Indonesia dengan pemberian ToT (apalagi mengingat India sendiri berjuang mati-matian untuk membeli pesawat canggih ini)

Pengiriman harus berlangsung dengan rahasia seperti ketika Indonesia membeli Skyhawk dulu dari Israel. Lalu direncanakanlah sebuah skenario untuk memindahkan sang "Dewa Laut" ke Timur.

Setelah melakukan peninjauan, Dephan memutuskan melakukan upgrade dan reaktivasi di Indonesia. beberapa fasilitas ditinjau dan dianalisa. Mulai dari Hangar Aircraft Services PT Dirgantara Indonesia, fasilitas perawatan GMF, dan fasilitas MMF di Surabaya.

PIlihan jatuh ke hangar Merpati, yang saat ini sepi dikarenakan gejolak perusahaan tersebut. Alasannya untuk menjaga kerahasiaan, dan karena Merpati memiliki peralatan lengkap untuk memodifikasi Boeing 737 series.
Rencana lalu dijalankan.

Pengiriman dengan Antonov seperti yang biasa dilakukan tidak dapat dipakai, karena hubungan AS dengan Rusia tengah memanas. Dan proses ini bisa mengakibatkan kerahasiaan bocor, dikarenakan ada kemungkinan awak dari Volga Dnieper adalah mata-mata FSB, Rusia. Lalu dilakukan langkah radikal. Pengiriman dilakukan dengan kapal ke pelabuhan, lalu dilanjutkan jalan darat ke Juanda, Surabaya.

Sayangnya fuselage pesawat dan sayap terlalu besar, sehingga dermaga ujung dan pelabuhan Tanjung Perak tidak dapat menerima sang "Dewa Laut" Pengiriman terpaksa dilakukan ke Cilegon lalu dibawa truk ke Surabaya, perjalan panjang dan terkesan "tidak masuk akal"
Tetapi, tidak ada kata "masuk akal" berkaitan dengan patriotisme negara dan bela negara. semua HARUS DILAKUKAN.

Iring-iringan kendaraan itu melalui sang Dandim dan Kapolres yang stand by disana. Jalanan ditutup dengan alasan "perbaikan jalan" dan para polisi standby di persimpangan untuk mencegah kendaraan umum melewati jalur pengiriman.

Sang Dandim melihat iring iringan panjang tersebut dengan mata takjub. Setiap Poseidon "dipecah" menjadi 4 truk. Truk terdepan membawa Sayapnya, truk kedua fuselage bagian depan, truk ketiga membawa ekor dan truk keempat membawa Engine. Total ada 4 pesawat yang dikirim dengan iring iringan sangat panjang, dengan pengawalan ketat Provost TNI-AL dibantu rekan-rekan dari TNI-AD dan kepolisian.

Semua iring iringan lewat dan sang Dandim mengelap keringat di dahinya. Kapolres tersenyum di sebelahnya sambil menepuk bahu sang Dandim.

"Alhamdulillah pak, semua selesai..."
------------------------------------------------------------------
Alhamdulillah pak

Spoiler for pict:

Spoiler for pict:

Spoiler for pict:
0
33.6K
366
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan